Cetak biru keuangan adalah keniscayaan untuk mewujudkan tujuan mengelola keuangan dan membangun aset untuk masa depan. Tanpa cetak biru, perkembangan investasi juga bisa tidak optimal. Berikut sejumlah tipsnya.
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
Sebelum memahami investasi dan bagaimana menumbuhkan uang, penting bagi kita memiliki kemampuan mengelola keuangan bulanan. Praktik ini terlihat mudah. Namun, sayangnya masih banyak orang yang gagal melakukannya dengan sempurna. Akibatnya, penghasilan sebenarnya ada, tetapi tabungan tidak kunjung terbentuk.
Selama 13 tahun berprofesi sebagai konsultan keuangan, saya banyak mendapati masyarakat berkonsentrasi penuh pada cara menumbuhkan kekayaan dengan cepat. Padahal, tanpa didahului oleh penyusunan cetak biru keuangan, perkembangan investasi bisa menjadi tidak optimal. Berapa pun penghasilan yang diterima oleh rumah tangga harus dapat dikelola untuk berbagai kebutuhan hidup.
Cetak biru keuangan pada prinsipnya adalah diagram peta dan tata alur pemasukan serta pengeluaran dalam rumah tangga. Kesalahan terbesar saat menyusun anggaran adalah tidak sesuai status kehidupan dan tak realistis.
Anggaran rumah tangga atau kerap dikenal dengan bujet adalah sebuah rencana pengeluaran untuk satu periode, biasanya bulanan. Apabila sumber pemasukan datangnya konsisten setiap bulan, anggaran juga disusun bulanan. Namun, apabila sumber pemasukan datangnya mingguan, anggaran juga harus dipecah per minggu supaya bisa lebih mudah.
Metode dalam menyusun anggaran pun dapat dipilih sesuai dengan pilihan mana yang paling masuk akal untuk dijalankan. Seperti yang disampaikan dalam tulisan sebelumnya, ada metode anggaran dengan teknik pembagian 50:30:20, metode dengan teknik pembagian ZAPFIN, maupun metode dengan teknik pembagian komitmen untuk rumah tangga yang penghasilannya setara dengan upah minimum provinsi (UMP).
Apa pun metode pengelolaan yang dipilih, syarat utama untuk berhasil adalah adanya pembagian rekening yang jelas agar penggunaan tidak bercampur aduk. Setelahnya, dana akan mengalir ke beberapa rekening. Saat ini, saya sarankan menggunakan produk tabungan bank untuk pengeluaran operasional, produk dompet elektronik untuk pengeluaran gaya hidup, dan produk rekening investasi untuk investasi di pasar modal.
Rekening utama adalah rekening penampungan masuknya penghasilan. Sebagai karyawan, gaji bulanan adalah sumber penghasilan utama yang akan digunakan untuk membiayai berbagai keperluan hidup. Sedangkan untuk seseorang yang bekerja dengan sistem lepasan atau freelancer misalnya, maka cairnya tagihan adalah sumber pemasukannya. Dari pemasukan ini, selanjutnya akan dialokasikan ke dalam beberapa pos.
Tes untuk mengevaluasi apakah seseorang telah memiliki cetak biru salah satunya adalah dengan membagi dana ke dalam tiga kantong rekening; living, saving dan playing.
Rekening living adalah rekening yang akan digunakan untuk pembayaran dan pengeluaran biaya hidup. Secara umum akan terbagi dua, yaitu pengeluaran tetap, seperti cicilan, tagihan bulanan, SPP anak, serta biaya langganan.
Berikutnya adalah pengeluaran biaya hidup yang berfluktuasi, seperti pembayaran listrik, pembelian gas untuk memasak, pembelian bensin, serta makanan dan minuman. Pahami, meskipun pengeluaran tergolong biaya hidup, praktiknya dapat dihemat atau juga bisa kebablasan.
Rekening playing adalah rekening yang umumnya digunakan untuk pengeluaran yang bersifat keinginan. Contoh termudah adalah keinginan untuk belanja keperluan pribadi, memberikan hadiah bagi keluarga maupun teman, dan lainnya. Secara umum, rekening playing cukup dibuat dalam bentuk rekening tabungan biasa atau bahkan untuk kalangan pelajar adalah dompet digital.
Rekening saving adalah rekening yang akan digunakan untuk menabung. Untuk kebutuhan ini, sebenarnya seseorang perlu membagi lagi menjadi empat jenis rekening yang berbeda. Rekening dana darurat perlu dipisahkan dari lainnya dan penting untuk ditempatkan dalam bentuk yang sangat likuid.
Kedua adalah rekening untuk pengeluaran tahunan atau saat ini kerap dikenal dengan istilah sinking fund. Contohnya adalah pengeluaran pajak kendaraan, THR untuk orang lain, biaya kurban, pembayaran premi asuransi yang jatuh tempo tahunan serta pengeluaran lain yang hanya akan terjadi setahun sekali.
Seseorang yang memiliki literasi yang baik umumnya akan mengumpulkan dana di rekening tahunan dengan cara mencicil supaya tidak kelabakan saat jatuh tempo di bulan tertentu. Secara umum, rekening untuk sinking fund cukup dibuatkan dalam bentuk rekening tabungan biasa.
Ketiga adalah rekening untuk tujuan jangka pendek dan menengah, seperti tujuan keuangan mengumpulkan uang muka pembelian rumah, dana pendidikan anak, dan lainnya. Tujuan jangka pendek umumnya ingin dicapai dalam satu hingga dua tahun mendatang, sedangkan tujuan jangka menengah ingin dicapai antara tiga hingga sepuluh tahun lagi.
Terakhir adalah rekening untuk tujuan jangka panjang atau di atas sepuluh tahun lagi, seperti dana naik haji, dana usaha, maupun dana pensiun. Sesuai dengan durasi penyimpanan dana yang lebih dari 1 tahun, maka rekening ketiga dan keempat umumnya berbentuk rekening dana investor untuk membeli reksadana, saham maupun obligasi.
Pembaca, agar dapat berhasil mengumpulkan dana darurat, memiliki tabungan untuk memenuhi tujuan keuangan, serta membangun aset untuk masa depan, maka menyusun dan mempraktikkan cetak biru keuangan adalah suatu keniscayaan. Saya pribadi mengelola lebih dari 7 rekening dalam menjalankan perencanaan keuangan selama 20 tahun terakhir. Hasilnya? Berbagai tujuan keuangan yang disusun sejak awal usia 20-an, atas izin Tuhan Yang Maha Kuasa mulai tercapai satu demi satu. Bagaimana dengan Anda?