logo Kompas.id
OpiniSindrom ”Blue Economy”
Iklan

Sindrom ”Blue Economy”

Membangun Indonesia dengan pendekatan ”blue economy” harus diawali dengan upaya pengurangan sindrom yang terjadi. Jangan sampai kita mengklaim berhasil tetapi kemiskinan masih membersamai nelayan dan masyarakat pesisir.

Oleh
YONVITNER
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/eA7kyzWwE3fCjq2UQnnKEw7qg7s=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F05%2F28%2F3097627d-aa78-42bd-b02b-daeff5c32d41_jpg.jpg

Hadirnya Kementerian Kelautan dan Perikanan menjadi embrio pembangunan Indonesia dengan pendekatan blue economy. Namun,konsep pembangunan berbasis sumber daya dari sektor perikanan dan kelautan ini sepertinya jatuh bangun untuk eksis secara utuh. Situasi ini dikenal dengan blue economy syndrom, yaitu situasi yang menunjukkan sikap enggan untuk seutuhnya membangun bangsa ini untuk mensejahterakan rakyat.

Setidaknya ada lima hal yang dapat dilihat sebagai bentuk sindrom majunya blue economy tersebut. Pertama, ketakutan pembiayaan untuk penguatan dan pembangunan sektor maritim. Hal paling sederhana kita lihat minimnya anggaran pembangunan sektor kelautan.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000