”Transpuan” adalah kata yang dibentuk dengan menggabungkan bagian depan sebuah kata dengan bagian belakang kata lain. Kata ini merupakan bentuk rekacipta yang diistilahkan sebagai ”portmanteau”.
Oleh
L WILARDJO
·2 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Sejumlah transpuan Nasrani mengikuti ibadat kebaktian Persekutuan Doa Jalan Terang Kasih Tuhan di sebuah hotel di Yogyakarta, Jumat (22/7/2022).
Dalam dua tahun ini di media (massa dan sosial) kerap kali muncul kata transpuan. Itu mungkin ada kena-mengenanya dengan ihwal hak asasi manusia dalam Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Saya tidak tahu siapa yang merekacipta kata itu dan siapa yang memulai ”pemasarannya” melalui koran. Perekaciptanya kreatif dan pemviralannya aktual dan tepat-waktu (timely).
Puan di ujung kata itu bukan puan yang berarti ’yang dipertuan’. Jadi bukan puan dalam sapaan ”Tuan-tuan dan Puan-puan” yang diucapkan pramugari maskapai penerbangan Malaysia, MAS (Malaysian Airlines System).
Puan dalam kata transpuan—saya kira—adalah bagian belakang dari kata perempuan. Bersama dengan bentuk penggabung (combining form) trans- di depannya, terekaciptalah paduan (blending) yang disebut portmanteau, yakni kata yang dibentuk dengan menggabungkan bagian depan sebuah kata dengan bagian belakang kata lain.
Dalam bahasa Inggris, misalnya, ada kata brunch (breakfast-lunch), yakni makan pertama di antara sarapan dan santap siang. Juga ada portmanteau glamping (glamorous camping).
Dalam bahasa Indonesia juga banyak portmanteau. Ada alat kelengkapan DPR, seperti pansus (panitia khusus) dan panja (panitia kerja).
Ada pangkat perwira tinggi Angkatan Udara, seperti marsdya (marsekal madya) dan marsda (marsekal muda), dan Angkatan Laut, seperti laksdya (laksamana madya) dan laksda (laksamana muda). Ada pula pangkat perwira bintara dan tamtama Angkatan Darat, seperti lettu (letnan satu), sertu (sersan satu), koptu (kopral satu), dan pratu (prajurit satu).
Kita juga dapat merekacipta ”teman”-nya omdo alias omong doang, yakni omsong (omong kosong). Semua itu adalah paduan portmanteau.
Transpuan saya kira adalah padanan dari waria (wanita-pria), yakni orang yang sifat dan perilaku serta orientasi seksualnya (seperti) wanita, tetapi alat kelamin (genital)-nya lelaki/pria. Waria bersinonim dengan wadam (wanita adam).
Sebutan waria bagi mereka yang sifat, perilaku, dan orientasi seksualnya (seperti) wanita, tetapi alat kelamin (genital)-nya pria, sudah bagus. Kalau sekarang ada sebutan transpuan dengan arti yang sama, ya, apa boleh buat; media yang memviralkan istilah rekaciptaan baru ini yang empunya kuasa.
Istilah bencong jangan dipakai karena terdengar melecehkan. Bencong kita jadikan istilah yang dijauhkan (deprecated) saja, agar lama-kelamaan hilang dengan sendirinya.
Akan tetapi, biarlah waria menjadi istilah yang diutamakan (preferred), dan transpuan kita jadikan istilah yang diselangkan (alternated). Istilah bencong jangan dipakai karena terdengar melecehkan. Bencong kita jadikan istilah yang dijauhkan (deprecated) saja, agar lama-kelamaan hilang dengan sendirinya.
Istilah wandu sebenarnya mempunyai konotasi positif. Sebab, andu itulah sebutan bagi Wrahatnala, yang sejatinya adalah Arjuna yang sedang terkena kutukan seorang bidadari di kahyangan yang tergila-gila kepada kesatria Madukara itu, tetapi gairah asmaranya Batari Uruvati itu tidak ditanggapi olehnya. Sayang, istilah wandu ini terdengar kejawa-jawaan.