Evolusi Bank Dunia untuk Dunia
Bank Dunia tengah mengalami evolusi. Strategi utama dalam evolusi Bank Dunia adalah bagaimana mengatasi tantangan global dengan menyediakan barang publik global, sumber pendanaan, dan meningkatkan ketahanan global.
Ya, Bank Dunia tengah mengalami proses evolusi, bukan revolusi. Evolusi ini dimulai sejak Oktober 2022.
Berfokus untuk mengkaji ulang visi dan misi, penguatan model operasi dan kapasitas finansial, proses ini bertujuan agar Bank Dunia dapat lebih baik dalam mengatasi berbagai tantangan (baca: permasalahan) global.
Tantangan atau permasalahan global itu, antara lain, perubahan iklim, pandemi, konflik dan kekerasan, dan kerawanan pangan. Sebagai bagian dari sistem multilateral, Bank Dunia diminta berbuat lebih banyak lagi. Bagaimana perkembangan proses evolusi ini dan apa manfaatnya bagi dunia?
Baca juga :Bank Dunia Tawarkan Kiat Siasati Resesi Global
Kebutuhan pendanaan
Dengan visi A World Free of Poverty (Suatu Dunia yang Bebas dari Kemiskinan) dan misi gandanya—mengakhiri kemiskinan ekstrem dan mendorong kesejahteraan bersama yang berkesinambungan dari sisi lingkungan, sosial, dan fiskal (ending extreme poverty and promoting shared prosperity in an environmentally, socially, and fiscally sustainable way)—Bank Dunia telah membantu mengangkat ratusan juta, bahkan miliaran, orang dari jurang kemiskinan.
Selama tiga dekade terakhir, angka kemiskinan global telah menurun dari 38 persen (1990) menjadi 8,4 persen (2019) (Bank Dunia, 2022).
Bank Dunia telah mendanai 330 miliar dollar AS untuk penanganan krisis di negara-negara berkembang dan 90 miliar dollar AS untuk pendanaan iklim, selama tiga tahun terakhir, yang membantu proses pemulihan ekonomi dan mitigasi perubahan iklim.
Namun, pelbagai tantangan global, terutama pandemi Covid-19, konflik dalam dan antarnegara, dan bencana akibat perubahan iklim, menjadi sebab mundurnya capaian pembangunan global saat ini.
Beberapa studi yang dilakukan Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengestimasi, sampai dengan akhir 2022, ada sekitar 700 juta penduduk dunia yang masih hidup dalam kemiskinan ekstrem (garis kemiskinan di bawah 2,15 dollar AS per kepala per hari).
Sebanyak 60 persen dari jumlah tersebut ada di Sub-Sahara Afrika dan 10 persen di negara yang sedang dan terpengaruh konflik.
Jika menggunakan indikator garis kemiskinan sebesar 6,85 dollar AS per kepala per hari (indikator untuk negara-negara berpendapatan menengah atas/upper middle-income countries), sedikitnya 3 miliar penduduk dunia masih terkategori sebagai miskin.
Pada tahun 2030 diperkirakan ada sekitar 575 juta penduduk miskin ekstrem dan 670 juta orang yang berpotensi masih kelaparan. Upaya global untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (UN SDGs) tahun 2030 menghadapi jalan terjal.
Dalam laporan bertajuk ”Evolution of the World Bank Group—A Report to Governor” yang disampaikan kepada dewan gubernur Bank Dunia (para menteri keuangan dari 189 negara anggota) pada pertemuan musim semi Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), 12 April 2023, terdapat estimasi negara berkembang membutuhkan 2,4 triliun dollar AS per tahun selama periode 2023-2030.
Pada tahun 2030 diperkirakan ada sekitar 575 juta penduduk miskin ekstrem dan 670 juta orang yang berpotensi masih kelaparan.
Dana tersebut untuk mengatasi tiga tantangan global, yakni perubahan iklim, konflik, dan pandemi. Laporan tersebut juga mencatat studi IMF di tahun 2021 yang memperkirakan kebutuhan sebesar 2,6 triliun dollar AS per tahun sampai dengan tahun 2030 untuk memenuhi UN SDGs di lima area, yakni pendidikan, kesehatan, jalan, listrik, air, dan sanitasi.
Strategi dan proses evolusi
Fenomena di atas hanyalah sebagian dari banyaknya dan besarnya tantangan global yang dihadapi saat ini.
Strategi utama dalam evolusi Bank Dunia adalah bagaimana mengatasi tantangan global dengan menyediakan barang publik global, mencari sumber pendanaannya, dan meningkatkan ketahanan global terhadap tekanan dan krisis.
Penyediaan barang publik global, misalnya pembangunan pembangkit energi terbarukan yang diharapkan berdampak lintas batas dengan menghasilkan energi bersih dan penurunan emisi gas rumah kaca, merupakan aksi lokal (negara).
Amplifikasi dampak ini ke global memerlukan aksi kolektif dan terkoordinasi, baik secara regional (kawasan) maupun global sehingga upaya penyediaan barang publik global di atas tidak hanya menguntungkan bagi negara klien, tetapi juga menguntungkan bagi komunitas global.
Dewan Gubernur Bank Dunia menyambut baik perluasan misi yang memasukkan unsur ketahanan (resilient). Misi tersebut kemudian akan diterjemahkan ke dalam model operasi dan kapasitas finansial.
Selanjutnya, perlu untuk mendefinisikan skala dan cakupan, menetapkan kriteria, menyusun indikator dan prioritas dari barang publik global dan bagaimana partisipasi negara, swasta, dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan aksi kolektif.
Model operasi Bank Dunia menekankan pada keterlibatan negara (country engagement model) dan dilengkapi berbagai peranti diagnostik (systematic country diagnostic and country climate development report).
Model ini perlu lebih menguatkan kepemilikan dan partisipasi negara klien dalam menyediakan barang publik global, dilengkapi dengan skema insentif yang tepat dan berorientasi kepada hasil (outcome orientation).
Bank Dunia sebagai institusi pengetahuan dapat lebih mendorong peningkatan kapasitas dan utilisasi dari sumber daya yang dimiliki negara klien.
Baca juga : Bank Dunia Dukung Pendanaan Penuh bagi Program Percepatan Penurunan Tengkes
Untuk mengatasi kendala pendanaan yang ada, salah satu strategi yang bisa diambil adalah dengan memobilisasi modal swasta (private capital mobilization) dan optimasi sumber daya domestik (domestic resource mobilization).
Dalam konteks ini, Bank Dunia sudah dan perlu terus meningkatkan sinergi empat institusinya, dua untuk layanan publik—International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dan International Development Association (IDA) dan dua untuk privat (International Finance Corporation (IFC) dan Multilateral Investment Guarantee Agency (MIGA)—dalam skema One World Bank Group (WBG).
Optimisasi neraca Bank Dunia dan improvisasi strategi keuangan yang telah dilakukan dan menghasilkan
50 miliar dollar AS untuk sepuluh tahun ke depan adalah suatu awalan yang bagus walaupun masih jauh dari kebutuhan.
Di sini, peran sektor swasta menjadi suatu keniscayaan. Beberapa kalangan menyarankan perlunya peningkatan modal Bank Dunia (capital increase) untuk membantu kesenjangan pendanaan tersebut.
Indikator keberhasilan dan manfaat
Bank Dunia tidak bisa dan tidak akan sendiri dalam mengatasi tantangan global. Peran negara yang menjadi pemegang sahamnya sangat kritikal.
Banyak negara berkembang berharap agar negara-negara maju dapat berkontribusi lebih dalam proses pendanaan barang publik global.
Aspirasi komunitas global agar Bank Dunia dapat menjadi institusi pengungkit sedemikian besar. Sebagai institusi tertua dan terbesar dalam kerja sama pendanaan pembangunan, keberhasilan proses evolusinya akan menjadi faktor penentu keefektifan sistem multilateral.
Keberhasilan proses evolusi ini barangkali dapat dilihat dari sejauh mana keterlibatan negara klien dalam memahami prioritas barang publik global, menyelaraskannya dengan agenda domestik, dan turut dalam aksi kolektif penyediaan barang publik global.
Negara berkembang membutuhkan insentif, pengetahuan, dan pengembangan kapasitas. Mobilisasi modal swasta menjadi faktor kunci dalam mencukupkan kebutuhan pendanaan. Peran convening power Bank Dunia dalam mobilisasi dana ini menjadi syarat perlu dan akan diuji optimalitasnya.
Dengan aksi kolektif ini, diharapkan komunitas global akan semakin berdaya tahan menghadapi pelbagai tekanan dan krisis.
Dengan aksi kolektif ini diharapkan komunitas global akan semakin berdaya tahan menghadapi pelbagai tekanan dan krisis. Manfaat dari proses evolusi ini juga terkait erat dengan percepatan target capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB 2030. Pertemuan musim semi April lalu merupakan laporan awal capaian proses evolusi.
Pertanyaan mengenai bagaimana indikator keberhasilan proses evolusi sudah dilontarkan oleh dewan gubernur. Kita masih akan menunggu perkembangan lanjutan dari evolusi Bank Dunia tersebut, dan hal ini akan dilaporkan pada pertemuan tahunan WBG-IMF di Marrakesh, Maroko, Oktober tahun ini.
Wempi Saputra, Direktur Eksekutif Bank Dunia untuk Grup Konstituensi Asia Tenggara