Covid-19 Kini dan Nanti
WHO putuskan fase darurat penanganan Covid-19 berakhir. Akan tetapi, WHO tidak menyebutkan apakah pandemi berakhir atau tidak. Kewaspadaan masih diperlukan untuk mencegah penularan Covid-19 yang masih mungkin terjadi.
Harian Kompas, Sabtu (6 Mei 2023), menurunkan artikel berjudul ”Fase Darurat Covid-19 Selesai”. Menurut Dirjen WHO, angka Covid-19 menunjukkan tren penurunan kasus baru dan kematian. Tekanan pada sistem kesehatan juga amat berkurang, sementara kekebalan komunitas global meningkat.
Secara global sudah banyak negara yang aktivitas masyarakatnya seperti sebelum pandemi Covid terjadi. Berbagai pertimbangan itu membuat WHO menyatakan bahwa Covid-19 bukan lagi public health emergency of international concern (PHEIC) sejak Jumat, 5 Mei 2023.
Baik kalau kita kaji mendalam pernyataan WHO itu tentang hal ini, untuk panduan kita dalam menentukan bagaimana kebijakan nasional yang perlu diambil. Untuk itu, mari kita lihat pengalaman selama ini.
Baca juga : WHO Putuskan Fase Darurat Penanganan Covid-19 Berakhir
Masa kedaruratan berakhir
Pandemi sebelum Covid-19 adalah influenza H1N1, dinyatakan sebagai pandemi oleh Dirjen WHO (ketika itu Margaret Chan) pada 11 Juni 2009. Setahun kemudian, pada 10 Agustus 2010, WHO menyatakan dunia sudah masuk periode pascapandemi. Artinya, secara tegas dinyatakan bahwa pandemi influenza H1N1 sudah berhenti.
Di pihak lain, untuk Covid-19, pada 30 Januari 2020 dinyatakan sebagai PHEIC. Baru dinyatakan sebagai pandemi satu setengah bulan kemudian, yaitu pada 11 Maret 2020.
Tiga tahun setelah itu, pada 5 Mei 2023, WHO menyatakan PHEIC sudah berakhir. Tidak menyebutkan apakah pandemi berakhir atau tidak, jadi jelas berbeda dengan situasi ketika pandemi H1N1 lebih dari 10 tahun lalu.
Untuk itu, ada tiga analisis kemungkinannya. Pertama, mungkin dalam bulan mendatang WHO akan mengeluarkan pernyataan resmi bahwa pandemi Covid sudah berakhir, seperti yang telah mereka lakukan pada pandemi H1N1.
Kedua, pada waktu pandemi influenza H1N1, istilah yang digunakan adalah dunia memasuki masa pascapandemi, dan kita akan tunggu istilah apa yang akan digunakan WHO nanti kalau mereka menyatakan pandemi Covid-19 sudah berakhir.
Analisis ketiga, walau situasi Covid-19 sekarang memang sudah terkendali, masih ada beberapa faktor yang perlu diwaspadai, termasuk kemungkinan varian baru. Ini mungkin saja menjadi salah satu alasan kenapa WHO tidak atau belum secara tegas menyatakan bahwa pandemi Covid berakhir.
Sebaliknya, WHO justru menegaskan bahwa Covid-19 sebagai ancaman kesehatan global belum berakhir. Untuk itu, kewaspadaan masih diperlukan untuk mencegah penularan Covid-19 yang masih mungkin terjadi di masyarakat.
Untuk menunjukkan keseriusan menghadapi hari mendatang, WHO kini sedang menyiapkan Rencana Kesiapan dan Respons Strategis Penanganan Covid-19 tahun 2023-2025, sesuatu yang tampaknya perlu kita siapkan juga di dalam negeri untuk tetap melindungi anak bangsa.
Baik juga kita mengetahui apa sebenarnya maksud dari public health emergency of international concern (PHEIC) atau istilah bahasa Indonesianya yang saya perkenalkan ketika bertugas sebagai dirjen di Kementerian Kesehatan adalah kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (KKMMD).
Sebaliknya, WHO justru menegaskan bahwa Covid-19 sebagai ancaman kesehatan global belum berakhir.
Menurut definisi dalam International Health Regulation (IHR) 2005, PHEIC/KKMMD adalah kejadian luar biasa (KLB) yang mengancam kesehatan masyarakat negara lain melalui penyebaran global, dan penanggulangannya memerlukan respons internasional yang terkoordinasi. Artinya, kalau ada kejadian luar biasa di satu negara tetapi tidak mengancam penyebaran ke negara lain, hal itu bukan PHEIC/KKMMD. Itu adalah KLB atau wabah di negara itu saja.
Jadi, PHEIC/KKMMD mengacu pada kemungkinan penyebaran antarnegara secara global. Kondisi inilah yang dinyatakan sudah tidak ada lagi untuk Covid-19 sejak 5 Mei 2023. Bukan penyakitnya yang hilang.
Untuk ini, baik kita cermati suatu artikel di media pada 6 Mei 2023 berjudul ”WHO Umumkan Darurat Covid-19 Berakhir Saat Kasus di Indonesia Justru Meroket”. Memang betul kasus kita sekarang ini sedang terus meningkat, dari di bawah 200 orang dan di bawah 5 orang yang meninggal menjadi lebih dari 2.000 kasus dan sedihnya lebih dari 20 kematian pula. Pada 5 Maret 2023 kita ada 165 kasus baru dan 2 kematian. Angka ini kemudian meningkat menjadi 665 kasus baru dan 4 kematian pada 5 April 2023.
Tetap waspada
Pada saat Covid-19 dinyatakan bukan darurat kesehatan global lagi pada 5 Mei 2023, kasus kita masih melonjak berlipat ganda, menjadi 2.122 kasus baru dan 20 kematian dalam sehari. Karena itu, memang di satu sisi kita patut berlega hati bahwa Covid-19 sudah tidak menjadi kedaruratan kesehatan global. Namun, di sisi lain, kita tetap perlu waspada, setidaknya dalam lima hal berikut.
Pertama, walaupun Covid-19 bukan lagi kedaruratan kesehatan global, virusnya masih ada, penyakitnya masih ada, pasien masih ada, dan bahkan kematian akibat Covid-19—baik di Indonesia maupun dunia—masih akan terjadi. Bedanya, jumlah menjadi sedikit dan situasi kesehatan terkendali.
Ilustrasi
Kalau kita belajar dari pengalaman pandemi influenza H1N1 yang sudah dinyatakan berhenti pada tahun 2010, maka virusnya masih ada sampai sekarang, 13 tahun sesudah pandemi dinyatakan berhenti. Artinya, SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 juga masih bersama kita pada tahun-tahun mendatang, dan tetap perlu diwaspadai.
Kedua, ilmu pengetahuan masih harus terus berkembang di bidang Covid-19, apalagi penyakitnya masih relatif baru, umurnya baru tiga tahun lebih dari sejak dilaporkan pertama kali pada Desember 2019. Bandingkan dengan penyakit lain yang sudah puluhan dan ratusan tahun umurnya sehingga ilmu pengetahuan sudah punya pengalaman panjang dan bukti ilmiah yang amat lengkap pula.
Para pakar ilmuwan dalam dan luar negeri masih harus terus menggali ilmu tentang banyak hal. Misalnya, ini, bagaimana kemungkinan varian baru, mengatasi dampak long Covid, sampai kapan vaksin perlu diulang, ataupun bagaimana mendorong vaksin agar lebih punya data ilmiah sehingga tidak perlu lagi menggunakan izin khusus (emergency use) dalam pemakaian vaksin seperti sekarang.
Upaya pengendalian oleh pemerintah tetap harus dijalankan, sebagaimana juga pengendalian berbagai penyakit menular lainnya.
Kendalikan penyakit menular
Ketiga, kita semua tentu tetap harus waspada menghadapi apa pun penyakit menular yang ada, termasuk Covid-19. Upaya pengendalian oleh pemerintah tetap harus dijalankan, sebagaimana juga pengendalian berbagai penyakit menular lainnya.
Pengendalian penyakit menular apa pun, dimulai dengan penyuluhan kesehatan dan peran serta masyarakat, pencegahan, surveilans dan deteksi kasus, penyelidikan epidemiologis, respons pada KLB. Selanjutnya penanganan kasus akut di fasilitas pelayanan kesehatan dan juga di komunitas, penanganan dampak kronis (termasuk long Covid) serta kegiatan paliatif. Untuk semua itu perlu dilakukan penelitian dan pengembangan kesehatan berkelanjutan.
Keempat, kita tahu pasti bahwa akan ada pandemi lagi di masa datang. Kita hanya tidak tahu kapan akan terjadi dan apa penyakit yang jadi penyebabnya. Dengan demikian, program pencegahan dan persiapan (prevention and preparedness) tetap perlu dijalankan supaya kalau ada pandemi lagi tidaklah seberat menghadapi Covid-19.
WHO menyatakan bahwa laporan resmi tiga tahun pandemi Covid menunjukkan telah dilaporkan hampir 7 juta kematian, dengan kenyataan angka lapangan jauh lebih tinggi. Setidaknya sekitar 20 juta kematian di dunia.
Sejauh ini para pakar menyebutkan tiga penyakit yang mungkin menjadi semacam ”kandidat” pandemi berikut, yaitu penyakit yang bersumber pada binatang (zoonosis), mungkin juga pandemi influenza yang berulang dengan strain/galur yang berbeda, serta kemungkinan ketiga: penyakit baru sama sekali. Inilah yang disebut sebagai ”penyakit X”.
Terakhir, yang kelima, untuk anggota masyarakat luas, marilah kita terus menjaga pola hidup sehat. Jadikanlah kesehatan sebagai prioritas penting dalam hidup kita sehari-hari. Lakukan pendekatan CERDIK: Cek kesehatan berkala, Enyahkan asap rokok dan polusi udara, Rajin beraktivitas fisik dan olahraga, Diet makanan yang bergizi dan seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres.
Ingat, kesehatan adalah aset amat berharga dan perlu kita pelihara baik-baik. Pengalaman semasa Covid-19 membuktikan bahwa health is not everything, but without health everything is nothing.
Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI/Guru Besar FKUI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara