Bermain-main kata tidak dilarang dalam penulisan berita apa pun, termasuk berita olahraga. Banyak cara dilakukan penulis agar pembaca tergerus hatinya dan larut dalam tulisan. Namun, jangan abaikan pula faktor kepaduan.
Oleh
Nur Adji
·4 menit baca
Ada konvensi tidak tertulis di kalangan penulis berita olahraga bahwa berita yang disajikan harus membuat pembaca terkesima saat membacanya. Salah satu caranya dengan memberdayakan kata, istilah, atau kalimat yang ekspresif. Dengan cara itu pula, si pembaca diharapkan larut dalam tulisan dan tergerus hatinya untuk terus membaca sampai tuntas.
Tak heran jika kata, istilah, atau kalimat yang dipergunakan dalam berita-berita olahraga kebanyakan ekspresif. Satu arti atau satu pengertian dari kata, istilah, atau kalimat dapat diwujudkan dalam beberapa kata, istilah, atau kalimat yang berbeda. Kata-kata yang dimunculkan, dan dilakukan secara sengaja, itu adalah kata-kata yang menggugah emosi pembaca.
Pada era 1980-an (1988), misalnya, muncul ungkapan si leher beton. Gabungan kata ini ditulis wartawan untuk menggambarkan betapa kokoh-kuatnya leher si Mike Tyson sehingga dia sulit dikalahkan lawan-lawannya. Jangan-jangan, pemunculan ungkapan itu di media massa juga membuat semua calon lawan Tyson kalah sebelum bertanding.
Tak heran jika kata, istilah, atau kalimat yang dipergunakan dalam berita-berita olahraga kebanyakan ekspresif.
Dalam berita berjudul ”Larry Holmes Terkapar dan Tontonan Pun Bubar” (Kompas, 24 Januari 1988), si penulis berita menulis soal keperkasaan Tyson: ”Larry Holmes terkapar untuk ketiga kalinya, dan tak bangun sampai sang wasit menyatakan pertandingan selesai. Larry roboh setelah dihajar habis Mike Tyson, si leher beton. Seperti tak berperikemanusiaan. Apakah itu bukan kekejaman?”
Ungkapan atau julukan si leher beton dalam tulisan itu melengkapi ungkapan lain seperti terkapar, dihajar habis, tak berperikemanusiaan, dan kekejaman. Dipadupadankan dengan kata lain, kalimat yang tersusun membuat pembaca terkesima dan ingin terus membaca kelanjutan dari berita tersebut.
Tulisan olahraga yang kerap bermain-bermain dengan kata adalah tulisan tentang sepak bola. Yang menarik, satu pengertian dari kata menang dalam olahraga ini dapat diungkapkan dalam banyak ungkapan. Dari yang bermakna ”biasa” atau standar hingga yang ”bombastis”.
Yang bermakna standar biasanya hanya ditulis dengan kata menang, memenangi, memenangkan, menang atas, dan mengalahkan. Satu contoh dari penggunaan kata tersebut adalah ”Mohamed Salah memenangkan Liverpool di detik-detik akhir pertandingan”.
Kata memenangkan dapat diganti dengan memenangi dengan cara mengubah struktur kalimat. Misalnya, ”Liverpool memenangi pertandingan di detik-detik akhir pertandingan berkat Mohamed Salah”.
Kata menang atas juga dapat digunakan untuk kalimat tersebut, tetapi dengan menyertakan lawan yang dikalahkan. Umpamanya, ”Liverpool menang atas Chelsea 2-1 di detik-detik akhir pertandingan berkat Mohamed Salah”.
Dalam kalimat ini, kata mengalahkan juga dapat dipakai sebagai alternatif. Umpamanya, ”Liverpool mengalahkan Chelsea 2-1 di detik-detik akhir pertandingan berkat Mohamed Salah”.
Dibandingkan dengan kata-kata ”biasa” di atas, kata-kata ”bombastis” biasanya digunakan untuk pertandingan dengan skor yang sangat timpang. Katakan saja tim yang satu mengalahkan tim yang lain dengan skor 3-0.
Beberapa contoh dapat membuktikan hal itu.
1. Benzema Cetak Hattrick, Madrid Gunduli Valladolid 6-0
2. Liverpool Gilas Habis Leeds United dengan Skor Telak 6-1
3. Liverpool Hancurkan Manchester United 7-0 di Anfield
4. Benzema Menggila, Real Madrid Hajar Almeria 4-2
5. Atletico Madrid Tekuk Cadiz 5-1
6. Barcelona Cukur Gundul Real Betis 4-0
7. Meski Sikat Rayo Vallecano 4-0, Elche Tetap Jadi Juru Kunci
Kata-kata gunduli, gilas habis, hancurkan, hajar, tekuk, cukur gundul, dan sikat menggambarkan upaya si penulis untuk menunjukkan kesebelasan yang satu lebih mendominasi kesebelasan yang lain. Adakalanya juga menggambarkan keberpihakan si penulis akan kesebelasan yang dijagokannya. Sejauh ini, hal itu tidak menjadi masalah karena dominasi yang satu atas yang lain hanya terjadi di atas lapangan. Banyak yang berseloroh, ”Toh, itu cuma berita olahraga.”
Namun, dalam tulisan bukan berita olahraga, kata-kata seperti hancurkan, gilas habis, hajar, dan sikat, bisa jadi akan berdampak lain kepada pembaca. Dalam berita metropolitan, umpamanya, kata gilas habis seperti dalam kalimat ”pemerintah daerah gilas habis warung-warung kecil di sekitar taman” terasa sarkastis. Ada dominasi kuasa pihak atas terhadap pihak bawah. Ini bakal jadi bahan yang menarik bagi warganet untuk memviralkannya.
Yang menjadi catatan dari penggunaan kata-kata yang bombastis itu adalah terkait kepaduannya (atau logikanya). Contoh berikut menjelaskan hal itu.
1. Real Madrid Cukur Osasuna 2-0, Benzema dan Kroos Absen
2. Sukses Sikat Habis Almeria 4-2, Real Madrid Tempel Barca
3. Bayern Muenchen Gunduli Barcelona 8-2, Dua Gol Dicetak Sang Mantan, Coutinho
4. Chelsea Bantai Dortmund 1-0
5. The Gunners Menang Telak 3-1 atas Chelsea
Semua contoh di atas menunjukkan ketidakpaduan antara kata-kata bombastis dan hasil pertandingannya. Umpamanya saja contoh kalimat nomor tiga (Bayern Muenchen Gunduli Barcelona 8-2, Dua Gol Dicetak Sang Mantan, Coutinho).
Kata gunduli, sesuai dengan acuannya, yakni kata gundul, berarti ’mencukur rambut hingga gundul’. Makna lainnya adalah ’menebangi pohon hingga habis’ dan ’mengalahkan dengan tidak memberi angka kepada lawan’. Maka, kata gunduli yang dibarengi dengan skor 8-2 tidak tepat secara bahasa. Mestinya Barcelona tidak mencetak satu gol pun ke gawang Muenchen.
Yang menjadi catatan dari penggunaan kata-kata yang bombastis itu adalah terkait kepaduannya (atau logikanya).
Demikian pula contoh lain, seperti contoh kalimat nomor 4 (Chelsea Bantai Dortmund 1-0). Kata bantai menunjukkan kesebelasan yang dikalahkan betul-betul tidak berdaya melawan kesebelasan yang mengalahkan. Karena tidak berdaya, skor 0-1 tidak mencerminkan ketidakberdayaan. Untuk kasus ini, skor yang tepat adalah skor yang sangat timpang. Bisa 3-0, 4-1, 5-0, dan seterusnya.
Ada pula pemakaian kata yang tidak sesuai dengan pasangannya, misalnya menang dari dan kalah atas. Kedua ungkapan tersebut lebih tepat ditulis menang atas dan kalah dari.
Kata-kata lain yang menunjukkan kesepadanan dengan menang adalah meraih kemenangan, menangguk kemenangan, memetik angka penuh, menang telak, menang besar, menang tipis, libas (melibas), tekuk (menekuk), taklukkan (menaklukkan), bantai (membantai), gasak (menggasak), menyudahi perlawanan, dan seterusnya.