Organisasi PKK terbukti menjadi wadah bagi perempuan untuk berdaya, berkarya, dan berdampak. Kontribusi PKK ke depan adalah membangun kolaborasi yang lebih luas dengan berbagai pihak.
Oleh
FERY FARHATI
·4 menit baca
”Perempuan Kurang Kerjaan”. Itulah pelesetan dari singkatan PKK yang pernah dilontarkan untuk organisasi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga. Padahal, organisasi yang berdasarkan peraturan presiden dan peraturan menteri dalam negeri itu memiliki ”otot” massa kaum perempuan yang sangat besar.
Dari segi keanggotaan saja, anggota PKK yang tersebar di seluruh provinsi mencapai kurang lebih 4 juta kader. Di Jakarta, ada 207.971 kader. Sebutan ”kader” itu sudah menunjukkan semangat sebuah ”pergerakan” di benak para anggotanya. Kebetulan, mayoritas atau sekitar 90 persen anggotanya adalah kaum perempuan.
PKK berawal dari Seminar Home Economic di Bogor pada 1957, yang saat itu menghasilkan rumusan 10 Segi Kehidupan Keluarga. Salah satu kiprah PKK yang membuatnya mencuat ke pentas nasional adalah ikhtiar mengatasi busung lapar di kawasan Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, pada 1967.
Pada 1972, Mendagri atas perintah Presiden RI saat itu mengirimkan perintah kepada para gubernur di seluruh Indonesia untuk mengubah kepanjangan PKK dari Pendidikan Kesejahteraan Keluarga menjadi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. Pada 2000, singkatan PKK menjadi Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga berdasarkan Keputusan Mendagri Nomor 53 Tahun 2000. Pengubahan nama ini seiring dengan penyesuaian tujuan pokok dan fungsi PKK yang berperan lebih luas di masyarakat.
PKK menjadi kekuatan nyata di lapangan karena mampu menampung dan menyalurkan semangat kaum perempuan. Di momen bulan April ini, kita merayakan Hari Kartini untuk mengenang jasa Ibu Kartini yang ingin kaum perempuan diberi kesempatan mengenyam pendidikan dan dapat berdaya dalam membangun ekonomi keluarganya.
Ibu Kartini dalam beberapa suratnya yang dikirim kepada sahabatnya di Belanda menunjukkan keprihatinannya atas kondisi perempuan di daerah Jepara, Jawa Tengah. Surat-surat itu dikelola oleh Mr JH Abendanon dan dijadikan buku dengan judul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) yang terbit pada 1911. Buku ini menginspirasi kaum perempuan di Tanah Air dan dunia sehingga pada 1964 pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada Ibu Kartini.
Semangat inilah yang masih dapat dirasakan dalam hampir semua kegiatan PKK di Tanah Air. Kebersamaan selama lima tahun di Jakarta merupakan pengalaman yang membukakan mata kami bahwa peran kader PKK sangat instrumental dalam menyukseskan program pemberdayaan keluarga dan masyarakat dari pemerintah.
Energi besar kaum perempuan itu tersalurkan dengan baik berkat PKK. Ada 10 Program Pokok PKK, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, sampai fasilitasi telah dilakukan oleh empat kelompok kerja (pokja). Para kader PKK sudah semakin luas peran dan tanggung jawabnya, termasuk di dalamnya kader Jumantik, kader Dasawisma, dan kader Posyandu. Tiap kader memiliki tugas dan tanggung jawab yang spesifik, antara lain menggerakkan, mendata, dan menyuluh.
Energi besar kaum perempuan itu tersalurkan dengan baik berkat PKK. Ada 10 Program Pokok PKK, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, sampai fasilitasi telah dilakukan oleh empat kelompok kerja.
Kader Jumantik, misalnya, tidak saja memastikan tiap rumah bebas dari jentik nyamuk, tetapi juga memastikan bahwa tiap rumah memenuhi syarat sebagai rumah sehat. Kader Dasawisma bertanggung jawab atas 10-20 rumah tangga dan memiliki peran dalam mendata, menggerakkan, dan menginformasikan. Kader Posyandu memantau tumbuh kembang anak, memastikan asupan gizi anak terpenuhi, serta memberikan kesadaran tentang pentingnya pola asuh yang baik.
Kader PKK memiliki potensi besar yang masih belum banyak dikembangkan. Faktanya, willingness to learn atau semangat belajar mereka amat tinggi. Pengalaman terkait ini adalah ketika mengadakan forum SDGs (Sustainable Development Goals), para kader begitu antusias dan cepat dalam menangkap materi.
Hal ini dipermudah juga karena SDGs kurang lebih terangkum dalam 10 program pokok PKK yang terus dilaksanakan dan sejalan dengan apa yang ingin dicapai secara universal. Selain menambah wawasan, forum tersebut juga memberikan pencerahan bagi para kader: gerakan mereka mengakar ke bawah, tetapi memiliki dampak yang mendunia.
”Intangible, yet instrumental”
Dampak atau outcome PKK yang signifikan tersebut banyak yang tidak kasatmata (intangible). PKK hadir bukan sekadar memajang karya, tetapi memberikan dampak positif dan berkelanjutan. Keterbatasan pemahaman tentang kaum perempuan di akar rumput terkait kebutuhan masyarakat hingga lingkup keluarga membuat PKK instrumental.
Melihat begitu signifikannya peran kader PKK bagi pembangunan, mereka bisa diandalkan untuk menjadi garda terdepan kesejahteraan keluarga. Keberagaman dalam tubuh PKK merupakan kekuatan tambahan dalam bergerak mengatasi berbagai masalah sosial.
Kader PKK berasal dari berbagai kalangan, berbagai profesi, baik yang muda hingga lanjut usia (lansia), berbagai suku, agama, dan ragam tingkat pendidikan. Yang lebih strategis lagi adalah perannya dalam membangun masyarakat yang guyub dan rukun. Para kader menjadi sosok kompeten dengan pengetahuan lapangan yang kuat serta rasa kepemilikan terhadap masalah yang tinggi (dedicated).
PKK hadir bukan sekadar memajang karya, tetapi memberikan dampak positif dan berkelanjutan.
Kontribusi PKK ke depan adalah membangun kolaborasi yang lebih luas dengan berbagai pihak. Kader PKK adalah aset dalam memahami kondisi riil masyarakat. Sebagai contoh, kolaborasi antara PKK DKI Jakarta dan Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) Indonesia berhasil mewujudkan ruang bergerak yang nyaman dan aman di beberapa kampung dari sudut pandang perempuan.
Contoh lainnya, selama pandemi, kader PKK terus bergerak meneruskan berbagai informasi dan mendata keluarga serta kebutuhannya di tengah ancaman kematian akibat virus Covid-19 yang tinggi. Jakarta mampu membangun data lengkap keluarga hingga 70 persen penduduknya berkat para kader PKK juga.
Data sistem Carik Jakarta, yang merupakan hasil olahan data lapangan milik para kader ini, membantu Pemprov DKI dan pemerintah pusat menyediakan dukungan bagi yang terdampak Covid-19. Melihat berbagai tantangan yang ada, sudah saatnya pemerintah, swasta, dan berbagai pihak secara serius melibatkan kader PKK di seluruh Indonesia sebagai mitra strategis mereka dalam merancang serta melaksanakan berbagai inisiatif.
Pantang pulang sebelum kelar. Moto ini yang menjadi pegangan para kader PKK. Para perempuan yang memilih jalan terjal menyejahterakan keluarga dan masyarakat, bukan untuk tampil dan mendapatkan apresiasi, melainkan memberikan dampak dan manfaat bagi sekitar. Seperti Kartini yang tangguh dan berdedikasi, para kader PKK juga akan siap menjalankan dan mengawal setiap program hingga ke pintu-pintu rumah setiap keluarga Indonesia dengan sebaik-baiknya.
Tulisan ini saya persembahkan untuk seluruh kader penggerak PKK di penjuru Indonesia. Semoga semangat para kader penggerak terus berkobar untuk menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan kesejahteraan keluarga. PKK adalah wadah bagi perempuan untuk berdaya, berkarya, dan berdampak.
Fery Farhati, Ketua Tim Penggerak PKK DKI Jakarta 2017-2022