Kita berharap pemerintah, organisasi nonpemerintah, dan semua pihak yang peduli terhadap kelestarian badak jawa untuk duduk bersama mencari solusi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Belasan badak jawa tidak terekam dalam kamera pemantau di Taman Nasional Ujung Kulon. Satwa liar dilindungi itu kian terpojok di habitat terakhirnya.
Harian Kompas, Rabu (12/4/2023), melaporkan berita itu dengan judul ”Ancaman di Ujung Kulon Meningkat, 15 Badak Jawa Hilang”. Berita mengutip laporan investigasi Auriga Nusantara, organisasi nonpemerintah yang bergerak dalam upaya melestarikan sumber daya alam dan lingkungan.
Investigasi dilakukan sejak September 2022 hingga Maret 2023. Auriga Nusantara juga mengamati langsung di lokasi dan mendapatkan rekaman kamera pemantau Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Rekaman kamera menunjukkan, 18 dari 80 badak jawa (Rhinoceros sondaicus) tidak konsisten terekam kamera sejak tahun 2019. Ke-18 badak jawa tersebut telah diberi nama. Dari 18 individu, sembilan individu adalah betina, yaitu Dewi, Puri, Puspa, Silva, Ratna, Mantili, Bety, Melati, dan Febri. Sebanyak sembilan badak pejantan adalah Rawing, Dipati, Dwipa, Bayu, Satria, Mahesa, Wira, Bagas, dan Prabu.
Dari 18 badak tersebut, tiga badak mati, yang terdiri dari satu pejantan dan dua betina, yaitu Wira, Puspa, dan Febri.
”Dari 18 badak tersebut, 15 individu masih tidak terekam setidaknya sampai tahun 2021 atau Agustus 2022. Hal ini semakin diperparah karena tujuh individu dan 16 badak yang tidak terekam tersebut merupakan betina,” ujar peneliti Auriga Nusantara, Riszki Is Hardianto.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sudah memantau ke-15 badak yang tidak terekam kamera. Kepala Biro Hubungan Masyarakat KLHK Nunu Anugrah menjelaskan, untuk mengetahui keberadaan ke-15 individu yang tidak terekam kamera pemantau, pada 2022 Balai TNUK memasang 185 kamera pemantau di Resor Kalejetan, Handeuleum, Peucang, Karangranjang, dan Cibunar.
Hasil identifikasi melalui kamera pemantau tahun 2022 menunjukkan, ada dua individu terekam kembali, yaitu Melati—yang terekam bersama anak—dan Silva.
Mengenai penyebab tidak terekamnya badak jawa, Auriga Nusantara menduga karena diburu. Hasil investigasi menunjukkan temuan jerat yang penggunaannya mengarah ke badak atau mamalia besar. Dari rekaman kamera terdeteksi orang-orang masuk secara ilegal dan bersenjata api. Namun, Nunu menilai, terlalu dini menyimpulkan karena perburuan ilegal. Hingga kini juga belum ditemukan bukti kematian badak.
Kita tidak ingin silang pendapat ini berkepanjangan. Kita berharap pemerintah, organisasi nonpemerintah, dan semua pihak yang peduli terhadap kelestarian badak jawa untuk duduk bersama mencari solusi penyelamatan ke-15 individu badak ini. Kita tentu berharap-harap cemas mereka masih hidup di tengah makin terancamnya habitat badak jawa di sudut barat Pulau Jawa. Kelestarian badak jawa menjadi perhatian kita.
Editor:
PAULUS TRI AGUNG KRISTANTO, ANTONIUS TOMY TRINUGROHO