Terbang Lebih Tinggi Lebih Jauh
Momentum HUT Ke-77 TNI AU momen yang tepat untuk merefleksikan semua tugas yang telah dilaksanakan untuk bangsa dan negara, serta apa yang harus ditingkatkan pada masa mendatang sebagai penjaga wilayah udara nasional.
Pesawat C-130 J A-1339 Super Hercules TNI AU mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma, Senin (6/3/2023).
Pesawat menempuh perjalanan panjang ferry flight selama 34 jam, dari Marietta, Amerika Serikat. Satu penerbang dan satu teknisi TNI AU ikut dalam penerbangan sejauh 9.976 nautical miles (18.475,55 kilometer) itu.
Dua hari kemudian, Rabu (8/3/2023), pesawat diserahkan secara resmi oleh Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto kepada Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono. Disaksikan Presiden Joko Widodo dan beberapa pejabat sipil dan militer.
Kedatangan pesawat buatan Lockheed Martin, AS, tersebut tidak saja menghadirkan energi baru, tetapi juga harapan baru. Tahapan penguatan alutsista setapak makin maju. Pesawat C-130 J Super Hercules itu sudah lama dinantikan untuk memperkuat peran TNI AU dalam menjalankan tugas-tugasnya. Baik dalam konteks Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Kemampuannya dalam mengangkut logistik hingga 20.000 kilogram, membawa 98 pasukan dengan peralatan lengkap atau 128 pasukan tempur, serta sederet kecanggihan avioniknya membuat C-130 J jadi pilihan tepat untuk beroperasi di wilayah Indonesia yang luas dan dengan geografis kepulauan.
Baca juga : Pesawat C-130 J-30 Super Hercules Perkuat Alutsista Indonesia
Baca juga : Super Hercules Pertama Tiba di Tanah Air, Empat Lainnya Menyusul
Pada tahun 2023, TNI AU juga menerima sejumlah alutsista baru, seperti helikopter Caracal H-225M, radar, dan alutsista lainnya. Alutsista tersebut sebagian sudah tiba di Tanah Air dan memasuki tahap awal pengoperasian, termasuk juga sejumlah peluru kendali. Sementara pesawat tempur generasi 4.5 Dassault Rafale yang sudah mencapai tahap kesepakatan antara Kementerian Pertahanan dan pabrikan Dassault Aviation Perancis segera menyusul dalam tiga tahun ke depan.
Dalam waktu yang sama, program Falcon Star e-MLU (Enhanced Mid Life Update) pesawat tempur F-16 TNI AU juga terus berjalan. E-MLU F-16 merupakan program besar untuk up grade pesawat tempur F-16 menjadi sekelas Blok 52. Ini program penguatan untuk meningkatkan kemampuan pesawat dari segi avionik ataupun struktur pesawat.
Pekerjaan semua dilaksanakan di Lanud Iswahjudi oleh para personel TNI AU, sebagai bentuk kepercayaan untuk dapat melakukan pengerjaan struktur pesawat F-16 sampai setingkat pabrikan. Melalui proyek ini, kemampuan pesawat F16 sangat meningkat hingga mampu bertempur beyond visual range (BVR) dan bahkan sudah latihan bersama dengan negara lain.
Ada sepuluh pesawat F-16 TNI AU yang menjalani program e-MLU. Diperkirakan semua rampung akhir 2023.
Sebuah keniscayaan
Kedatangan beberapa alutsista TNI AU di atas menggambarkan bagaimana performa TNI AU sekarang, sekaligus upaya modernisasi untuk penguatan peran sebagai matra penjaga kedaulatan udara nasional.
Modernisasi alutsista TNI AU memang sebuah keniscayaan dalam menyikapi berbagai tantangan dan potensi ancaman yang terus berubah, seiring perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis dan tak terduga.
Meskipun Indonesia berada di kawasan yang cukup damai, sebagai alat negara bidang pertahanan, TNI AU tetap harus siap menghadapi segala bentuk ancaman yang sewaktu-waktu terjadi.
Saat ini TNI AU terus membangun kekuatan dan kemampuan. Ini sesuai dengan visinya mewujudkan TNI AU yang profesional, modern, dan tangguh menuju konsep Angkatan Udara yang disegani di kawasan. Dari situ, TNI AU diharapkan mampu mengemban tugas yang telah diamanatkan dalam UU RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.
Postur pertahanan udara yang diharapkan tentunya harus merepresentasikan kekuatan dan kemampuan TNI AU yang mempunyai daya tangkal dan mobilitas tinggi, serta mampu melindungi dan mendukung tercapainya kepentingan dan tujuan nasional. Selain itu, TNI AU juga harus mampu mendeteksi dan merespons setiap konflik yang terjadi di wilayah nasional ataupun krisis yang terjadi di wilayah regional, sekaligus mampu hadir untuk merespons kebutuhan terpeliharanya kepentingan nasional.
Alutsista yang sudah dan akan datang merupakan alutsista dengan teknologi mutakhir dan juga mampu beroperasi secara interoperability.
Lebih luas lagi, TNI AU juga berperan dan turut berkontribusi mendukung, memelihara, dan menjamin keamanan regional dan global. Alutsista yang sudah dan akan datang merupakan alutsista dengan teknologi mutakhir dan juga mampu beroperasi secara interoperability. Pengadaan alutsista baru juga dilengkapi dengan initial spare, GSE, tester, tools, dan peralatan pendukung pemeliharaan secara komprehensif untuk menjamin kesiapan alutsista tetap terjaga selama pengoperasian.
Infrastruktur pendukung penerbangan seperti hanggar, shelter, taxiway, dan fasilitas pendukung lainnya selalu disertakan dalam setiap kontrak pengadaan alutsista. Pembangunannya juga diselaraskan dengan jadwal kedatangan alutsista baru agar alutsista baru dapat langsung dioperasikan secara optimal.
TNI AU juga membutuhkan ketersediaan sejumlah radar yang memiliki kemampuan dalam mencakup seluruh wilayah NKRI. Selain tercukupi secara kuantitas, radar-radar yang dioperasionalkan TNI AU juga harus terintegrasi dengan radar-radar sipil di seluruh bandar udara di Indonesia. Masuk ke dalam satu pusat monitoring melalui Transmisi Data Air Situation (TDAS).
Melalui program pengadaan 1 set radar medium range, 25 set radar GCI akan dialokasikan untuk mengganti 12 satuan radar dengan radar unit terbaru sekaligus membangun 13 satuan radar baru. Dengan program tersebut, seluruh wilayah udara NKRI dapat terpantau dengan optimal.
Selain modernisasi alutsista, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang profesional juga menjadi hal terpenting dalam mewujudkan TNI AU menjadi Angkatan Udara yang disegani di kawasan. Ketersediaan SDM yang unggul merupakan aset penting, karena secanggih apa pun alutsista yang dimiliki tetap kembali kepada manusianya.
Melalui berbagai program pendidikan dan latihan, diharapkan ketersediaan SDM unggul dapat tercukupi sehingga mampu menjawab tantangan tugas masa sekarang dan masa mendatang.
Satu dekade pasca-kemerdekaan, para pendiri bangsa telah menegaskan pentingnya membangun angkatan udara yang modern untuk menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara.
Tahun 1960-an merupakan awal kejayaan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Puluhan alutsista Blok Timur yang memenuhi etalase TNI AU saat itu membuat AURI sebagai Angkatan Udara terbesar di kawasan selatan. Hampir seluruh peralatan perang tercanggih di masa itu dimiliki TNI, terutama AURI.
Memasuki usia ke 77 tahun, pengabdian TNI AU kepada bangsa dan negara dimanivestasikan dalam setiap pelaksanaan tugas selaku garda terdepan, sekaligus benteng terakhir NKRI.
Refleksi 77 tahun
Memasuki usia ke 77 tahun, pengabdian TNI AU kepada bangsa dan negara dimanivestasikan dalam setiap pelaksanaan tugas selaku garda terdepan, sekaligus benteng terakhir NKRI. Tidak saja OMP, tetapi juga OMSP seperti membantu menangani Covid-19.
Masih hangat dalam ingatan kita, upaya dan peran Angkatan Udara dalam menangani permasalahan bangsa. Selain pandemi, TNI AU juga menangani berbagai bencana alam di dalam dan luar negeri, evakuasi WNI dari Afghanistan dan Ukraina, serta operasi kemanusiaan korban bencana gempa di Turki.
Momentum Hari Jadi Ke-77 TNI AU tentunya menjadi saat yang tepat untuk merefleksikan diri terhadap semua tugas yang telah dilaksanakan untuk bangsa dan negara, serta apa yang harus dipertahankan dan ditingkatkan pada masa mendatang sebagai penjaga wilayah udara nasional demi kejayaan bangsa.
Peringatan ke-77 tahun, TNI AU kembali melaksanakan sejumlah kegiatan. Puncaknya dilaksanakan pada 9 April 2023 yang dipusatkan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Selain acara pokok berupa upacara dan defile, puncak peringatan ke-77 Hari TNI Angkatan Udara tahun 2023 juga menampilkan sejumlah alutsista terkini. Kegiatan ini menjadi ajang bentuk pertanggungjawaban TNI AU terhadap rakyat Indonesia.
Dirgahayu TNI Angkatan Udara.
Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Kepala Staf Angkatan Udara