Anda perlu memahami bagaimana uang bekerja dan keputusan investasi mana yang akan membantu mencapai tujuan. Tidak ada orang lain yang lebih bertanggung jawab terhadap rezeki yang diamanahkan, selain Anda sendiri
Oleh
PRITA HAPSARI GHOZIE
·4 menit baca
Saat menulis kolom investasi ini, saya baru saja diundang sebuah televisi swasta yang memberitakan penggelapan uang berujung kriminal. Tentu saya bersimpati kepada keluarga korban. Hal yang menarik perhatian saya, ternyata skema uang berganda dalam waktu singkat masih jadi daya tarik luar biasa.
Banyak cerita juga dari kerabat yang berkeluh kesah karena keluarganya tertipu dengan membawa uang hasil pinjaman. Melihat fenomena ini, izinkan saya mengingatkan kembali pentingnya paham sebelum berinvestasi, dari sisi potensi untung-rugi, aset, dan ekspektasi sebagai seorang investor.
Pakar investasi Warren Buffet mengatakan, ”Someone’s sitting in the shade today because someone planted a tree a long time ago.” Dari kalimat tersebut bisa dipahami bahwa investasi adalah proses non-instan dan membutuhkan beberapa kondisi untuk bisa mencapai tujuan.
Investasi adalah proses non-instan dan membutuhkan beberapa kondisi untuk bisa mencapai tujuan.
Mengelola kekayaan ibarat mengelola sebuah taman yang cantik. Dibutuhkan kombinasi antara bibit yang ciamik, lingkungan yang mendukung, dan alat berkebun yang baik. Tanah subur tanpa alat yang tepat tentu tidak akan mencapai hasil kebun yang diimpikan.
Sama halnya dengan berinvestasi. Aset keuangan, seperti deposito, surat berharga negara ritel, saham, dan reksa dana, adalah alat untuk mencapai tujuan keuangan yang diinginkan. Setiap aset keuangan itu memiliki karakteristik dan risiko berbeda-beda. Marilah kita menjadi investor yang memiliki pemahaman dalam berinvestasi.
Pertama, pahami tujuan berinvestasi. Ada dua alasan mendasar kenapa seseorang berinvestasi. Seseorang dapat mengharapkan adanya kenaikan modal atau mengharapkan adanya arus kas yang cukup rutin. Saya dan konsultan ZAP Finance menyarankan untuk kritis saat memutuskan untuk membeli sebuah produk keuangan.
Membeli produk tanpa mengenal, apalagi memahami, ibarat mengendarai mobil dengan mata tertutup. Bisakah sampai tujuan? Mungkin saja. Namun, risiko yang dihadapi akan sangat berlipat ganda.
Jika Anda seorang investor saham, Anda tentu mengharapkan adanya kenaikan modal sejak pertama menanamkan uang sampai dengan saat menjual kembali. Anda tentu mengharapkan harga saham akan terus meningkat sehingga harga beli jauh di bawah harga jual.
Adapun jika Anda seorang investor yang memiliki surat berharga negara ritel, Anda mengharapkan pemasukan arus kas yang berkala dari kuponnya. Bagaimana jika menginginkan keduanya? Bisa saja terjadi bagi investor properti yang disewakan ataupun investor saham yang membagikan dividen.
Membeli produk tanpa mengenal, apalagi memahami, ibarat mengendarai mobil dengan mata tertutup.
Lalu, masih ada lagi tujuan ketiga berinvestasi, yaitu mempertahankan nilai kekayaan terhadap kenaikan inflasi. Dalam hal ini, umumnya seseorang akan memilih aset investasi yang terbukti tahan inflasi yang sering dikenal dengan istilah safe haven. Pilihannya kerap jatuh ke emas sebagai sarana untuk mempertahankan nilai kekayaan.
Kedua, pahami kebutuhan penggunaan dana. Seseorang harus dapat menjawab kapan dan untuk apa kebutuhan membeli produk tersebut. Jika kebutuhannya jangka pendek, menabung adalah solusi terbaik. Jika kebutuhannya jangka menengah atau panjang, berinvestasi adalah hal bijaksana.
Dalam dunia keuangan, jangka pendek biasanya dikategorikan dari beberapa bulan hingga dua tahun. Adapun jangka menengah hingga lima tahun ke depan dan jangka panjang adalah selebihnya.
Pemilihan produk investasi juga sebaiknya disesuaikan dengan jangka waktu berinvestasi. Contoh termudah adalah dana pendidikan anak. Apabila anak akan memasuki jenjang SMP dalam waktu satu tahun, tabungan berjangka adalah pilihan yang cukup bijaksana. Orangtua membutuhkan hasil investasi yang stabil karena uang akan dipakai dalam jangka pendek.
Jika anak akan memasuki jenjang SMP dalam waktu 10 tahun, penggunaan tabungan berjangka berpotensi memberikan imbal hasil yang sangat kalah dengan tingkat inflasi. Alternatif investasi yang lebih baik adalah reksa dana berbasis saham atau bisa juga investasi saham secara langsung.
Pemilihan produk investasi juga sebaiknya disesuaikan dengan jangka waktu berinvestasi.
Pahami risiko
Ketiga, pahami potensi imbal hasil dan risikonya. Saya kerap menyarankan kepada semua investor untuk selalu kritis terhadap potensi imbal hasil dari setiap produk yang dibeli. Anda harus waspada jika ditawari produk yang imbal hasilnya jauh di atas rata-rata karena ada kemungkinan penawaran itu penipuan berkedok investasi.
Saat ini, Anda dapat mengharapkan hasil 2-3 persen setahun untuk aset kas seperti deposito, 5-6 persen setahun untuk surat berharga negara ritel, dan di atasnya untuk reksa dana campuran.
Bagaimana dengan investasi saham secara langsung? Tidak bisa dimungkiri, fenomena kenaikan harga saham pada masa pandemi lalu memang membuat banyak calon investor tergiur akan hasil tinggi dalam waktu singkat.
Bukan tidak mungkin, potensi imbal hasil dari investasi pada saham langsung bisa saja dipatok hingga 15 persen dalam setahun atau bahkan lebih. Namun, pahami juga bahwa calon investor membutuhkan kejelian dalam memilih saham perusahaannya dan juga dalam mengelola risiko investasi.
Hal yang tidak kalah penting adalah memahami sumber dana untuk berinvestasi. Tentu saja diawali oleh bekerja sehingga memperoleh penghasilan. Lalu, disisihkan untuk investasi. Setelah sekian lama, bisa jadi sumber dana berasal dari penghasilan aktif dari bekerja dan penghasilan pasif dari aset investasi.
Sangat tidak disarankan untuk menggunakan dana pinjaman dengan tujuan berspekulasi akan hasil di masa depan.
Namun, sangat tidak disarankan untuk menggunakan dana pinjaman dengan tujuan berspekulasi akan hasil di masa depan. Tidak kalah penting: tidak ada skema penggandaan uang yang bisa menjanjikan kepastian uang bertumbuh 100 persen dalam satu pekan.
Pada akhirnya, Anda akan menyadari bahwa menginvestasikan uang hasil kerja dengan pemahaman akan kebutuhan masing-masing adalah langkah yang sangat bijak. Anda akan lebih memahami bagaimana uang tersebut bekerja, dan keputusan investasi mana yang akan membantu mencapai apa yang diimpikan dan mana yang tidak.
Tidak ada orang lain yang lebih bertanggung jawab terhadap rezeki yang diamanahkan, selain diri Anda sendiri.