logo Kompas.id
OpiniEpistemologi Kekerasan Kita...
Iklan

Epistemologi Kekerasan Kita Saat Ini

Menanamkan epistemologi rasionalitas-nilai guna menggantikan rasionalitas-tujuan jadi salah satu upaya memutus mata rantai kekerasan di masyarakat. Caranya, melalui pendidikan filsafat kritis, termasuk etika, sejak dini.

Oleh
SATRIO WAHONO
· 3 menit baca
Ilustrasi
HERYUNANTO

Ilustrasi

Negeri kita sedang tidak baik-baik saja! Itulah yang tebersit di benak banyak warga ketika melihat seorang pemuda MDS menganiaya secara sadis anak di bawah umur, CDO, hingga koma hanya karena urusan asmara. Sebelumnya, seorang anak muda lain, GR, viral karena dengan beringas menabrakkan mobilnya ke sebuah taksi daring dan bahkan melakukan aksi ancaman dengan senjata. Dua kasus ini saja seakan menjadi miniatur betapa kekerasan kerap terjadi di Indonesia tanpa sang pelaku merasa takut akan konsekuensi tindakannya.

Alhasil, kekerasan menjadi sesuatu yang banal, jika meminjam filsafat Hannah Arendt. Sebab, para pelaku aksi kekerasan seolah sudah mati rasa dan tak mampu lagi membedakan antara yang benar dan yang salah sehingga ia menganggap kekerasan sebagai hal biasa. Menurut Rieke Diah Pitaloka dalam tesis magister filsafatnya di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (Banalitas Kejahatan, 2004), inilah buah dari masyarakat pragmatis yang cenderung enggan memikul tanggung jawab sebagai warga negara.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000