Kecemasan berlanjutnya gelombang PHK dan sulitnya mencari pekerjaan kian menghantui angkatan kerja di tengah ancaman resesi/stagflasi global di 2023.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO
Buruh pabrik alas kaki keluar pabrik saat jam istirahat makan siang di kawasan Gerendeng, Karawaci, Kota Tangerang, Banten, 14 November 2022. Pemutusan hubungan kerja (PHK) tengah melanda sejumlah industri padat karya, seperti tekstil dan produk tekstil serta produk alas kaki.
Di Indonesia, pemutusan hubungan kerja (PHK) mengintai industri manufaktur (khususnya padat karya), akibat penurunan permintaan ekspor, sebagai dampak perlambatan ekonomi global. Ledakan PHK perusahaan teknologi di seluruh dunia juga dialami perusahaan rintisan di Indonesia. Beberapa terpaksa melakukan PHK, bahkan ada yang tutup.
Pemerintah mencatat angka pengangguran sebenarnya turun dua tahun terakhir, sejalan dengan mulai pulihnya ekonomi. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) Agustus 2022 tercatat 5,86 persen, turun dibandingkan 6,49 persen Agustus 2021. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) juga membaik ke 68,63 persen per Agustus 2022, tertinggi sejak 1986.
Namun, resesi global dikhawatirkan membalikkan progres ini dan memukul industri berorientasi ekspor. PHK di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki, diprediksi Apindo, masih berlanjut hingga triwulan I-2023, dengan turunnya permintaan ekspor hingga 30-50 persen. Sejauh ini, sudah terjadi PHK 87.236 pekerja di 163 perusahaan. Untuk perusahaan rintisan, PHK bahkan diperkirakan berlanjut sampai 2024, meski sektor ini tetap menarik investor. Kenaikan upah minimum baru-baru ini juga berdampak pada pasar kerja.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Para penumpang yang sebagian besar pekerja komuter memadati peron Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, saat jam pulang kerja, Jumat. (10/2/2023).
Kendati resesi diprediksi tak terjadi di Indonesia, bahkan Indonesia diperkirakan masih tumbuh di atas 5 persen di 2023, penciptaan lapangan kerja—bukan hanya bagi 8,4 juta penganggur, melainkan juga 4,2 juta tambahan angkatan kerja baru setiap tahun—tetap menjadi tantangan besar.
Ke depan, tantangan ini makin berat, terutama dengan adanya transformasi digital, otomatisasi, dan kecerdasan buatan yang kian mengancam tenaga manusia; dan terus menurunnya kemampuan ekonomi menyerap tenaga kerja, sehingga berdampak ke angka pengangguran dan kemiskinan.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Peserta magang dari diploma dan S-1 mendesain proyek mereka di pabrik PT Akebono Brake Astra Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (6/2/2023).
PHK tak hanya fenomena Indonesia. Singapura sebagai basis 80 dari 100 perusahaan teknologi terbesar dunia juga mengalaminya. Di Vietnam, 1.200-an perusahaan melakukan PHK. Secara global, perlambatan ekonomi dunia memaksa banyak angkatan kerja menerima upah lebih rendah dan tak terproteksi. ILO memprediksi, pada 2023 pertumbuhan lapangan kerja global hanya 1 persen, separuh dari level 2022.
Menurut Laporan Bank Pembangunan Asia (ADO 2023), perempuan dan usia muda paling terdampak, dengan tingkat pengangguran pada kelompok usia 15-24 tahun di Indonesia 20,63 persen. Tantangan kita antara lain besarnya pekerja sektor informal dan pekerja berketerampilan rendah. Sekitar 54,31 persen angkatan kerja berpendidikan SMP ke bawah.
Tingkat pengangguran relatif tinggi juga terjadi di perkotaan. Ditambah peningkatan pengangguran terdidik, hal ini bisa menjadi ancaman stabilitas sosial. Presiden Joko Widodo sudah menekankan fokus APBN 2023 pada penciptaan lapangan kerja dan mengatasi kemiskinan. Kita berharap situasi perekonomian global 2023 tak seburuk perkiraan.