Setelah Hampir Satu Tahun Perang Rusia-Ukraina Berlangsung
Bersiaplah menghadapi konflik Rusia-Ukraina yang berlarut-larut. Mungkin kondisi itu harus diterima menjadi semacam ”normal baru” bagi negara-negara lain di dunia.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Perang Rusia-Ukraina sudah berlangsung hampir satu tahun. Kesimpulan saat ini, bersiaplah menghadapi kenyataan perang itu akan berlangsung berlarut-larut.
Perang Rusia-Ukraina mulai berkobar pada 24 Februari 2022 yang ditandai dengan pengerahan kekuatan militer oleh Moskwa. Semula diperkirakan, Moskwa akan mudah ”menaklukkan” Ukraina dan membuat negara itu tak lagi menjadi ”ancaman”. Moskwa memang berargumen, Ukraina yang pro-Barat dan suatu waktu menjadi anggota NATO mengancam eksistensi Rusia. Tak ada pilihan bagi Rusia selain mengerahkan militer guna menetralkan ancaman itu.
Kenyataannya, Ukraina yang dibantu sejumlah negara Barat dapat memukul balik, bahkan merebut kembali beberapa wilayah yang semula di bawah kendali militer Rusia. Namun, situasi berbalik arah lagi pada akhir tahun lalu dan awal 2023. Rusia, yang mendapat sanksi dari Barat, mampu kembali menekan Ukraina.
Dalam situasi itu, bantuan persenjataan untuk Ukraina kembali diintensifkan oleh Barat. Kompas edisi 29 Januari 2023 menulis, Ukraina telah dijanjikan bantuan berupa 321 tank sekelas M1 Abrams dan Leopard. Jumlah ini melebihi kebutuhan minmal guna membuat terobosan dalam perang.
Situasi mutakhir tersebut memberi indikasi bahwa perang akan berlanjut. Upaya negosiasi tampaknya juga sulit dijalankan. Rusia bersikeras tak akan menyerahkan wilayah yang telah dikuasainya. Sebaliknya, Ukraina pun tak mau tunduk terhadap keinginan Mokswa.
Artikel ”The Long War in Ukraine” (Foreign Affairs, 9 Januari 2023) yang ditulis Ivo H Daalder dan James Goldgeier menyebutkan, kemungkinan besar perang Rusia-Ukraina akan berangsung berlarut-larut. Lebih kurangnya mirip konflik yang mengawali perang itu, yakni pertempuran antara kelompok separatis (yang dilaporkan didukung oleh Rusia) dan militer pro-Kyiv di Ukraina timur yang berlangsung sejak 2014. Negosiasi damai gagal diwujudkan oleh kedua belah pihak sehingga pertempuran terjadi bertahun-tahun.
Karena itu, diperkirakan nantinya tidak ada pihak yang menang dan tak ada pihak yang kalah dalam perang Rusia-Ukraina. Salah satu penyebabnya, Barat tak mungkin memberi bantuan persenjataan yang maju dan canggih. Selain akan mengobarkan perang besar Rusia-NATO, hal itu juga bisa memberi kesempatan Moskwa untuk mengetahui rahasia teknologi militer Barat, yakni jika drone canggih Barat yang dipakai Ukraina direbut oleh Rusia.
Di sisi lain, Rusia akan berhati-hati mengelola perang. Tekanan sanksi dan isolasi diplomatik rasanya memberi beban berat bagi negara itu. Bagaimanapun, sumber daya Rusia tidak tak terbatas. Jadi, bersiaplah menghadapi konflik Rusia-Ukraina yang berlarut-larut. Mungkin kondisi itu harus diterima menjadi semacam ”normal baru” (new normal) bagi negara-negara lain di dunia.