logo Kompas.id
OpiniTionghoa dan Kepemimpinan...
Iklan

Tionghoa dan Kepemimpinan Indonesia

Distingsi sosiologis pribumi dan peranakan secara empirishistoris sudah tidak relevan lagi. Sudah seharusnya para aktor politik tidak lagi menjadikan pribumi/nonpribumi sebagai alat provokasi untuk meraup suara.

Oleh
ACHMAD FAUZI
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/fVpkKksDvvim9n7HMC_XB7f8yKw=/1024x576/https%3A%2F%2Finr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com%2FINR_PRODUCTION%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F01%2F22%2F01ea9d32-cb16-4df9-85cd-a9352dfc9f3c_jpg.jpg

Mungkinkah Indonesia ke depan dipimpin keturunan Tionghoa? Siapkah seluruh elemen bangsa menerima kenyataan dipimpin putra terbaik keturunan Tionghoa. Pertanyaan ini diajukan menjelang pesta demokrasi elektoral 2024 karena beberapa alasan.

Pertama, Indonesia sudah melepaskan diri dari pengaruh politik segregasi kolonial yang menyekat secara dikotomi pribumi dan nonpribumi. Konsekuensi politiknya, semua warga negara memiliki hak sama untuk memilih dan dipilih dalam kontestasi pemilihan umum.

Editor:
SRI HARTATI SAMHADI, YOHANES KRISNAWAN
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000