Semua ini bermuara pada dua hal yaitu perkembangan teknologi digital di industri finansial yang memudahkan akses terhadap keuangan dan juga tren gaya hidup yang membuat permintaan akses keuangan makin tinggi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Perkembangan teknologi finansial membuat akses terhadap keuangan makin mudah. Akan tetapi literasi keuangan global tak memadai. Pengaturan keuangan kian diperlukan bagi anak muda. Menjelang 2023, nyatanya tidak banyak anak muda yang merencanakan liburan akhir tahun. Fokus mereka lebih pada menabung dan berinvestasi. Kalaupun memilih berlibur, dananya disiapkan sejak lama.Pengaturan keuangan diperlukan bagi anak muda dan masyarakat pada umumnya. Adanya prediksi ekonomi yang melambat pada 2023 sebaiknya diantisipasi dengan berhati-hati mengelola keuangan. Penting menerapkan pada diri sendiri semangat memulai dengan tujuan (start with why). Untuk itu, harus ditanamkan di dalam pikiran agar perilaku keuangan tidak ugal-ugalan. Pola pikir ini pula yang nantinya bisa membantu seseorang mengelola keuangan lebih baik karena mampu membedakan mana kebutuhan dan keinginan (Kompas, 28 Desember 2022).
Semua ini bermuara pada dua hal yaitu perkembangan teknologi digital di industri finansial yang memudahkan akses terhadap keuangan dan juga tren gaya hidup yang membuat permintaan akses keuangan makin tinggi. Sayang sekali berbagai kasus bermunculan pada saat yang sama. Masalah pokok adalah literasi keuangan yang rendah.
Persoalan literasi ternyata persoalan global. Menurut laporan Financial Literacy Around the World: Insights From The Standard & Poor's Ratings Services Global Financial Literacy Survey, di seluruh dunia, hanya 1 dari 3 orang dewasa yang menunjukkan pemahaman konsep keuangan dasar. Meskipun literasi keuangan lebih tinggi di antara orang kaya, berpendidikan tinggi, dan mereka yang menggunakan jasa keuangan, jelas bahwa miliaran orang tidak siap menghadapi perubahan yang cepat dalam lanskap keuangan. Produk kredit yang selama ini banyak memberi suku bunga tinggi dan persyaratan yang rumit menjadi lebih mudah tersedia karena teknologi. Di satu sisi pemerintah berbagai negara mendorong untuk meningkatkan inklusi keuangan dengan meningkatkan akses ke rekening bank dan layanan keuangan lainnya tetapi, peluang ini dapat dengan mudah menyebabkan orang terperangkap dalam utang yang tinggi, penyitaan aset, atau kebangkrutan usaha. Salah satu yang tampak nyata, penyebab semua itu karena masyarakat kurang memahami risiko akibat literasi keuangan yang rendah. Di sisi lain banyak tawaran produk keuangan yang lebih menginformasikan kemudahan hingga melenakan masyarakat terhadap berbagai risiko. Lebih parah lagi, berdasarkan laporan di atas, para korban terutama adalah perempuan, orang miskin, dan mereka yang kurang berpendidikan.Program pemerintah untuk memperluas inklusi keuangan masih perlu dilengkapi dengan kemampuan memahami risiko pilihan investasi. Masyarakat diharapkan lebih berhati-hati.