Perdana Menteri Anwar Ibrahim mendapat kesempatan memimpin Malaysia. Banyak harapan tertumpu kepadanya. Namun, tantangan yang dihadapinya pun tidak ringan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Setelah ditunjuk Raja menjabat Perdana Menteri ke-10 Malaysia, Kamis (24/11/2022), Anwar paham, hari-hari ke depan bakal tidak lebih mudah daripada perjuangannya hampir 25 tahun—termasuk melewatkan waktu hampir satu dekade di penjara—dalam menggapai kursi perdana menteri.
Ei Sun Oh, Senior Fellow pada Institute of International Affairs, Singapura, menyamakan perjuangan politik Anwar seperti negarawan Afrika Selatan, Nelson Mandela. Seperti Mandela, kata Ei yang dikutip kantor berita Associated Press, Anwar diharapkan membawa Malaysia ke arah masyarakat yang lebih terbuka dan inklusif. Bukan masyarakat yang lebih mengutamakan segmen dan kelompok sosial tertentu.
Dalam konferensi pers seusai dilantik, Anwar menegaskan semangat inklusivitas pemerintahan yang akan dijalankannya. Ia menyatakan, tidak boleh ada warga Malaysia, apa pun etnis, keyakinan agama, ataupun asal wilayah, yang diabaikan atau dipinggirkan. ”Malaysia untuk seluruh warga Malaysia”, demikian slogan inklusivitas yang dicanangkan Anwar.
Namun, seperti janji-janji yang disampaikan saat kampanye, pernyataan Anwar akan ditunggu realisasinya. Menyatukan publik, yang sangat terbelah pascapemilu 19 November, menjadi salah satu tantangan pemerintahan Anwar. Meski berlatar belakang Muslim Melayu, politisi berusia 75 tahun itu di negaranya kerap dipandang terlalu liberal. ”Darling of the West”, demikian julukan yang pernah disematkan kepadanya.
Selain isu keterbelahan publik, masalah ekonomi tak kalah pelik. Ekonomi Malaysia diperkirakan tumbuh melambat 4-5 persen pada tahun 2023. Angka itu lebih rendah dari prakiraan tahun ini, 6,5-7 persen. Dengan populasi 33 juta—usia median 29—negara itu memerlukan lebih banyak lapangan kerja. Tahun lalu, seperti dicatat The Economist, angka pengangguran pada usia 15-24 tahun meningkat 15,6 persen. Ini angka tertinggi dalam dua dekade terakhir.
Anwar menyatakan memprioritaskan penanganan masalah tingginya biaya hidup warga. Ia akan meninjau program-program subsidi yang dinilai tak tepat sasaran. Selama ini, kata Anwar, subsidi pemerintah, antara lain listrik, gula, dan tepung, ikut dinikmati warga kaya. Hal ini harus diperbaiki agar subsidi tepat menyasar warga berpendapatan rendah.
Salah satu tantangan terbesar lain bagi Anwar adalah kemampuannya mengelola atmosfer politik dalam negeri. Publik Malaysia belum lupa, hasil pemilu 2018 saat oposisi merobohkan dominasi puluhan tahun Barisan Nasional hanya menghasilkan gonjang-ganjing politik berkepanjangan. Dalam empat tahun, Malaysia berganti PM empat kali.
Raja mengungkapkan kekecewaannya atas ulah para politisi. Saat memercayakan kursi PM kepada Anwar, ia berpesan agar semua pihak bergandengan tangan guna memastikan pemerintahan baru stabil. Jangan sampai rakyat menderita akibat ulah politisi.