Tim-tim Asia menampilkan aksi impresif saat melawan kekuatan elite sepak bola dunia. Piala Dunia Qatar 2022 menghadirkan kejutan tim dunia ketiga.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Negara-negara Asia (juga Afrika) puluhan tahun lamanya dikenal sebagai negara dunia ketiga di sepak bola. Fakta ini bisa terwakili melalui dua hal, yakni daftar negara-negara yang pernah juara dunia, dan posisi negara-negara Asia di peringkat dunia Badan Sepak Bola Dunia (FIFA).
Sejauh ini, dari 21 perhelatan Piala Dunia yang pernah terselenggara, sejak Uruguay 1930 hingga Rusia 2018, hanya dua benua penghasil juara, yakni Eropa dan Amerika. Sumber kampiun Amerika pun spesifik, yakni Amerika Selatan. Sementara zona Amerika Tengah, Utara, dan Kepulauan Karibia belum pernah melahirkan tim juara.
Eropa melahirkan Jerman dan Italia yang empat kali juara, Perancis dua kali, serta Inggris dan Spanyol masing-masing satu kali. Adapun kampiun dari Amerika Selatan meliputi tiga negara, yakni Brasil yang lima kali juara, juga Argentina dan Uruguay yang dua kali merebut trofi.
Bagaimana dengan tim-tim Asia? Mayoritas terhenti di fase grup Piala Dunia.
Prestasi terbaik Asia ialah saat Korea Selatan yang waktu itu dilatih Guus Hiddink (Belanda) menempati posisi keempat Piala Dunia Jepang-Korsel 2002.
Begitu pula dalam peringkat dunia FIFA. Posisi 10 besar didominasi tim Eropa dan Amerika Selatan, dengan lima besar dihuni Brasil, Belgia, Argentina, Perancis, dan Inggris. Posisi tertinggi Asia diduduki Iran di tangga ke-20. Baru kemudian disusul Jepang di urutan ke-24 dan Korsel ke-28.
Pemeringkatan dunia FIFA berdasar hasil laga tiap tim. Nilai kesebelasan akan bertambah jika bisa menundukkan tim berperingkat lebih tinggi, sebaliknya berkurang andai kalah dari tim di bawahnya. Poin tambahan atau pengurangan juga lebih tinggi apabila pertandingan digelar dalam kejuaraan resmi, seperti Piala Dunia (bukan laga persahabatan), serta di babak penentuan, semisal semifinal dan final.
Hingga Jumat (25/11/2022), tiga tim Asia mengungguli tim berperingkat di atas mereka, sebagian tim elite. Ketiganya ialah Arab Saudi menang 2-1 atas Argentina, Jepang menang 2-1 atas Jerman, dan Iran mengungguli Wales 2-0. Itu belum termasuk hasil seri tanpa gol antara Korsel versus Uruguay.
Hasil positif ini representasi membaiknya mutu wakil-wakil Asia, yang sedikit banyak dipengaruhi perbaikan pembinaan sepak bolanya. Tolok ukur sederhana, tim-tim ini makin banyak menyebar bintangnya di klub Eropa. Sebut saja striker Korsel, Son Heung-min, di Tottenham Hotspur dan bek Jepang, Takehiro Tomiyasu, di Arsenal, keduanya klub Inggris.
Sinyal baik tim-tim Asia ini menjadi refleksi dua hal. Pertama, persaingan sepak bola level dunia yang makin merata sehingga laga-laga level dunia tak lagi mudah diprediksi. Kedua, menjadi penanda bahwa jika pembinaan dibenahi, prestasi bakal mengikuti. Ini inspirasi bagi tim nasional negara-negara Asia lainnya.