Di tengah penampilan negara yang kaya dan modern, Qatar masih menyimpan ”wajah” masa lalu di Souq Waqif. Tak cuma untuk jual beli, kawasan itu juga menjadi etalase bagi Qatar untuk memamerkan keterbukaan.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
Jika ada yang suka mengunjungi pasar tradisional ketika berpelancong ke suatu negara, Souq Waqif adalah tempat yang cocok untuk didatangi saat mengunjungi kota Doha, Qatar. Berada di Distrik Al Souq, Souq Waqif adalah satu-satunya pasar yang setidaknya masih memperlihatkan nuansa tradisional Timur Tengah di ibu kota negara yang merdeka dari Inggris pada 1971 itu.
Souq Waqif adalah ”wajah” yang berbeda meski berlatar gedung-gedung pencakar langit yang terlihat di kawasan West Bay, Doha. Dua kata dari nama kawasan itu berasal dari bahasa Arab, yaitu suq yang berarti pasar dan waqif yang memiliki arti berdiri. Hal itu didasari sejarah masa silam, ketika transaksi dan interaksi pedagang dan pembeli di pasar itu biasanya dilakukan sambil berdiri.
Hadir di Souq Waqif seperti berada di latar film Timur Tengah di masa lampau, seperti ”Sinbad”, atau melakukan petualangan melalui gim ”Prince of Persia”. Bangunan mayoritas berbentuk kotak berwarna putih agak kecoklatan. Ada pula lorong-lorong di antara bangunan yang hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki.
Di depan beberapa bangunan itu ada pria Arab tua yang duduk untuk menjaga toko mereka. Sesekali, mereka tersenyum ketika ada orang yang melihat ke arah mereka.
Souq Waqif, layaknya pasar tradisional lainnya, menyediakan beragam macam barang. Mulai dari makanan berat, makanan ringan, bahan makanan, cendera mata, karya seni, hingga rempah-rempah khas Arab. Harganya pun relatif lebih murah dibandingkan dengan ketika berada di mal.
Misalnya saja, suvenir gantungan kunci berlogo Qatar yang baru bisa ditebus minimal 15 riyal Qatar atau sekitar Rp 64.000 di mal atau pusat perbelanjaan modern, di Souq Waqif bisa diperoleh dengan harga 10 riyal Qatar (Rp 43.000).
Makanan pun masih lebih beragam dan harganya terjangkau di Souq Waqif dibandingkan dengan di kawasan modern lain di Doha. Hal itu membuat mayoritas suporter sepak bola asing yang datang ke Qatar lebih suka berkumpul di Souq Waqif.
Mereka bisa makan dan menikmati waktu dengan duduk di kawasan pasar yang diperkirakan berumur lebih dari satu abad itu. Javier, salah satu pendukung Meksiko, yang menyantap makan siang, Sabtu (19/11/2022), mengaku lebih senang berada di Souq Waqif karena bisa mendapatkan apa pun dan dengan harga yang masih ramah kantong.
”Tidak hanya itu, di sini saya bisa berinteraksi dengan orang Qatar dan fans sepak bola lain yang datang ke Piala Dunia,” katanya yang datang bersama tiga kerabatnya.
Siang itu, Javier tampil amat mencolok. Ia mengenakan jersei utama tim nasional Meksiko berwarna hijau. Lalu, ia mengenakan sombrero, topi lebar khas Meksiko.
Selain Javier, ada pula beberapa pendukung tim Ekuador yang hadir untuk melakukan wawancara dengan beberapa media televisi. Saking banyaknya suporter di Souq Waqif, sejumlah media asing yang datang ke Qatar juga menjadikan Souq Waqif ”tempat kerja” mereka, terutama untuk merekam aktivitas suporter yang datang dari belahan dunia lainnya.
Dipugar ulang
Meski terlihat masih menjaga tradisi khas bangunan Timur Tengah, bangunan di Souq Waqif sejatinya bukan bangunan asli yang telah berdiri sejak sebelum Qatar merdeka. Di tengah ambisi Qatar membangun gedung-gedung tinggi sejak dekade 1980-an, Souq Waqif sempat terlupakan.
Puncaknya, Souq Waqif sempat mengalami kebakaran pada tahun 2003. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari laman Qatar Tourism, demi menjaga pelestarian budaya, Pemerintah Qatar memugar ulang Souq Waqif mulai tahun 2004.
Sebelum renovasi besar-besaran tersebut, pasar itu mulai disesaki oleh bangunan serupa rumah toko (ruko). Pemerintah Qatar memutuskan untuk mengembalikan ”wajah” tradisional Souq Waqif.
Tidak hanya itu, di sini saya bisa berinteraksi dengan orang Qatar dan fans sepak bola lain yang datang ke Piala Dunia.
Kini, seluruh bangunan di Souq Waqif bertiang pancang kayu, lalu di atap bangunan ada bambu-bambu yang bertujuan menjadi tempat pengikat tanah liat dan jerami untuk meredam panas di waktu musim panas.
Selain itu, lentera juga bergantung di sudut-sudut bangunan, layaknya kondisi kawasan itu ketika belum memiliki listrik di masa lampau. Di setiap lorong pasar tercium pula aroma pengharum khas Arab yang terasa manis dan menenangkan.
Aroma itu akan saling bertabrakan memasuki hidung ketika pengunjung melewati toko rempah-rempah Arab, yang menyajikan beragam rempah yang sudah diolah dan siap untuk menjadi bumbu masakan.
Di Souq Waqif, pengunjung juga bisa menyaksikan keterbukaan Qatar menyambut warga asing, utamanya dalam soal berpakaian. Tidak ada yang mempermasalahkan jika ada tamu perempaun asing yang mengenakan celana pendek dan tanktop. Wanita Qatar pun tidak semuanya menutup kepala dengan kerudung, atau mengenakan pakaian panjang hitam khas Qatar yang disebut abayha, lengkap dengan penutup kepalanya, shayla.
”Di Qatar tidak ada batasan untuk berpakaian. Anda bisa berbikini ketika berada di pantai, atau hanya mengenakan kaus untuk keliling kota. Tidak perlu khawatir, selama di Qatar, kami terbuka menyambut tamu asing seperti kalian,” ucap Mohammed, pemilik kios rempah-rempah yang berada di Souq Waqif, kepada tiga turis berwajah bule yang berada di depan tokonya.