Persiapan Piala Dunia Qatar 2022 diramaikan sejumlah kontroversi. Namun, hal itu tidak memupus antusiasme penggemar sepak bola menyaksikan laga ini.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Qatar akhirnya menjawab kritik dan kecaman kepada mereka terkait penyelenggaraan Piala Dunia 2022. Suara negatif terakhir yang membuat penyelenggara menyengat balik datang dari salah satu orang paling berwenang dalam terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah, yakni Presiden Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional (FIFA) 1998-2015 Sepp Blatter.
Mantan orang terkuat di dunia sepak bola itu mengaku menyesal memilih Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Dalam wawancara dengan media Swiss, Tages Anzeiger, awal pekan ini, dia menyebut keputusan itu adalah pilihan buruk. Qatar dinilainya terlalu kecil untuk sebuah negara dan Piala Dunia terlalu besar untuk mereka.
Blatter juga menuding mantan Presiden Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA) Michel Platini sebagai orang yang paling berperan menggalang suara Eropa untuk memilih Qatar dalam pemungutan suara Komite Eksekutif FIFA pada 2 Oktober 2010 itu. Saat itu, Qatar mengungguli Amerika Serikat dengan 14 suara berbanding 8 suara.
Ini bukan kali pertama pria yang akhirnya terguling dari kursi tertinggi FIFA karena tuduhan korupsi itu menyatakan, pemilihan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 sebagai kesalahan. Berdasarkan catatan Kompas, dalam wawancara dengan televisi Swiss pada 2014, dia telah menyatakan hal serupa dan menyebut Qatar terpilih karena alasan politis.
CEO Piala Dunia Qatar 2022 Nasser al-Khater menyebut kampanye negatif dari asosiasi sepak bola, mantan pemain, media, hingga Blatter itu meremehkan kemampuan negara di luar Eropa menggelar Piala Dunia.
Pernyataan Blatter memuncaki kontroversi yang menyertai pemilihan dan persiapan Qatar menjadi tuan rumah pesta sepak bola terbesar ini. Mulai dari dugaan suap pada sejumlah pejabat FIFA, kontroversi perubahan jadwal karena masalah suhu udara, peluang diskriminasi pada kelompok homoseksual, hingga tewasnya pekerja dalam berbagai proyek infrastruktur. Pelaksanaan Piala Dunia di tengah kompetisi liga juga membuat banyak pemain absen karena cedera.
Terkait hal ini, CEO Piala Dunia Qatar 2022 Nasser al-Khater menyebut kampanye negatif dari asosiasi sepak bola, mantan pemain, media, hingga Blatter itu meremehkan kemampuan negara di luar Eropa menggelar Piala Dunia.
Kebisingan ini tidak menghalangi antusiasme sekitar 40 juta calon penonton yang mengajukan aplikasi untuk memesan tiket pertandingan. Sedikitnya tiga juta tiket terjual dan 1,2 juta penggemar dari seluruh dunia akan datang ke Qatar. Tuan rumah juga menghabiskan sekitar 200 miliar dollar AS (Rp 3.126 triliun) untuk membangun proyek insfrastruktur Piala Dunia, termasuk delapan stadion modern.
Terlepas dari kontroversi itu, Piala Dunia tetap menjadi tontonan yang paling dinanti di seluruh dunia. Penantian panjang segera berakhir dengan dimulainya laga pertama antara Qatar dan Ekuador pada 20 November, disusul 63 laga lainnya. Ini saatnya 32 tim berlaga dengan tetap menjunjung tinggi sportivitas, hingga tim terbaik keluar sebagai juara.