Perang Modern dan Transformasi Kavaleri
Fenomena penggunaan drone mengubah wajah peperangan dunia. Drone seolah menjadikan tank target yang mudah dijadikan sasaran. Dengan fakta itu, apakah pasukan kavaleri masih relevan di peperangan modern?
Ukraina 10 Oktober lalu mengklaim sudah menghancurkan 2.521 tank Rusia sejak 24 Februari 2022.
Merujuk Kemenhan Ukraina, salah satu jenis tank yang dihancurkan adalah T-72B3; main battle tank (MBT) terbaru Rusia. Padahal, tank ini dilengkapi rudal pelindung. Drone (pesawat tanpa awak) Bayraktar TB2 buatan Turki jadi senjata andalan Ukraina. Azerbaijan pun sukses mengalahkan Armenia di 2020 dengan drone ini; lebih dari 185 tank Armenia dihancurkan.
Fenomena drone ini mengubah wajah peperangan dunia. Drone seolah menjadikan tank target yang mudah dijadikan sasaran. Dengan fakta itu, apakah pasukan kavaleri masih relevan di peperangan modern?
Sejarah kavaleri
Kavaleri berasal dari bahasa latin caballus, yang berarti ’kuda’. Pasukan kuda hampir selalu ada dalam satuan perang dinasti kuno; di Asia, Yunani, Persia, hingga Eropa. Dalam militer modern, kavaleri baru terbentuk setelah abad ke-18, pada masa Napoleon Bonaparte.
Pendirian School of Cavalry di Saint Germain, Perancis, pada 1809, menjadi titik awal profesionalisme militer. Untuk mencapai pangkat dan jabatan tertentu, militer profesional harus melalui pendidikan, yang dilakukan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.
Kemudian, kavaleri dengan kuda bertransformasi jadi pasukan tank. The Royal Tank Regiment di Inggris (1916) menjadi satuan pertama yang menggunakan tank pada Perang Dunia (PD) I. Setelah PD I, penggunaan tank kian menguat pada PD II.
Ahli strategi modern Liddell Hart berpendapat, pengerahan satuan tank ibarat jari tangan mengepal, berkumpul jadi satu. Pemikiran kapten dari Inggris ini memengaruhi Jenderal Heinz Guderian. Jerman lalu mencetuskan blitzkrieg; perang kilat. Pada era ini, doktrin tank lawan tank dimulai.
Baca juga : Akankah Perang Nuklir Terjadi
Tak hanya teknologi, kunci sukses perang kilat adalah Auftragstaktik; filosofi militer yang memberi ruang inisiatif kepada komandan bawahan dalam bertindak. Auftragstaktik adalah keberhasilan reformasi pendidikan militer Jerman yang cukup lama dijalankan.
Pasca-PD II, kavaleri banyak terlibat di Timteng. Pada Perang Teluk 1990-an, ribuan tank Irak dihancurkan oleh pesawat tempur AS. Pada masa itu terjadi pergeseran doktrin. Lawan terbaik tank bukan lagi tank, tetapi pesawat tempur.
Pada era 2000-an, kavaleri beradaptasi dalam formasi pasukan. 1st Cavalry Division AS, misalnya, terdiri dari campuran tank, infanteri, artileri, zeni, dan heli tempur. Kini, pasukan drone dan anti-drone pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari pengerahan kavaleri.
Kavaleri di Indonesia
Saat berdiri pada 9 Februari 1950, kavaleri mengandalkan tank-tank rampasan eks KNIL, lalu dilakukan pembelian tank secara bertahap. Sebagian berasal dari Inggris, Perancis, dan Jerman. Kini, kavaleri juga menggunakan kendaraan tempur buatan dalam negeri.
Yang menarik, cara prajurit kavaleri TNI AD membedakan kendaraan tempur. Kendaraan lapis baja beroda ban disebut panser, sedangkan roda rantai disebut tank. Formasi satuan kavaleri di Indonesia beradaptasi dengan medan yang relatif tertutup, banyak pohon. Kondisi medan tertutup membuat tank rentan terhadap serangan pasukan infanteri. Karena itu, formasi satuannya berbeda dengan di negara lain.
Di AS dan Eropa, peleton tank terdiri atas empat tank kanon kaliber besar. Di Indonesia terdiri dari tiga tank kanon dan satu tank infanteri mekanis. Alasannya, perlu regu infanteri untuk menjaga keamanan tank kanon dari senjata lawan tank dan ranjau antitank.
Sebelum tank melewati jembatan, misalnya, regu infanteri diturunkan dulu, untuk mengecek apakah di jembatan itu dipasang ranjau atau tidak. Begitu juga jika tank statis, regu infanteri akan mengelilingi tank kanon, mencegah infiltrasi musuh menghancurkan tank.
Sejak berdirinya, kavaleri diterjunkan pada operasi militer di dalam dan luar negeri. Baik operasi lawan gerilya maupun pemeliharaan perdamaian. Dalam perjalanannya, kavaleri juga mendapatkan tugas pengamanan dan pengawalan, baik logistik maupun VVIP.
Tahun 2013, Indonesia membeli MBT Leopard buatan Jerman. Kehadirannya diharapkan memiliki efek penggentar bagi lawan. Indonesia juga membeli heli tempur Apache buatan AS, melengkapi Mi-35 buatan Rusia, di jajaran satuan Penerbangan TNI AD (Penerbad).
Tantangan
Dari latar belakang itu, tantangan kavaleri terletak pada adaptasinya terhadap perkembangan teknologi. Kavaleri tak perlu khawatir dengan drone. Kehadiran drone tak serta-merta meniadakan satuan lain.
Kavaleri adalah satuan manuver. Pasukan darat. Sementara drone, komponen airland battle. Untuk menduduki dan menguasai suatu wilayah daratan, tentu yang dibutuhkan adalah pasukan darat.
Dulu, kehadiran tank tak lantas meniadakan pasukan berkuda. Untuk jalan sempit dan tertutup, pasukan berkuda tetap dibutuhkan. Kecanggihan teknologi sifatnya saling melengkapi, bukan meniadakan.
Di Ukraina, militansi rakyat membela negaranya jadi kunci kemenangan perang.
Selain teknologi, yang terpenting faktor manusianya. Di Ukraina, militansi rakyat membela negaranya jadi kunci kemenangan perang. Sementara menurut Forbes Rusia, sudah lebih dari 700.000 warga Rusia meninggalkan negaranya, menghindari wajib militer.
Dengan demikian, kavaleri akan selalu relevan selama korps ini mampu menjawab tantangan itu. Yang tak relevan ialah kalau tiap satuan masih mengedepankan ego sektoral. Tema perang modern adalah kolaborasi, combined arms dan joint forces (lintas matra).
Untuk itu, agar kavaleri di Indonesia tetap relevan dalam perang modern, diperlukan transformasi. Baik dalam organisasi dan peralatan, doktrin dan taktik, maupun SDM-nya.
Pertama, formasi mengutamakan combined arms. Heli Apache dan Mi-35 dapat masuk dalam jajaran kavaleri. Heli sebagai kavaleri udara cocok untuk medan tertutup, seperti Kalimantan dan Papua. Selain itu, utamakan untuk memakai tank buatan negeri sendiri.
Kedua, doktrin dan taktik mengedepankan joint forces. Kavaleri bisa berkolaborasi dengan Komando Operasional Udara Nasional (Koopsudnas) TNI AU, yang memiliki kemampuan senjata anti-drone.
Ketiga, kavaleri perlu melakukan reformasi dalam pendidikan militer. Mencetak prajurit yang militan dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Kavaleri juga harus ikut serta menumbuhkan jiwa juang rakyat Indonesia. Bela negara dan cinta tanah air.
Sejarah mencatat, kavaleri sudah terbiasa melakukan adaptasi. Jadi, jika transformasi itu dilakukan, kavaleri di Indonesia dan dunia akan terus relevan di setiap zaman.
M Iftitah Sulaiman SuryanagaraKomandan Batalyon Kavaleri 4/Siliwangi 2016-2017, Alumnus US Army Command and General Staff College, Fort Leavenworth