Para investor ritel masih dapat menikmati laju kenaikan harga saham pada akhir tahun ini asalkan cermat memilih sektor dan emiten yang masih memberikan keuntungan.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
Secara statistik, pasar saham akan menguat pada kuartal keempat sehingga pada akhir tahun kinerjanya menjadi semakin baik. Di tengah tekanan inflasi dan tingkat suku bunga tinggi tahun ini, apakah masih ada peluang untuk terjadinya kenaikan pada akhir tahun?
Optimisme bahwa tetap akan terjadi kenaikan harga saham masih kuat dipegang para pelaku pasar, baik investor besar maupun investor ”receh”, selain emiten dan pemangku kepentingan lainnya di bursa. Kenaikan pasar saham pada akhir tahun sering disebut Santa Claus Rally.
Secara jangka pendek, volatilitas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat meningkat. Pada bulan Oktober masih ada sentimen negatif, baik dari dalam maupun luar negeri. Federal Reserve ternyata masih agresif menaikkan suku bunga, indeks dollar AS juga semakin menguat sehingga rupiah tertekan hingga 9 persen sejak awal tahun.
Namun, dilihat secara jangka panjang, kondisi ekonomi Indonesia lebih baik. Beberapa institusi memperkirakan, laju ekonomi pada kuartal ketiga ini lebih baik daripada kuartal kedua 2022.
Para analis pun memperkirakan pasar saham masih melaju pada kuartal terakhir 2022. Dari awal tahun, indeks sudah bertumbuh 5,4 persen, Bursa Efek Jakarta membukukan salah satu pertumbuhan terbaik di kawasan.
Kenaikan indeks ditopang oleh saham sektor energi yang naik 74 persen. Kenaikan harga komoditas energi mendongkrak harga saham emiten energi, seperti produsen batubara. Sektor nomor dua adalah industri yang naik 22 persen, disusul logistik yang naik 13 persen.
Menyiasati situasi demikian, para investor ritel dapat mencermati sektor defensif yang dapat bertahan terhadap potensi penurunan nilai tukar rupiah dan inflasi. Juga emiten yang memberikan dividen tinggi.
Sektor defensif termasuk sektor perbankan, terutama perbankan besar, ketimbang perbankan digital yang belum jelas nasibnya. Kenaikan tingkat suku bunga acuan akan memberikan net interest margin tambahan untuk bank yang mampu mengatur komposisi penyaluran kredit dan dana mahalnya. Contoh, sektor defensif lainnya adalah telekomunikasi dan konsumer.
Sementara emiten yang memberikan hasil dividen tinggi dapat dilihat dari rekam jejak investor tersebut, yakni saham emiten yang terbukti mampu bertahan dan memberikan imbal hasil dividen yang tinggi.
Para eksportir akan diuntungkan dengan penguatan kurs dollar AS belakangan ini, sehingga emiten yang mengekspor produknya, seperti emiten pertambangan, dapat menjadi pilihan.
Jadi jika dicermati, para investor ritel masih dapat menikmati laju kenaikan harga saham pada akhir tahun ini jika mampu memilih sektor dan emiten yang sesuai.