Begitu anak menunjukkan gejala sakit, orangtua sebaiknya segera membawa anak pada fasilitas kesehatan terdekat. Jangan mengobati sendiri, apalagi membeli obat bebas secara daring, karena kita tidak paham apa kandungannya
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Barangkali alam memang sedang membangun keseimbangan baru, atau mungkin kita yang sering tidak peduli, sehingga penyakit terus datang silih berganti.
Hari-hari ini kita dikejutkan lagi dengan kabar yang memprihatinkan. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) , hingga 14 Oktober 2022 terdapat 152 anak terkena gagal ginjal akut progresif atipikal. Kejadian pada anak usia 0-18 tahun ini dilaporkan anggota IDAI di 16 provinsi.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, sepanjang Januari 2022 sampai 13 Oktober 2022, terdapat 42 kasus gagal ginjal akut misterius ini pada anak. Yang mengkhawatirkan, 25 meninggal, tujuh kasus rawat inap, dan 10 kasus sembuh.
Anak-anak ini menunjukkan gejala serupa: sedikit atau sama sekali tidak berkemih, demam, infeksi saluran cerna, atau infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Namun, berbagai dugaan tentang sebab-musababnya, belum ada yang signifikan. Tidak tampak keterkaitan dengan infeksi Covid-19, obat batuk anak seperti kasus di Gambia, kondisi sebelumnya sehat, bahkan tidak ada kelainan ginjal dan saluran kemih.
Dengan kata lain, para dokter, peneliti, dan Kementerian Kesehatan, masih harus bekerja keras. Tidak hanya untuk menemukan sumber penyakit, tetapi juga menyosialisasikan gejala dan tata laksana pengobatannya ke seluruh Indonesia. Bisa jadi, di provinsi lain yang fasilitas kesehatannya belum memadai, lebih banyak lagi kasus yang tidak terdeteksi.
Kita menghargai keterbukaan informasi dari IDAI maupun pemerintah dalam menghadapi kasus ini. Kita juga bersyukur, seluruh pihak terkait telah bekerja sama membentuk tim penanggulangan gagal ginjal akut pada anak, sehingga upaya mitigasi bisa optimal dan masalah bisa diatasi segera.
Saat ini, sambil menunggu hasil mitigasi yang komprehensif, tugas kita adalah melindungi anak-anak dengan sebaik-baiknya. Meski pelbagai laporan tidak menunjukkan keterkaitan erat dengan Covid-19 dan pandemi sudah menuju endemi, penting untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan. Bagaimana pun juga, virus, bakteri, jamur, dan pelbagai mikroba lainnya masih bertebaran di sekitar kita.
Cuci tangan, pakai masker, dan terutama jaga kesehatan dengan asupan makanan bergizi. Pada anak-anak, ingatkan untuk sering-sering minum air putih, lebih baik lagi minum susu, karena kekurangan cairan pun bisa memicu gangguan pada ginjal. Demikian pula dengan vaksinasi, tidak hanya vaksinasi Covid-19 tetapi juga seluruh vaksinasi wajib lainnya, yang membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Kita menghargai keterbukaan informasi dari IDAI maupun pemerintah dalam menghadapi kasus ini.
Begitu anak menunjukkan gejala sakit, orangtua sebaiknya segera membawa anak pada fasilitas kesehatan terdekat. Jangan mengobati sendiri, apalagi membeli obat bebas secara daring, karena kita tidak paham apa kandungannya.
Kata RL Knost, penulis, feminis, dan aktivis hak asasi, "Jangan jadikan anak kuat menghadapi kekejaman dunia, jadikan mereka pengubah dunia agar damai sejahtera." Anak-anak, adalah masa depan kita.