Masih ada waktu untuk mundur dari tepi jurang resesi. Caranya, melalui kebijakan baru untuk membawa perekonomian global ke arah yang tepat.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Tantangan demi tantangan silih berganti, menghadirkan turbulensi dalam perekonomian global. Negara-negara di dunia menyiapkan diri dan strategi untuk menghalau ancaman resesi. Saat mendung kian kelabu, pemerintah dan pembuat kebijakan juga mesti menyiapkan ”payung” yang kuat agar masyarakat bertahan menghadapi hujan dan badai resesi.
Upaya menjaga masyarakat agar bertahan di tengah badai krisis ekonomi diwujudkan dengan menjaga mereka agar tidak jatuh miskin atau semakin miskin. Pemerintah Indonesia menyediakan bantalan sosial berupa bantuan dana, antara lain, untuk menjaga daya beli kelompok masyarakat rentan agar tak anjlok saat harga barang melambung akibat inflasi.
Bagi sektor swasta, ”payung” yang bisa disiapkan antara lain terkait investasi dan utang, terutama jika perusahaan itu memiliki utang valuta asing—di tengah nilai tukar dollar AS yang terus menguat—tetapi pendapatan usahanya dalam rupiah. Umumnya, perusahaan yang berutang dollar AS sudah menggunakan fasilitas lindung nilai. Akan tetapi, ada juga usaha kecil menengah yang selama ini memerlukan dollar AS untuk membeli barang modal dan bahan pokok, tetapi penjualannya menyasar pasar domestik.
Adapun negara menyiapkan diri dalam berbagai level untuk menghadapi turbulensi yang bertubi-tubi. Pemerintah Indonesia memiliki berbagai strategi, antara lain untuk menghadapi perdagangan dunia yang terancam anjlok seiring pertumbuhan ekonomi yang melambat, inflasi yang kian tinggi, aliran investasi portofolio yang terganggu, dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar AS.
Laporan Bank Dunia yang dirilis pada Oktober 2022 menyebutkan, bantuan bagi masyarakat dan kelompok rentan merupakan pilihan yang lebih efisien daripada, misalnya, subsidi energi. Dengan catatan, bantuan tersebut tepat sasaran. Proyeksi Bank Dunia, perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,1 persen pada 2022 dan 2023.
Menurut Lembaga Konferensi Perdagangan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD), negara-negara di dunia mesti menjinakkan inflasi dan menopang masyarakat rentan. Kebijakan baru itu akan mendukung perekonomian dunia jika dilakukan bersama-sama. Menurut Sekretaris Jenderal UNCTAD Rebeca Grynspan, tak ada yang tidak bisa dihindari, termasuk resesi. ”Kita masih punya waktu untuk mundur dari tepi jurang resesi,” katanya.
Upaya bersama ini juga disebut Dana Moneter Internasional (IMF) sebagai langkah penting dalam menghadapi situasi yang tak menentu. Mengutip IMF, di sela-sela Pertemuan Tahunan Bank Dunia-IMF di Washington DC, Amerika Serikat, Oktober 2022, saat awan badai berkumpul, saat itulah pembuat kebijakan negara-negara di dunia mesti bergandengan tangan untuk menghadapinya.