Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka tahun ini mengusung misi/muatan tambahan, yaitu kebhinekaan. Mahasiswa dikenalkan dan diajak mengalami praktik-praktik hidup kebinekaan masyarakat.
Oleh
I WAYAN ARTIKA
·5 menit baca
Tahun ini program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) dalam Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) kembali dilaksanakan. Yang khas pada tahun kedua ini adanya tema kebinekaan dalam format Modul Nusantara; kelas-kelas perkuliahan yang membuka wawasan dan sikap kritis mahasiswa terhadap praktik-praktik hidup masyarakat yang bineka.
Pertukaran mahasiswa, baik dalam negeri maupun luar negeri, telah lama dikenal dalam kancah pendidikan. Biasanya selalu ada tema-tema khusus yang diusung oleh suatu program pertukaran. Artinya, dengan sangat “vulgar” pendidikan senantiasa tidak pernah bebas dari beban sampingan, terkadang politik, kebangsaan, misi diplomasi kebudayaan, penyembuhan luka sejarah, ekonomi, ideologi, dll.
Program PMM tentu saja implementasi dari salah satu aksioma MBKM; mahasiswa mendapat hak untuk belajar sejumlah mata kuliah dengan beban kredit tertentu di luar prodi, fakultas, universitas, bahkan di lembaga-lembaga sosial, industri, dan masyarakat. Pemerintah tidak cukup menggelontorkan programnya, tetapi menyediakan dana.
Merdeka Belajar Kampus Merdeka ternyata telah siap dengan aneka paket belajar yang bisa dipilih oleh mahasiswa. Universitas-universitas menjadi ujung tombak. Selain itu masih ada wujud lain MBKM, program-program yang mengusung roh atau ideologi MBKM, yang digagas, dilaksanakan, dan didanai oleh universitas secara mandiri.
Program PMM dalam kerangka MBKM yang terimplementasi dalam kekhasan berupa Modul Nusantara yang tahun ini baru memasuki tahun kedua, mengusung misi atau semacam muatan tambahan yakni kebinekaan. Kampus-kampus tujuan (yang menerima mahasiswa PMM, inbound) wajib menyelenggarakan kuliah kebinekaan yang diberi nama Modul Nusantara. Dosen pengajarnya diberi label khusus, yaitu Dosen Modul Nusantara.
Kata “Nusantara” dipilih karena di dalamnya mengandung makna kebinekaan yang menjadi landasan pendirian NKRI. Kuliah-kuliah Modul Nusantara adalah kuliah-kuliah kebinekaan yang sangat menarik. Daya tariknya ada pada pengalaman langsung mahasiswa di tengah kebinekaan itu sendiri.
Kebinekaan yang nyata
Topik-topik kuliah Modul Nusantara dirancang oleh dosen perguruan tinggi tujuan pengampu yang lolos seleksi menjadi dosen Modul Nusantara. Topik-topik tersebut dipayungi oleh satu topik besar: kebinekaan yang nyata dan hidup di tengah-tengah masyarakat.
Para dosen Modul Nusantara menyediakan topik-topik perkuliahan praktis atau empiris, yang diselingi dengan kajian-kajian kritis perkara kebinekaan. Dengan demikian, mahasiswa melihat dan mengalami langsung praktik-praktik baik kebinekaan di lokasi kampus yang menjadi universitas tujuan atau universitas penyelenggara.
Berbagai praktik kemerdekaan yang telah terjadi berabad-abad dijadikan materi atau teori kebinekaan dan sekaligus arena untuk mengalami kebinekaan itu sendiri. Soal kebinekaan yang digandengkan dengan NKRI dan pilar-pilar kebangsaan lainnya, tidak cukup hanya dicerna dalam ruang kuliah atau forum-forum ilmiah kampus, tetapi harus dialami langsung oleh mahasiswa. Lalu, mahasiswa ditukar ke berbagai kota di Indonesia selama enam bulan atau satu semester.
Soal kebinekaan yang digandengkan dengan NKRI dan pilar-pilar kebangsaan lainnya, tidak cukup hanya dicerna dalam ruang kuliah atau forum-forum ilmiah kampus, tetapi harus dialami langsung oleh mahasiswa.
Di kampus-kampus tujuan atau universitas penyelenggara Program PMM mahasiswa dikenalkan dan diajak mengalami praktik-praktik hidup kebinekaan masyarakat. Kampus-kampus itu sudah barang tentu memiliki berbagai informasi ilmiah dan peta kebinekaan masyarakat lewat program-program penelitian, dokumentasi, serta pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan. Data, kajian, dan dokumentasi kebinekaan itu dijadikan sumber penyusunan silabus atau program perkuliahan Modul Nusantara.
Program PMM memang tidak secara khusus membelajarkan dan memberi pengalaman praktis soal kebinekaan karena mereka tetap kuliah diperguruan tinggi asal, sesuai dengan prodi dan mengambil sejumlah mata kuliah terkait prodi di perguruan tinggi tujuan. Karena itu, kuliah-kuliah Modul Nusantara berlangsung pada setiap akhir pekan sehingga tidak terjadi benturan jadwal.
Kuliah-kuliah Modul Nusantara memberi keleluasan wawasan mahasiswa dalam hal konsep, cakupan, dan dinamika kebinekaan. Konsep kebinekaan yang dijadikan titik tolak kebinekaan pada “Bhinneka Tunggal Ika” telah berkembang secara dinamis. Indonesia mengalami perkembangan yang sedemikian pesat dalam kebinekaannya. Hal inilah yang dibangun dalam kuliah-kuliah Modul Nusantara.
Karena mahasiswa tinggal selama satu semester di perguruan tinggi tujuan dan hal ini dipandang merupakan waktu yang cukup untuk mengalami kebinekaan itu, maka materi-materi kuliah Modul Nusantara dirancang untuk menjadikan praktik-praktik kebinekaan di lokasi sebagai satu versi empiris dari kebinekaan itu sendiri. Yang mana hal ini adalah sesuatu yang nyata dan mahasiswa memang telah mengalami praktik kebinekaan ini selama mereka tinggal di kampus perguruan tinggi tujuan.
Setelah mahasiswa selesai mengikuti PMM dan kuliah Modul Nusantara, mereka kembali ke kampus asal dan melanjutkan kuliah hingga tamat. Pengalaman kebinekaan itu mengisi dirinya. Mereka telah membuktikan bahwa kebinekaan itu nyata. Kebinekaan itu wacana tetapi mereka telah mengalami langsung dalam berbagai program belajar empiris dan kontekstual; kebinekaan sebagai keniscayaan besar.
Kekhasan lain Modul Nusantara adalah pada variasi kuliah. Dosen-dosen Modul Nusantara menyelenggarakan kuliah-kuliah di luar kampus atau di situs-situs kebinekaan, seperti klenteng, masjid, pura, gereja, kampung-kampung etnik tertentu yang hidup berdampingan dengan kampung etnik-etnik lainnya. Di sini mahasiswa berkomunikasi langsung dengan masyarakat setempat atau menerima kuliah-kuliah inspirasi dari tokoh-tokohnya.
Aturan-aturan kuliah lainnya memang lebih ketat ketimbang kuliah pertukaran mahasiswa yang sudah lazim. Dalam Kuliah Modul Nusantara mahasiswa wajib menulis laporan bulanan yang di dalamnya meliputi berbagai kemajuan atau perkembangan dalam kaitannya dengan konsep atau esensi kebhinekaan yang terkait dengan ranah kognitif, melakukan refleksi terhadap teori dan fakta empiris kebinekaan yang dialami langsung di masyarakat sekitar perguruan tinggi tujuan, menerima kuliah-kuliah inpirasi dari tokoh yang dipilih, dan menyelenggarakan program sosial.
Bali misalnya yang merupakan salah satu tujuan PMM/Modul Nusantara dikonstruksi sebagai sebuah pulau atau habitus kebinekaan, yang sangat dinamis. Mahasiswa mengenal satu wawasan dinamis tentang kebinekaan Bali, yang tidak lagi sebatas SARA.
Lewat kuliah Modul Nusantara, Bali dihadirkan dalam wajah kebinekaan kontemporer yang tidak lagi politis tetapi ekonomis, demografis, dan mobilitas, dan itu sangat kompleks. Kebinekaan Bali yang tidak kalah pentingnya adalah polarisasi, oposisi-oposisi biner, kasta yang masih ada, kawin campur, kehadiran orang asing, dan lain-lain. Bali yang dinamis dalam polarisasi dan majemuk, baik keluar dan ke dalam adalah pengalaman nyata soal dinamisasi kebinekaan Indonesia yang akan mengisi mahasiswa PMM Modul Nusantara setelah mereka kembali ke kampus asal.
I Wayan Artika, Dosen Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Pengampu Mata Kuliah Modul Nusantara