Para pejabat pemerintah terus berkomunikasi dengan pejabat dari negara-negara G20. Dialog diyakini oleh semua pihak menjadi pintu masuk untuk mencapai titik temu.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Konferensi Tingkat Tinggi G20 segera berlangsung dalam hitungan pekan. Berbagai persiapan dan pembahasan terus dilakukan tetapi ada masalah.Presidensi G20 Indonesia 2022 berlangsung sejak 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. Sepuluh bulan sudah Indonesia memimpin G20. Sejumlah pertemuan masih akan berlangsung. Dan akhirnya, semua hasil pembahasan agenda akan diagregasi dan diangkat dalam KTT G20 di Bali, 15-16 November 2022.
Presidensi G20 Indonesia 2022 berlangsung dalam kondisi yang sama sekali jauh dari ideal. Perang Ukraina-Rusia sebagai proksi pertarungan kepentingan Amerika Serikat bersama Barat melawan Rusia berkomplikasi dan merusak dinamika G20. Fragmentasi tajam (Kompas, 3/10/2022).
Akibatnya, sejumlah isu sensitif masih belum bisa mencapai titik temu. Capaian-capaian yang ada belum menunjukkan hasil maksimal. Apalagi, perang tidak saja menunjukan bakal berakhir dalam waktu dekat, malah mengalami eskalasi. Rusia melakukan aneksasi wilayah Ukraina, sementara Amerika Serikat bakal menerapkan sanksi baru bagi Rusia. Tensi bukan menurun malah makin tinggi.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada pidato pembukaan Sidang Ke-77 Majelis Umum PBB di New York beberapa waktu lalu menyatakan, dunia bisa lumpuh bila ketegangan saat ini terus terjadi. Kerja sama internasional makin jauh dari harapan. Oleh karena itu, Guterres menyatakan semua masalah saat ini dan perdamaian akan terwujud bila perang diakhiri.
Kita yakin pemerintah terus berusaha untuk mengatasi masalah ini. Sejumlah pejabat tengah melakukan pembahasan dan menyiapkan KTT G20. Kita juga yakin pemerintah mencari cara agar KTT berlangsung lancar, semua kepala pemerintahan hadir, serta menghasilkan komunike bersama yang disepakati secara bulat.
Para pejabat pemerintah terus berkomunikasi dengan pejabat dari negara-negara G20. Dialog diyakini oleh semua pihak menjadi pintu masuk untuk mencapai titik temu. Tentu tidak mudah. Kerja keras dilakukan di tengah masalah sangat berat ini. Meski demikian, dialog menjadi kunci untuk membuka berbagai masalah. Sejumlah pejabat melakukan komunikasi intens untuk menjembatani berbagai perbedaan dan kepentingan di antara negara-negara G20.
Kita optimistis dengan semua yang telah dilakukan sehingga akan memberi hasil. Semua akan mencatat bahwa kita telah bekerja keras dan menyiapkan dengan baik KTT G20. Namun, setelah semua upaya dilakukan kita perlu realistis. Kenyataan bahwa perang belum akan berakhir dalam waktu dekat bisa membuat semua keinginan tidak bisa terwujud. Kepentingan setiap pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung masih sangat kuat. Masalah ini sepertinya bakal menghalangi pencapaian ideal KTT G20 meski kita tetap ingin KTT berlangsung dengan lancar.