Salah satu terobosan tambahan yang bisa dilakukan adalah penggunaan teknologi untuk menyelesaikan berbagai masalah pangan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Krisis pangan merupakan salah satu masalah global yang menguat saat ini. Ancaman itu masih ada meski harga mulai turun. Solusi baru harus dicari.
Kendati masih jauh dari risiko krisis pangan, Indonesia dinilai perlu bekerja keras mengendalikan tren terus naiknya importasi komoditas pangan. Selain kebijakan hulu-hilir yang terintegrasi, insentif usaha, khususnya bagi petani, peternak, dan pelaku di hulu perlu jadi perhatian guna memperkuat produksi dalam negeri.
Pemikiran itu mengemuka dalam Diskusi Ekonomi Berdikari tentang pangan yang digelar harian Kompas di Jakarta, Selasa (13/9/2022). Ketahanan pangan menjadi prioritas pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan. Dalam jangka pendek, pemerintah mengupayakan ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga pangan guna mengendalikan inflasi. Untuk komoditas beras sudah ada penugasan kepada Perum Bulog untuk menyiapkan 1,2 juta ton cadangan beras pemerintah. Pemerintah juga mengupayakan pembiayaan dengan bunga rendah serta mekanisme jual rugi untuk memperkuat fungsi Perum Bulog.
Berbagai upaya itu terus dilakukan di tengah problem pangan, tetapi masih saja belum menemukan solusi yang tepat. Areal lahan produksi pangan terus menurun, minat generasi baru di usaha tani juga menurun, fasilitas irigasi banyak yang rusak, subsidi untuk usaha tani masih sering salah target, impor pangan yang terus membesar, dan lain-lain.
Kita masih beruntung selama beberapa tahun terakhir, musim kemarau bersifat basah sehingga produksi pangan bisa dilakukan saat musim kemarau sehingga produksi bisa berlanjut. Meski demikian, keadaan ini tidak boleh membuat kita terlena.
Dalam Diskusi Ekonomi Berdikari itu, sejumlah narasumber berpendapat bahwa untuk membangun kemandirian, maka insentif usaha harus diperkuat. Daya tarik usaha tani akan terus menurun baik generasi lama maupun generasi baru jika usaha tani tidak memberikan untung. Petani otomatis akan bergairah jika mereka mengetahui ada keuntungan saat mereka bekerja.
Salah satu terobosan tambahan yang bisa dilakukan adalah penggunaan teknologi untuk menyelesaikan berbagai masalah di atas. Pemberian subsidi ataupun bantuan sarana produksi pertanian harus dipastikan sampai kepada yang berhak. Teknologi memungkinkan semua insentif untuk petani bisa sampai kepada individu yang berhak. Dari berbagai masalah yang muncul selama ini, teknologi sudah tersedia, tetapi selalu saja terhambat oleh masalah lain.
Di samping itu, informasi cuaca, harga, hama, dan penyakit bisa diberikan secara lebih cepat dengan menggunakan teknologi. Penggunaan teknologi di lapangan sepertinya juga akan menarik generasi baru dalam usaha tani. Sejauh ini kita bisa melihat perdagangan produk pertanian sudah banyak menggunakan teknologi. Kita berharap teknologi makin intensif digunakan di areal-areal usaha tani.