Mengarusutamakan kesetaraan jender merupakan upaya penting dalam pemulihan ekonomi global. Tantangan tidak ringan karena krisis akibat pandemi telah memperlebar kesenjangan jender. Perlu aksi nyata dan komitmen kuat.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kontribusi perempuan dalam perekonomian akan memberikan manfaat pada perekonomian global sebesar 12 triliun dollar AS pada 2025. Jika perempuan tak bisa mencapai potensi ekonomi secara penuh, kondisi ekonomi global akan buruk.
Selaras dengan laporan McKinsey Global Institute pada 2015 tersebut, Pertemuan Women 20 pada 18-21 Juli 2022 di Parapat, Sumatera Utara, meminta pemimpin negara G20 untuk berkomitmen dan memiliki aksi nyata guna mengarusutamakan kesetaraan jender dalam upaya pemulihan global (Kompas, 22/7/2022).
Mengarusutamakan kesetaraan jender merupakan strategi penting dalam pembangunan untuk memberdayakan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan jender akan meningkatkan peluang akses, partisipasi, dan pembangunan yang inklusif.
Tantangan tidak ringan untuk mencapai ke sana karena krisis akibat pandemi Covid-19 telah berdampak lebih parah kepada perempuan daripada laki-laki. Perempuan menghadapi tantangan semakin berat di pasar tenaga kerja. Data Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyebutkan, lebih banyak perempuan (5 persen) kehilangan pekerjaan daripada laki-laki (3,9 persen).
Penutupan sekolah dan juga pola kerja dari rumah selama pembatasan sosial meningkatkan beban kerja domestik perempuan. Secara global, perempuan bertanggung jawab untuk setidaknya 2,5 kali lebih banyak pekerjaan rumah tangga yang tidak dibayar daripada laki-laki. Ini berdampak pada disparitas pendapatan dan mempersempit peluang ekonomi bagi perempuan.
Konflik geopolitik dan perubahan iklim juga berdampak kepada perempuan secara tidak proporsional. Kenaikan harga komoditas dan juga bencana alam menjadi ancaman. Dalam kondisi ini, bias jender dalam pekerjaan domestik membuat posisi perempuan semakin rentan.
Krisis multidimensi telah menghentikan kemajuan kesetaraan jender dalam partisipasi dan peluang ekonomi yang selama ini berjalan lambat.
Tak terelakkan, kesenjangan jender semakin lebar. Laporan Kesenjangan Jender 2022 oleh Forum Ekonomi Dunia menyebutkan, krisis multidimensi telah menghentikan kemajuan kesetaraan jender dalam partisipasi dan peluang ekonomi yang selama ini berjalan lambat. Kesetaraan jender di bidang ini baru mencapai 60,3 persen atau perlu 151 tahun untuk menutupnya.
Proporsi perempuan yang memiliki keahlian/terampil memang meningkat, upah perempuan juga hampir setara dengan upah laki-laki, tetapi masih terdapat disparitas pendapatan. Selain itu, posisi kepemimpinanan perempuan di dunia kerja juga masih rendah, baru 27 persen untuk posisi manajer.
Karena itu, komitmen yang kuat para pemimpin negara sangat menentukan untuk mewujudkan kesetaraan jender. Perencanaan dan diskusi sudah banyak, kini saatnya membuat aksi nyata dengan memberikan lingkungan yang kondusif bagi upaya kesetaraan jender. Lingkungan hukum yang tidak bias jender, ketersediaan perawatan akan memainkan peranan penting dalam karier perempuan.
Membangun dan meningkatkan kapasitas kewirausahaan perempuan menjadi langkah prioritas karena berperan besar dalam kebebasan finansial selama periode pemulihan, terutama memperkuat ekosistem bagi perempuan pengusaha yang rentan.