Sesuai prediksi, kasus positif Covid-19 terus merambat naik sejak Juni 2022. Meski semakin rendah tingkat keganasannya, berbagai cara harus diupayakan agar penularan segera dapat dikendalikan.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Sesuai prediksi, kasus positif Covid-19 terus merambat naik sejak Juni 2022 dan diperkirakan mencapai puncaknya Juli 2022. Bagaimana antisipasi kondisi ini?
Pada 30 Juni 2022 tercatat 2.248 kasus positif, padahal satu bulan sebelumnya, 30 Mei 2022, hanya 218 kasus. Memang jika dibandingkan dengan puncak penularan pada 16 Februari 2022—yang mencapai 64.718 kasus—peningkatan hari-hari ini masih jauh angkanya. Namun, fenomena ini perlu diwaspadai dan dimitigasi agar tidak menyesal nanti.
Setelah lebih dari dua tahun pandemi, tampak pola penularan Covid-19 yang seperti pencuri: menyerang ketika kita sedang lengah. Saat orang mulai bernapas lega, karena kasus mulai menurun akhir 2020, datang varian Delta yang lebih ganas awal tahun 2021. Ketika kasus menurun seiring meluasnya cakupan imunisasi, datang varian Omicron. Bersyukur, meski lebih menular, Omicron tidak seganas Delta.
Kini pun muncul turunan varian Omicron dari BA.2, BA.4, hingga BA.5. Meski semakin rendah tingkat keganasannya— sesuai sifat alami makhluk hidup yang harus bertahan bersama manusia inangnya—berbagai cara harus diupayakan agar penularan segera dapat dikendalikan.
Tentu ini bukan upaya mudah mengingat berbagai pelonggaran sudah dilakukan. Dari ditiadakannya tes antigen ataupun PCR untuk penumpang kereta api dan pesawat yang sudah vaksinasi lengkap, plus penguat, hingga diperbolehkannya membuka masker di tempat terbuka.
Di satu sisi, bisa dipahami upaya pemerintah untuk membangkitkan kembali aktivitas masyarakat agar ekonomi segera pulih, apalagi cakupan imunisasi di Indonesia saat ini juga sudah melampaui target. Hingga 2 Juli 2022, vaksinasi dosis pertama mencapai 96,78 persen, dosis kedua 81,20 persen, dan dosis ketiga 24,45 persen. Artinya, kekebalan komunitas sudah tercapai.
Namun, di sisi lain, kita perlu melindungi mereka yang rentan, karena sudah berusia lanjut, anak-anak, ataupun yang belum mendapat vaksinasi, karena berbagai alasan. Singapura sudah menambah tempat tidur untuk pasien rawat inap di rumah sakit dan panti jompo. Posko berbasis komunitas mulai dibuka untuk mengobati pasien gejala ringan, sekaligus memantau pasien isolasi mandiri di wilayah masing-masing.
Indonesia juga bisa melakukan hal serupa, dengan kembali menyiagakan Wisma Atlet, rumah sakit, puskesmas, dan juga posko mandiri untuk tanggap darurat di seluruh Tanah Air. Pemerintah sebaiknya juga terus meningkatkan cakupan vaksinasi dan kembali melakukan tes penelusuran (tracing) untuk memutus rantai penularan.
Lebih dari itu, masyarakat perlu terus diingatkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan dan kembali memakai masker di mana pun mereka berada. Sudah terbukti, cara ini tidak hanya efektif mencegah Covid-19, tetapi juga penyakit menular lainnya. Kita memang tidak bebas lagi seperti dulu.
Inilah era tatanan baru (new normal) yang harus ditaati bersama agar kita semua selamat.