Urgensi Regulasi ”Telemedicine”
Saat ini, aturan tentang ”telemedicine” masih jauh dari memadai. Maka, pemerintah dituntut membuat regulasi khusus tentang ”telemedicine”. Penting,melindungi hak-hak pasien atau konsumen kesehatan secara keseluruhan.
Kemajuan teknologi dan telekomunikasi berlangsung sangat pesat, jauh dari perkiraan sebelumnya. Contohnya adalah penggunaan telepon pintar, laptop, internet, dan perangkat telekomunikasi lainnya.
Teknologi informasi mencakup semua peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Adapun teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data.
Demikian pula telah berkembang metaverse (metasemesta) dan berbagai kemajuan teknologi digital komunikasi tiga dimensi abad ke-21 ini. Disertai penemuan mesin cerdas berupa artificial intelligence (AI) sebagai teknologi transformatif yang telah menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia, layanan di bidang kesehatan pun berkembang luar biasa.
Aplikasi AI memang merupakan keniscayaan yang menyentuh semua sektor pelayanan kesehatan, mulai dari tingkat promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif.
Aplikasi kecerdasan buatan dalam proses pencitraan medis akan berdampak sangat besar.
AI dan telekomunikasi
Dewasa ini telah nyata aplikasi AI atau kecerdasan buatan pada layanan kesehatan, termasuk perawatan kesehatan yang mencakup seluruh pengalaman klinis. Dalam hal ini, yang paling signifikan ada di tiga area utama.
Pertama, big data. Kecerdasan buatan dalam pengumpulan data berperan sangat penting dalam proses analisis kesehatan, baik individu maupun masyarakat luas.
Sebetulnya, kecerdasan buatan, dengan eksistensinya yang sangat rasional, merupakan suatu sistem algoritma yang kompleks, yang ditentukan dari keterkaitan kumpulan data. Kemampuan ini yang mendukung upaya menggabungkan data baru untuk penilaian pada masa mendatang.
Selanjutnya, dalam aplikasi klinis, kita sepakat bahwa dalam pelayanan kedokteran, fungsi dokter sangat besar. Kemajuan AI dan teknologi pencitraan kedokteran akan memudahkan dokter bekerja akurat.
Infografik Layanan Telemedicine dan Obat Gratis bagi Pasien Isoman
Aplikasi kecerdasan buatan dalam proses pencitraan medis akan berdampak sangat besar. Sebagai contoh pemanfaatan dalam membaca hasil pencitraan medis jaringan saraf. Ini mengacu pada model matematika karena jaringan saraf berisi banyak lapisan (lebih dari 1.000) dengan pola kompleks.
Sebagai contohnya adalah proses pembacaan hasil foto sinar-X atau rontgen dada. Untuk membaca gambar hasil rontgen tersebut, dokter membutuhkan pengetahuan dan pemahaman spesifik, seperti anatomi, biofisika, batasan teknis, keadaan penyakit, dan patofisiologi subyek yang dicitrakan.
Demikian pula para ahli radiologi membutuhkan cara yang sistematis untuk melihat gambar sinar-X tersebut untuk memastikan bahwa mereka sudah melihatnya dan membaca secara teliti dan akurat.
Bisa dibayangkan jika film sinar-X yang dibaca jumlahnya ribuan bahkan ratusan ribu. Dokter ahli radiologi yang terbatas jumlahnya akan sangat kewalahan dan kelelahan sehingga menurunkan keakuratan dalam membaca hasil. Namun, dengan teknologi kecerdasan buatan, semua keterbatasan tersebut dapat diatasi secara akurat dan sangat efisien.
Baca juga Digitalisasi dan Kecepatan Jaringan Internet Bantu Perkuat Layanan Kesehatan
Dalam hal keputusan klinis, strategi AI dengan menggunakan mesin inferensi eksklusif telah dibangun oleh ilmuwan komputer dan data sehingga dapat diprogram oleh dokter.
Data tersebut berkaitan dengan usia, jenis kelamin, demografi, faktor risiko, lokasi geografis, wabah penyakit kontemporer, dan pola perhitungan algoritma. Selanjutnya mesin AI menyatukan dan menganalisis pengalaman kumulatif dokter yang diperoleh dari literatur medis, buku teks, laporan kasus, dan pertemuan pasien secara langsung.
Data tersebut digabungkan dengan menggunakan algoritma ke dalam basis data untuk dianalisis dengan tingkat keakurasian sangat tinggi. Dengan demikian, penilaian akhir, diagnosis ataupun diagnosis banding menjadi sangat akurat.
Dengan kata lain, algoritma kecerdasan buatan ini bertindak seperti dokter yang sangat berpengalaman dan terampil. Ia bisa menyimpulkan secara cepat dan tepat jenis penyakit dan bagaimana tindakan medisnya.
Untuk selanjutnya, AI bisa digunakan sebagai pendukung metode atau cara pengobatan terbaik untuk pasien.
Dengan demikian, kecerdasan buatan akan sangat membantu dan menentukan dalam proses aplikasi klinis. Aplikasi mesin kecerdasan buatan akan berperan dalam area terluas. Bukan hanya aplikasi untuk perangkat, dalam penelitian klinis, tetapi juga dalam upaya prediksi penyakit, manajemen kesehatan umum, epidemiologi, pencegahan, dan seterusnya.
Demikian pula kemajuan revolusi telekomunikasi yang luar biasa telah diaplikasikan dalam dunia medis dengan sebutan telemedicine. Telemedicine merupakan pelayanan kedokteran yang dilakukan dari jarak jauh, berupa transfer data medis elektronik dari satu lokasi ke lokasi lain.
Dengan kata lain, telemedicine adalah praktik kedokteran dengan memakai perangkat komunikasi audio, visual, dan data. Telemedicine sudah mencakup perawatan, diagnosis, konsultasi medis, pengobatan, serta pertukaran data medis, demikian juga dengan kegiatan ilmiah kedokteran jarak jauh.
Telemedicine akan meningkat akurasi diagnosis dan aplikasi pelayanan medisnya jika digabungkan dengan penggunaan kecerdasan buatan.
Telemedicine sangat berperan dalam sektor kesehatan.
Urgensi regulasi
Aplikasi telemedicine telah memperlihatkan manfaat yang sangat nyata dalam praktik kedokteran dewasa ini. Manfaatnya tak hanya pada pertukaran informasi medis, tetapi bahkan merambah lebih jauh pada semua sendi pelayanan kedokteran. Dari tingkat pencegahan (preventif), promosi kesehatan (promotif), diagnosis real time (kuratif), hingga aspek pelayanan dan rehabilitasi kedokteran.
Telemedicine sangat berperan dalam sektor kesehatan. Pasien kini dapat berkonsultasi dengan dokter melalui berbagai aplikasi seluler. Layanan perawatan di rumah, pemeriksaan laboratorium, dan pemesanan obat dapat dilakukan melalui aplikasi seluler, terpadu dengan jasa transportasi daring.
Teknologi digital yang semakin maju sudah dimanfaatkan oleh fasilitas kesehatan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, serta peningkatan mutu pelayanan. Beberapa rumah sakit bahkan telah menerapkan sistem pendukung keputusan elektronik terpadu dalam suatu rekam medis elektronik. Ini untuk membantu dokter membuat keputusan terapi yang lebih tepat sesuai pedoman klinis melalui peresepan elektronik.
Dengan luasnya cakupan penanganan kesehatan melalui telemedicine, aplikasi tersebut juga berdampak dan memiliki risiko hukum. Oleh karena itu, disiplin dan etik perlu diterapkan untuk memperjelas pertanggungjawaban, terutama dalam upaya melindungi masyarakat secara luas.
Saat ini, aturan tentang telemedicine masih jauh dari memadai. Maka, pemerintah dituntut untuk membuat regulasi khusus tentang telemedicine. Pemerintah selaku regulator kesehatan perlu untuk mempersiapkan ekosistem aplikasi dan pelaksanaan telemedicine. Di sisi lain, hal ini penting untuk melindungi hak-hak pasien ataupun konsumen kesehatan secara keseluruhan.
Dalam kerangka itu, beberapa perangkat regulasi menjadi sangat perlu dan penting.
Dalam kerangka itu, beberapa perangkat regulasi menjadi sangat perlu dan penting. Semua dicakup dalam aturan dan regulasi praktik kedokteran yang dibuat oleh lembaga yang meregulasi praktik kedokteran di Indonesia. Dalam hal ini, berdasarkan UU Praktik Kedokteran Nomor 29/2004, lembaganya adalah Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Peraturan yang perlu dan penting itu adalah regulasi yang mengatur instrumen telekomunikasi dan alat dalam pelayanan telemedicine, fasilitas pelayanan telemedicine, tenaga dokter dan tenaga paramedis/teknisi telemedicine, pengertian dan pembatasan antarpemangku kepentingan telemedicine, dan rambu-rambu bagi provider bisnis aplikasi digital dalam telemedicine.
Taruna Ikrar,Ketua Konsil Kedokteran Indonesia, Direktur International Association of Medical Regulatory Authorities, Ketua Tim Pengkajian Peraturan Konsil Telemedicine KKI