Tantangan Dunia dan Diplomasi RI
Tahun 2022 akan menjadi tahun penting bagi Indonesia. Selama satu tahun, Indonesia memegang Presidensi G20. Tema “Recover Together, Recover Stronger”, memiliki makna yang dalam mengenai pentingnya memperkokoh kerja sama.
Dunia masih harus hidup dalam situasi pandemi di sepanjang tahun 2021.
Rivalitas antara negara besar juga semakin menajam terutama di kawasan Indo-Pasifik. Bagaimana diplomasi Indonesia dijalankan di tengah situasi yang sangat dinamis dan penuh tantangan itu?
Diplomasi kesehatan
Diplomasi kesehatan menjadi agenda utama tahun 2021. Diplomasi Indonesia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan vaksin bagi rakyat Indonesia dan terus menyuarakan kesetaraan akses vaksin bagi semua negara.
Kita patut bersyukur, di akhir Desember, sudah lebih dari 277 juta dosis vaksin disuntikkan, kelima terbesar di dunia setelah China, India, Amerika Serikat dan Brasil. Dari jumlah tersebut, lebih dari 21 persen berasal dari COVAX dan dukungan dose-sharing negara-negara sahabat. Pada 22 Desember 2021, Indonesia telah memenuhi target vaksinasi Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 40 persen total penduduk.
Diplomasi akan terus bergerak untuk mendukung vaksinasi 70 persen dari total penduduk pada Juli 2022.
Tidak semua negara dapat mencapai target vaksinasi yang ditetapkan WHO. Kesenjangan vaksinasi masih cukup lebar. Hingga 14 Desember 2021, terdapat 41 negara yang tidak dapat menvaksinasi 10 persen dari total penduduknya, dan 98 negara tidak dapat mencapai target 40 persen.
Jika kesenjangan tidak dipersempit, dunia akan lebih lama keluar dari pandemi.
Jika kesenjangan tidak dipersempit, dunia akan lebih lama keluar dari pandemi. Sebagai salah satu co-chairs COVAX AMC Engagement Group, Indonesia akan terus berperan mempersempit kesenjangan vaksin tersebut.
Pandemi membuka mata kita semua bahwa tatanan ketahanan kesehatan dunia masih rentan. Untuk itulah, salah satu prioritas presidensi Indonesia di G20 tahun 2022 adalah memperkuat arsitektur kesehatan dunia. Indonesia akan terus mendorong penguatan peran sentral WHO dan mendukung disepakatinya Pandemic Treaty yang baru, agar dunia lebih siap menghadapi pandemi.
Di samping itu, mekanisme baru pendanaan kesehatan bagi negara berkembang juga harus dibentuk.
Diplomasi ekonomi
Selain mendukung pemulihan kesehatan, diplomasi ekonomi juga digerakkan untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi. Indonesia meyakini bahwa ekonomi hijau dan berkelanjutan serta pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) harus menjadi basis dari upaya pemulihan.
Baca juga : ASEAN: Gelombang Lanjutan Covid-19 dan Diplomasi Vaksin
Negosiasi pembentukan Travel Corridor Arrangement (TCA) selesai dilakukan dengan beberapa negara, antara lain Singapura, Korea Selatan, China, Uni Emirat Arab dan Turki. Atas inisiasi Indonesia, Kerangka Koridor Perjalanan ASEAN juga telah diselesaikan. Selain itu, pembahasan saling pengakuan sertifikat vaksinasi dan interoperabilitas platform terus dilakukan dengan banyak negara, antara lain Arab Saudi, Singapura, Australia, Belanda dan Uni Eropa.
Diplomasi ekonomi juga dijalankan untuk mendukung peningkatan ekspor, investasi dan presensi swasta dan BUMN Indonesia di negara lain. Beberapa komitmen investasi, antara lain diperoleh saat kunjungan di Abu Dhabi (44,6 miliar dollar AS) dan Glasgow (9,29 miliar dolar AS), termasuk investasi untuk proyek-proyek ekonomi hijau.
Sebagai bagian dari kebijakan Pasific Elevation, kolaborasi dengan negara-negara Pasifik terus diperkuat melalui penyelenggaraan Pacific Exposition yang kedua. Melalui Indonesian Aid, Indonesia telah memperkuat kerja sama pembangunan dengan 11 negara sahabat, termasuk negara-negara Pasifik.
Melalui Indonesian Aid, Indonesia telah memperkuat kerja sama pembangunan dengan 11 negara sahabat, termasuk negara-negara Pasifik.
Diplomasi perlindungan
Pandemi telah memberikan dampak cukup besar bagi warga negara Indonesia (WNI) di luar negeri. Oleh karenanya, mesin pelindungan dijalankan secara maksimal untuk membantu mereka yang memerlukan.
Selama 2021, para diplomat telah memfasilitasi repatriasi lebih dari 73.000 orang; menyalurkan hampir 240.000 paket sembako; membebaskan tujuh WNI dari hukuman mati; empat WNI dari penyanderaan; menyelamatkan lebih dari Rp 179,3 miliar hak finansial WNI; serta memfasilitasi pemberian vaksin kepada 88.637 WNI di berbagai kawasan dunia. Indonesia juga telah berhasil mengevakuasi 33 orang WNI dan warga negara asing (WNA) dari Kabul, di tengah risiko dan kompleksitas yang sangat tinggi.
Ke depan, transformasi digital dan inovasi teknologi akan diperkuat, termasuk integrasi aplikasi Safe Travel dengan Peduli Lindungi.
Diplomasi kawasan/dunia
Untuk pertama kalinya, wakil dari Indonesia terpilih sebagai sekretaris jenderal Indian Ocean Rim Association (IORA), untuk periode 2022-2024. Ini sebuah capaian, sekaligus tanggung jawab menjadikan Samudra Hindia damai, stabil dan sejahtera.
Upaya untuk terus memperkuat ASEAN juga terus dilakukan. Indonesia ingin agar ASEAN dapat menjadi lokomotif perdamaian dan kesejahteraan kawasan Indo-Pasifik. Kerja sama inklusif dan konkret dengan semua mitra akan terus didorong untuk mengimplementasikan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.
Dalam menyikapi krisis politik di Myanmar, atas usul Indonesia, para pemimpin ASEAN bertemu di Jakarta, April 2021 dan menghasilkan 5 Butir Konsensus. Indonesia akan terus mendorong implementasi 5 Butir Konsensus agar demokrasi di Myanmar dapat dipulihkan melalui dialog yang inklusif. Satu pesawat bantuan kemanusiaan Indonesia telah dikirim guna membantu rakyat Myanmar.
Demi kemanusiaan, Indonesia kembali menerima untuk sementara pengungsi Rohingya. Kerja sama dengan UNHCR dan IOM akan dilanjutkan. untuk penanganan para pengungsi ini.
Indonesia juga terus berkontribusi untuk Afghanistan. Atas inisiatif Indonesia (salah satunya), Pertemuan Khusus OKI digelar di Pakistan guna membahas situasi kemanusiaan di Afghanistan. Atas usul Indonesia, pentingnya peta jalan (roadmap) pemenuhan janji Taliban berhasil dimasukkan dalam resolusi hasil pertemuan. Dua pesawat bantuan kemanusiaan akan segera dikirimkan untuk rakyat Afghanistan. Indonesia telah menyampaikan kesiapan berkontribusi bagi pemajuan hak-hak perempuan di Afghanistan.
Komitmen Indonesia terhadap Palestina juga terus dijaga.
Komitmen Indonesia terhadap Palestina juga terus dijaga. Di tengah situasi yang sangat dinamis, Indonesia tetap konsisten mendampingi rakyat Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan dan keadilan.
Indonesia juga masih menjadi salah satu kontributor terbesar pasukan perdamaian PBB, di peringkat tujuh dunia.
Selain menaikkan jumlah pasukan perdamaian, persentase pasukan perdamaian perempuan juga ditingkatkan dari 5,9 persen (2020), menjadi 6,7 persen (2021). Pemajuan isu Women, Peace and Security juga diperkuat, antara lain melalui pembentukan Southeast Asia Network of Women Peace Negotiators and Mediators. Network ini telah tergabung dalam Global Alliances of Regional Women Mediator Networks April 2021, sebagai satu-satunya wakil Asia.
Demokrasi dan pemajuan hak asasi manusia juga merupakan isu yang terus dimajukan Indonesia. Untuk itulah, Forum Demokrasi Bali ke-14 diadakan tahun ini, dimana Menlu AS dan China berpartisipasi secara virtual.
Tantangan 2022
Tahun 2022 akan menjadi tahun penting bagi Indonesia. Selama satu tahun, Indonesia memegang Presidensi G20. Tema “Recover Together, Recover Stronger”, memiliki makna yang dalam mengenai pentingnya memperkokoh kerja sama, solidaritas dan inklusivitas, agar dunia dapat pulih lebih kuat. Tiga prioritas akan diberikan pada upaya memperkuat arsitektur kesehatan dunia; transisi energi dan transformasi digital.
Baca juga : Presidensi G-20: Bukan Sekadar Giliran
Semua kita berharap bahwa 2022 akan menjadi tahun pemulihan. Pemulihan ini hanya dapat dilakukan jika negara dunia dapat menanggulangi kesenjangan vaksin yang masih sangat lebar antara negara maju dan berkembang, dan bagaimana negara-negara besar dapat mengelola rivalitasnya, terutama di kawasan Indo-Pasifik.
Saya teringat apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo, saat menerima presiden G20 di Roma bahwa ”Upaya bersama untuk pemulihan ekonomi dunia... pertumbuhan yang inklusif, yang people centered, serta ramah lingkungan dan berkelanjutan… harus dilakukan dengan cara luar biasa… terutama melalui kolaborasi dunia yang lebih kokoh dan inovasi yang tiada henti.”
Semoga 2022 menjadi tahun pemulihan bagi Indonesia dan dunia.
Retno Marsudi Menteri Luar Negeri RI