Antara Penyekatan dan Pembatasan Libur Natal dan Tahun Baru
Ketepatan penggunaan kata dalam komunikasi publik akan menjadi orkestrasi komunikasi pemerintah dalam penanggulangan dan pencegahan Covid-19 selama libur Natal serta sebagai upaya untuk peningkatan kepatuhan.
Oleh
FAIZIN
·3 menit baca
Beberapa pekan terakhir kita menghadapi dilema dalam menunggu keputusan pemerintah, apakah akan diberlakukan PPKM lanjutan atau tidak pada libur Natal dan Tahun Baru.
Hal ini karena masyarakat banyak yang sudah memiliki rencana berlibur ke berbagai tujuan. Polri melansir keinginan masyarakat untuk mudik pada saat libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 masih sangat tinggi di tengah belum berakhirnya pandemi Covid-19. Ini juga jadi kekhawatiran tersendiri manakala pemerintah telah mengumumkan munculnya varian baru Omicron di Indonesia.
Survei BPS tahun 2021 terkait Perilaku Masyarakat pada Masa PPKM Darurat menunjukkan angka 40 persen kepatuhan dalam aspek menjaga jarak, 43 persen dalam menghindari kerumunan, dan 57,1 persen dalam pemakaian masker.
Orkestrasi komunikasi publik
Kita sering mengesampingkan pemilihan kata dalam dinamika komunikasi kita. Bahkan, jarang dari kita memperhatikan dampak dari pilihan kata dalam penyampaian gagasan.
Dalam dinamika komunikasi massa, diksi jadi penentu karena gagalnya komunikasi adalah diakibatkan berbedanya tafsiran terhadap diksi yang disampaikan. Dalam dinamika sosiolinguistik (ilmu bahasa dalam interaksi sosial), penggunaan bahasa harus mengacu pada ragam kelas sosial masyarakat untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam hal ini pemilihan kata untuk informasi publik terkait pelaksanaan peraturan pemerintah dalam pencegahan penularan Covid-19 jelang Natal dan Tahun Baru harus memiliki diksi yang tepat dan selaras.
Kita sering mengesampingkan pemilihan kata dalam dinamika komunikasi kita.
Diksi yang selama ini populer dan terdengar adalah kata pembatasan dan penyekatan. Pembatasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai pemisahan terhadap suatu bidang, sedangkan kata penyekatan diartikan membatasi ataupun memisahkan ruang. Kedua kata ini sebenarnya memiliki korelasi makna dalam satuan gramatikalnya, bahkan sinonim.
Jika dianalisis dari aspek jenis pemaknaan semantik, kata pembatasan secara referensial melekat pada upaya pemerintah menekan angka penyebaran kasus Covid-19, tetapi pemerintah juga berupaya untuk memulihkan aktivitas masyarakat dengan adaptasi kebiasaan baru. Dengan demikian, secara kontekstual pembatasan sebagai langkah positif untuk mencegah sekaligus tak berpasrah tanpa melakukan sesuatu di tengah kebosanan masyarakat atas dampak Covid-19.
Adapun kata penyekatan secara referensial memiliki makna tidak dapatnya melakukan aktivitas karena pemisahan ruang dan pengecilan ruang lingkup. Hal itu diperparah dengan kontekstual bahwa penyekatan akan menjadi rintangan tersendiri bagi mobilitas masyarakat. Kata penyekatan mengalami degradasi atau peyorasi makna sebab kata tersebut memiliki konotasi negatif seperti paparan di atas.
Kata pembatasan mengalami adanya elevasi atau ameliorasi kata yang dianggap memiliki konotasi positif dari arti kata sesungguhnya. Dengan demikian, kata pembatasan akan lebih berterima dibandingkan dengan kata penyekatan. Perbedaan pemaknaan serta dampak kedua diksi itu didasari bervariasinya latar belakang budaya serta perkembangan sosial budaya yang mengakibatkan kata penyekatan mengalami penyempitan makna, sedangkan kata pembatasan mengalami perluasan makna, walau kedua kata itu dapat dikatakan sinonim.
Hegemoni diksi
Bahasa tidak hanya sebagai alat penyampaian gagasan semata karena secara fungsi semantik mengacu terhadap pelibatan pelaku, tujuan, dan penerima. Dengan demikian, pentingnya penciptaan dan pemilihan struktur bahasa sebagai upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap perilaku kenormalan baru serta menekan penularan Covid-19 semasa Natal dan Tahun Baru berjalan sesuai harapan.
Faizin,Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Surabaya, Dosen Pendidikan Bahasa Universitas Muhammadiyah Malang