Dalam memilih makanan tak hanya soal rasa yang jadi pertimbangan. Kandungan gizi pun perlu mendapat perhatian agar kita tidak makan asal kenyang, tetapi makan makanan bergizi seimbang.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·5 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Cendekiawan Berdedikasi Prof Dr dr Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI FACP; Guru Besar FKUI
Sekarang ini penjual makanan semakin banyak, tidak hanya makanan nasional, tapi juga makanan dari negara lain. Mereka berlomba-lomba menawarkan kelezatan. Generasi muda senang mencoba berbagai jenis makanan dan memilih makanan favorit mereka. Media cetak ataupun elektronik pun menginformasikan makanan-makanan yang lezat dan secara tak langsung mengajak masyarakat untuk menikmatinya. Masyarakat kita sudah semakin makmur sehingga sebagian memang sudah mampu untuk mengonsumsi makanan yang lezat. Sebagai generasi tua, saya menyaksikan pola makanan kita telah berubah. Di zaman saya muda dulu lebih banyak makan gado-gado, ketoprak, dan berbagai hidangan yang mengandung banyak sayur, sekarang sudah berganti dengan daging, ikan, serta makanan yang mengandung lemak tinggi. Tampaknya ajakan untuk mengonsumsi makanan lezat jauh lebih kuat daripada anjuran untuk makan sehat.
Pola makan serta komposisi makanan yang berubah dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan. Makanan yang tinggi kalori dan kurang olahraga telah melahirkan kelompok obesitas. Makanan yang mengandung banyak lemak berisiko untuk meningkatkan penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner dan stroke. Sebagai guru di sekolah menengah pertama, saya sering menjelaskan piring makan yang mengandung makanan sehat kepada murid-murid saya. Namun, saya menyadari bahwa murid saya lebih tertarik pada makanan cepat saji yang mengandung lemak tinggi. Makanan tersebut mungkin lezat, tetapi tak baik bagi kesehatan mereka. Bahkan, makanan yang dijual di kantin sekolah tak mencerminkan makanan yang sehat. Makanan dan minuman yang dijual di kantin sekolah tinggi gula, natrium, dan lemak, sedangkan makanan yang mengandung serat tak ada yang menjual karena kurang laku.
Memang kita sekarang ini bekerja keras untuk mencegah tengkes atau stunting akibat kekurangan gizi kronik. Kita ingin memanfaatkan bonus demografi, porsi penduduk produktif yang besar memungkinkan kita untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun, jika angkatan kerja kita pernah mengalami tengkes, produktivitasnya akan rendah. Sebagai guru, saya ikut aktif dalam pencegahan tengkes di masyarakat. Saya merasa gembira berbagai pihak semakin peduli pada masalah tengkes dan kita bersama-sama mencegahnya. Namun, saya khawatir, di sekolah saya dan juga di permukiman, jumlah anak yang tergolong obesitas semakin banyak. Siswa sekolah dan anak-anak perlu memahami pentingnya makanan sehat untuk tumbuh kembang mereka. Ajakan untuk makan makanan yang lezat tampaknya lebih kuat daripada ajakan untuk makan sehat.
Untuk makan sehat, perlu pemahaman masyarakat luas tentang pentingnya makan sehat. Makanan sehat harus tersedia di mana-mana, harganya juga harus terjangkau. Cara mengolah dan menyimpan makanan harus dilatihkan. Masyarakat sering menonton para selebritas mengampanyekan makanan lezat, tetapi amat jarang yang mengajak untuk makan sehat. Mohon pendapat Dokter, siapa yang bertanggung jawab untuk mengubah pola makan masyarakat menjadi pola makan yang sehat? Terima kasih.
H di J
Anda benar. Dulu pada permulaan kemerdekaan, masalah kesehatan yang menonjol adalah malanutrisi. Salah satu penyebabnya adalah kurang makan karena masyarakat banyak yang miskin. Pembangunan ekonomi kita dapat meningkatkan sebagian masyarakat kita sehingga kekurangan makanan dapat diatasi, bahkan yang mulai jadi masalah adalah kelebihan makan. Populasi obesitas di negeri kita mulai meningkat. Kemudahan transportasi menyebabkan masyarakat lebih jarang berjalan kaki dan juga kurang berolahraga secara teratur. Kedua hal ini tentu dapat memengaruhi kesehatan masyarakat.
Kementerian Kesehatan menyadari masalah obesitas dengan berbagai akibatnya. Pemerintah sekarang mulai secara aktif mengajak masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat, rajin berolahraga, sehingga selalu menjaga agar berat badan normal. Pola makan kita yang kaya serat harus dikembalikan lagi. Kita perlu makan daging, ikan, dan susu, tetapi konsumsinya harus diperhitungkan. Kita perlu makan dengan mempertimbangkan asupan kalori, proporsi karbohidrat, protein, dan lemak. Kita juga perlu mengonsumsi buah dan sayur. Anda menyebut adanya piring makan sehat yang menggambarkan porsi makanan pokok, sayur, protein, dan lemak. Sayuran harus diperbanyak, karbohidrat, protein, dan lemak perlu diseimbangkan. Sekarang kalangan kesehatan juga mulai memperhatikan peran probiotik, keberadaan bakteri usus kita. Ternyata jika komposisi bakteri usus kita baik, kesehatan usus kita baik, dan kesehatan badan kita seluruhnya juga ikut menjadi lebih sehat.
Sebenarnya, masyarakat memerlukan panduan yang lebih jelas tentang berapa gram kita sebaiknya mengonsumsi nasi setiap makan. Konsumsi nasi di masyarakat ada yang amat berlebihan. Namun, juga ada kelompok masyarakat yang tak mau lagi makan nasi. Kalangan profesi kedokteran perlu memberi rekomendasi berapa gram nasi yang dibutuhkan orang dewasa Indonesia. Begitu pula dengan konsumsi protein, lemak, natrium. Masyarakat sudah amat mengenal 4 sehat 5 sempurna. Sekarang semboyan tersebut harus didukung dengan anjuran makan makanan yang komposisinya seimbang. Kita tak hanya peduli pada komponen yang perlu ada di makanan kita, tetapi juga berapa kebutuhan tersebut sehingga masyarakat dapat mengonsumsinya sesuai kebutuhan.
Kurang makan atau makan berlebih, keduanya tidak baik untuk kesehatan. Karena itulah, kita harus sudah mulai menggalakkan kebiasaan makan sehat. Bahan-bahan makanan yang sehat harus tersedia luas serta harganya terjangkau. Cara mengolah makanan harus dilatihkan agar vitamin yang diperlukan tubuh tidak rusak. Sebaliknya, tak perlu minum vitamin secara berlebihan.
Sayuran harus diperbanyak, karbohidrat, protein, dan lemak perlu diseimbangkan. Sekarang kalangan kesehatan juga mulai memperhatikan peran probiotik, keberadaan bakteri usus kita.
Apa yang harus kita lakukan bersama?
Kita harus membantu pemerintah memasyarakatkan makan sehat ini. Makan sehat merupakan bagian dari kebiasaan hidup sehat yang harus terus didengungkan. Seluruh masyarakat kita ajak makan sehat, tidak hanya mengutamakan makan enak. Berbagai kesempatan untuk penyuluhan masyarakat, mulai dari sekolah sampai ke masyarakat, perlu dilakukan. Profesi kesehatan, terutama kedokteran, perlu peka terhadap perubahan yang terjadi di masyarakat. Profesi kedokteran dapat melakukan penelitian dan berdasarkan penelitian tersebut memberikan panduan yang mungkin mengubah anggapan-anggapan lama terkait makan.
Media sosial juga harus dimanfaatkan untuk memberi informasi kepada masyarakat. Para pemimpin memberi contoh makan sehat dan tidak mengampanyekan makan enak tanpa pertimbangan kesehatan. Produksi makanan sehat harus ditingkatkan. Dewasa ini, untuk menyediakan makanan sehat lebih mahal daripada makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat. Kita harus mampu menyediakan makanan sehat yang harganya terjangkau. Kenduri dan pesta tidak hanya menyediakan makanan yang lezat, tapi mempertimbangkan aspek kesehatan. Bahkan restoran sudah harus mulai memberikan informasi tentang jumlah kalori, protein, lemak, dan lain-lain. Masyarakat sudah memerlukan restoran yang juga menyediakan diet khusus untuk mereka yang memerlukannya.
Kepedulian terhadap makanan sehat harus ditingkatkan. Kita berharap semakin banyak masyarakat kita yang peduli dan berpindah ke makanan sehat. Jika sekarang banyak selebritas yang mempertontonkan makanan lezat, kita berharap para selebritas kita juga rajin mengampanyekan makanan sehat. Semoga mulai tahun baru 2022 ini keluarga Indonesia semakin banyak yang mengonsumsi makanan sehat. Terima kasih atas kepedulian Anda pada pentingnya makanan sehat.