Garuda pun harus sungguh berkomitmen dalam memenangkan pelanggan. Hal itu dapat dimulai dengan menyeimbangkan tarif dengan maskapai lain atau benar-benar melayani pelanggannya.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Renegosiasi tarif sewa pesawat harus diperjuangkan oleh Garuda hingga titik darah penghabisan. Bertahan atau tidaknya Garuda ditentukan oleh renegosiasi itu.
Fakta negara ini sebagai negara kepulauan logikanya dapat pula ditekankan oleh Garuda dalam renegosiasi. Negara mana lagi yang lebih membutuhkan penerbangan selain Indonesia? Indonesia dengan demikian merupakan kunci utama dari kelangsungan bisnis manufaktur pesawat ataupun lessor. Selain tentunya, dulu, ada dugaan ketidaktepatan dalam negosiasi tarif sewa.
Penerbangan memang tidak tergantikan bagi Indonesia. Terlalu mahal untuk menghubungkan tiap pulau di zamrud khatulistiwa dengan jembatan. Merawat jaringan jalan dan jembatan hingga jutaan kilometer juga mustahil dilakukan.
Jika renegosiasi dan kemudian restrukturisasi berhasil, Garuda Indonesia punya misi baru untuk bertransformasi menjadi maskapai yang simpel. Menurut Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, maskapai ini tidak akan lagi menyewa semua jenis pesawat.
Ini merupakan sinyal positif. Walau boleh jadi Garuda tidak hanya akan mengoperasikan one single-type fleet sebagaimana maskapai berbiaya rendah, seperti AirAsia yang menerbangkan Airbus A320, pesannya tetap jelas, Garuda ingin beroperasi lebih efisien.
Efisiensi memang mutlak dijalankan di samping sejumlah langkah litigasi dan juga nonlitigasi. Efisiensi juga sinyal bahwa manajemen Garuda mau berubah. Ada sejumlah hal kasatmata yang dapat ditempuh. Ambil contoh, menghilangkan jemputan bagi kru pesawat atau membuat ketentuan bagi kru untuk tidak menginap di hotel berbintang.
Efisiensi juga sinyal bahwa manajemen Garuda mau berubah.
Pesan efisiensi bagi publik ini begitu penting karena salah satu solusi bagi Garuda untuk dapat lebih mengangkasa adalah pemakaian APBN. Apa kata orang jika dana yang dikumpulkan dari pajak rakyat digunakan untuk menyuntik kembali Garuda yang perilakunya selama ini dinilai publik ”wah”.
Garuda juga ada baiknya mencari mitra lebih strategis untuk masa depan. Mitra itu dapat saja maskapai global lain dengan roh maskapai berbiaya rendah. Mitra itu strategis bukan hanya karena uang yang dibawa, melainkan juga karena keahlian dan pengalamannya.
Garuda pun harus sungguh berkomitmen dalam memenangkan pelanggan. Hal itu dapat dimulai dengan menyeimbangkan tarif dengan maskapai lain.
Pilihan lain ialah, dengan tarif semahal itu, layanan Garuda harus benar-benar tanpa cacat agar tidak mengecewakan pelanggannya. Garuda juga harus mampu terbang tanpa menunda keberangkatan atau sama sekali tanpa insiden penerbangan dalam beberapa tahun ke depan.
Kerja-kerja itu kita tahu tidak mudah. Alangkah sulitnya apabila harus efisien, tetapi di sisi lain mesti memenangkan hati pelanggan. Namun, hanya dengan berkomitmen menjalani satu demi satu langkah itu, Garuda Indonesia dapat bertahan hidup.