Mengobati Diri Sendiri
Upaya mengobati diri sendiri seharusnya merupakan bagian dari upaya memelihara kesehatan. Upaya itu dimulai dari memahami penyebab dan penularan penyakit, bagaimana mencegah, mendiagnosis, dan mengobatinya.
Ibu saya hanya tinggal dengan asisten rumah tangga. Ibu berumur 72 tahun dan asisten rumah tangga umurnya 35 tahun, sudah lebih dari 10 tahun membantu ibu. Saya dan adik saya sudah berkali-kali mengajak ibu tinggal di rumah kami, tetapi ibu menolak.
Beliau tak mau meninggalkan rumah yang penuh kenangan bagi ibu. Ayah meninggal tiga tahun yang lalu. Bulan lalu saya tiba-tiba ditelepon asisten rumah mengabarkan ibu sakit perut hebat. Saya segera datang dan memang ibu tampak kesakitan. Dia memegangi perutnya dan keluar keringat dingin. Saya segera membawa ibu ke ruang gawat darurat rumah sakit terdekat.
Dokter memeriksa dengan teliti. Ibu menjalani pemeriksaan rontgen dan laboratorium. Diagnosis dokter mengejutkan saya. Ibu mengalami luka di saluran cerna, bahkan lukanya sudah menimbulkan lubang. Ini terlihat dari udara yang berada di luar usus. Ibu harus menjalani operasi segera. Semua persiapan dilakukan, termasuk menyiapkan darah jika diperlukan. Untunglah kami banyak teman yang bersedia menyumbangkan darah.
Esok paginya ibu dioperasi. Operasi berjalan baik dan ibu pulang dari rumah sakit setelah dirawat selama 10 hari. Dokter menjelaskan bahwa luka di saluran cerna ibu disebabkan kebiasaan ibu minum obat penghilang nyeri. Ibu memang mengeluh sejak beberapa bulan ini tulangnya sakit-sakit.
Beliau mengobati diri sendiri dengan membeli obat penghilang nyeri. Obat tersebut mujarab sehingga beliau meminumnya setiap hari. Ternyata saluran cerna ibu, karena usia, sudah mulai menipis dan mudah terluka oleh obat penghilang nyeri. Dokter menasihati agar hati-hati meminum obat sendiri.
Baca juga: Merawat Suami
Di masyarakat, saya rasa kebiasaan mengobati diri sendiri banyak dilakukan. Jika ada yang demam, minum obat penurun demam. Begitu pula jika diare, tersedia obat diare yang dapat dibeli di warung. Masyarakat desa juga melakukan pengobatan diri sendiri, baik dengan obat modern maupun obat herbal. Kebiasaan ini dapat dimengerti karena memang sebagian besar gejala yang dialami berhasil dihilangkan dengan obat bebas yang dibeli.
Selain itu, pergi ke dokter dan puskesmas bagi sebagian orang tidaklah mudah. Bagi sopir bajaj berarti kehilangan waktu untuk mencari uang. Pertanyaan saya adalah bagaimana kalangan kedokteran dapat membantu masyarakat agar kebiasaan mengobati diri sendiri ini tidak berbahaya seperti yang dialami ibu saya? Adakah pedoman bagi masayarakat kapan harus menghentikan tindakan mengobati diri sendiri dan harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
N di J
Saya bersyukur ibu Anda sudah sembuh dan sudah pulang ke rumah. Obat yang kita konsumsi, baik obat beresep maupun obat bebas, mempunyai dua aspek. Satu aspek khasiat dan jangan lupa ada aspek lain, yaitu aspek keamanan. Masyarakat sering mengabaikan aspek keamanan obat. Manfaat dan efek samping obat beresep sudah dipertimbangkan oleh dokter. Dokter juga menjelaskan manfaat dan efek samping obat yang diberikannya.
Namun, obat bebas pada umumnya dianggap aman sehingga pasien jarang membaca informasi obat yang dibelinya. Kebiasaan minum obat bebas ini sudah berjalan turun-temurun. Obat bebas banyak yang berkhasiat bagus, tetapi bukan berarti obat bebas tidak dapat menimbulkan efek samping.
Efek samping yang mungkin terjadi pada obat bebas, misalnya alergi, nyeri lambung, mual, dan muntah. Jika hal tersebut terjadi, pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter. Pada umumnya obat bebas hanya untuk menghilangkan gejala, hanya boleh diminum dalam jangka pendek, kecuali sepengetahuan dokter. Jika dalam dua-tiga hari gejala tak hilang, pasien harus berkonsultasi dengan dokter.
Baca juga: Masa Depan Layanan Kedokteran
Sebenarnya upaya mengobati diri sendiri seharusnya merupakan bagian dari upaya memelihara kesehatan. Upaya memelihara kesehatan dimulai dari memahami penyebab dan penularan penyakit, bagaimana mencegahnya, bagaimana mendiagnosisnya, dan bagaimana terapinya.
Sudah tentu pengetahuan orang awam terbatas untuk melakukan upaya tersebut secara menyeluruh. Karena itu, yang harus diketahui masyarakat adalah pemahaman mengenai penyebab dan pencegahan penyakit, pengobatan sementara sebelum memeriksakan diri ke dokter.
Pada masa sekarang ini, kita berharap sebagian besar masyarakat dapat mengakses layanan kesehatan yang tersedia. Memang masih ada daerah-daerah yang tak mempunyai puskesmas atau layanan kesehatan primer lainnya. Namun, kita berharap sarana informasi teknologi yang ada membantu masyarakat terpencil memahami cara memelihara kesehatan dengan benar.
Penasihat kesehatan keluarga
Dokter dapat menjadi sahabat keluarga dalam memelihara kesehatan. Setiap keluarga disarankan mempunyai dokter keluarga dan hendaknya keluarga tidak terlalu sering mengganti-ganti dokter. Jika dokter memahami kesehatan keluarga dengan baik, dokter akan lebih mudah mendiagnosis penyakit dan memilih terapi yang sesuai untuk penderita.
Dokter dapat menjadi sahabat keluarga dalam memelihara kesehatan. Setiap keluarga disarankan mempunyai dokter keluarga dan hendaknya keluarga tidak terlalu sering mengganti-ganti dokter.
Hubungan keluarga dengan dokter hendaknya terpelihara baik. Di era kemajuan teknologi, komunikasi dokter-pasien menjadi lebih mudah dengan perangkat teknologi yang ada. Bahkan, pasien dapat berkonsultasi jarak jauh dengan dokter yang sedang berada di kota lain.
Namun, komunikasi melalui perangkat telepon genggam saja tidak mencukupi. Untuk dapat mendiagnosis penyakit dengan baik, di samping riwayat penyakit juga perlu pemeriksaan fisik, bahkan pemeriksaan penunjang, seperti radiologi dan laboratorium.
Jadi, pasien dan dokter perlu menentukan kapan konsultasi dapat dilakukan hanya dengan telepon genggam dan kapan harus dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Hal penting lain yang juga harus diketahui adalah gejala penyakit yang serius dan berbahaya. Untunglah asisten rumah tangga ibu Anda cukup cerdas menilai situasi yang dialami ibu Anda. Jika Anda terlambat membawa ibu ke rumah sakit, mungkin sakitnya akan lebih parah.
Baca juga: Mengapa Kita Perlu Mengkhawatirkan Asam Lambung?
Jadi, masyarakat harus memahami gejala yang merupakan gejala penyakit yang serius dan mungkin berbahaya. Di antara gejala tersebut adalah nyeri dada (gejala sakit jantung), sesak napas, hilang kesadaran, perdarahan, sakit kepala yang bertambah berat dari hari ke hari, tidak mau makan dan minum. Keadaan-keadaan tersebut mungkin merupakan gejala penyakit serius yang segera harus diobati.
Setiap rumah sekarang umumnya punya televisi, komputer, dan lemari pendingin. Peralatan tersebut memang diperlukan oleh keluarga. Namun, jangan lupa untuk memelihara kesehatan kita juga perlu mempunyai peralatan kedokteran sederhana di rumah.
Kita harus menyediakan timbangan berat badan, tensimeter, termometer, dan sekarang pada pandemi Covid-19 juga oksimeter. Jika ada keluarga yang sakit diabetes, sediakan juga alat laboratorium mandiri untuk mengukur gula darah sendiri.
Pada umumnya alat-alat kedokteran tersebut tidaklah mahal, tetapi dapat membantu kita memelihara kesehatan keluarga. Kecelakaan yang tidak diharapkan juga dapat terjadi di rumah. Peralatan P3K hendaknya juga disediakan. Pertolongan yang cepat dan tepat dapat mencegah dampak buruk kecelakaan.
Juga sediakan nomor telepon penting, seperti nomor telepon ambulans, rumah sakit, dan dokter. Seperti anjuran Anda, kalangan kedokteran harus lebih banyak menulis petunjuk pemeliharaan kesehatan keluarga, termasuk bagaimana mengobati diri sendiri dengan benar. Semoga Anda dan ibu sehat selalu.