Presiden Xi Jinping memilih kemakmuran bersama, lebih memilih kebahagiaan rakyatnya yang sekian tahun terpapar polusi tingkat tinggi. Xi meninggalkan ekonomi dengan pertumbuhan tinggi dan menguntungkan asing.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
China semakin serius melepaskan pertumbuhan ekonomi berbasis ekspor. Sebaliknya, negara itu mengutamakan pertumbuhan berbasis konsumsi domestik.
Kekurangan pasokan energi listrik yang sedang melanda China dan mengancam produksi manufaktur yang memiliki kaitan kuat ke seluruh dunia tampaknya tidak terlalu dihiraukan. Ketika Perdana Menteri Li Keqiang berbicara di Beijing, Selasa (12/10/2021), tentang krisis pasokan listrik, penekanannya adalah pasokan listrik ke rumah tangga dan demi kesinambungan ekonomi domestik.
PM Li mengulangi pernyataan yang sudah berulang kali diserukan Presiden Xi Jinping, yakni China lebih memilih ”kemakmuran bersama”. Hal ini merujuk pada perekonomian yang tidak lagi memburu pertumbuhan tinggi, tetapi pertumbuhan berkesinambungan dan pendapatan merata.
Konsekuensi dari ”kemakmuran bersama”, kemungkinannya ialah produksi dengan jaringan internasional diproyeksikan tidak lagi mengincar China sebagai basis produksi. Presiden Xi sudah menjawab itu dengan menekankan pertumbuhan berbasis konsumsi domestik, pengejaran kemakmuran di perdesaan, sekaligus mendorong inovasi dan perekonomian dengan energi bersih sebagai prioritas.
Bagaimana dengan investasi asing yang sejauh ini masih memilih bertahan di China? Yu Miaojie, Wakil Dekan National School of Development di Peking University, mengatakan, dunia masih membutuhkan produk China (China Daily, 8 Oktober 2021). Menjawab hal itu, Gao Lingyun, seorang peneliti senior di Institute of World Economics and Politics, mengatakan, perusahaan yang memiliki kemampuan teknologi mempunyai pilihan untuk memperbaiki efisiensi energi agar bisa melanjutkan bisnis di tengah penjatahan pemakaian listrik.
Adalah kebijakan Pemerintah China itu sendiri yang menyebabkan kelangkaan energi listrik. Dari tahun ke tahun, sejak Presiden Xi memerintah, dorongan untuk penurunan emisi karbon sudah dicanangkan. Presiden Xi mengulangi kembali seruan itu padaSelasa (12/10/2021) di Beijing. Maka, tidak heran jika semakin banyak perusahaan yang meninggalkan investasi pada pembangkit listrik tenaga batubara.
Dari tahun ke tahun, sejak Presiden Xi memerintah, dorongan untuk penurunan emisi karbon sudah dicanangkan.
Namun, ada masalah. Pasokan energi listrik berbasis energi terbarukan, tenaga udara, dan energi bersih lainnya belum mampu menggantikan energi berbahan fosil. Xie Zhenhua, utusan China untuk urusan iklim global, mengatakan, energi China masih didominasi batubara (China Daily, 27 April 2021). Data dari National Energy Administration memperlihatkan energi bertenaga batubara memasok 56,8 persen terhadap total kebutuhan energi listrik China pada 2020.
Akan tetapi, Presiden Xi tetap tidak melonggarkan kebijakan pengurangan emisi karbon, yang 85 persen disumbangkan pemakaian batubara. Presiden Xi memilih kemakmuran bersama, lebih memilih kebahagiaan rakyatnya yang sekian tahun terpapar polusi tingkat tinggi. Xi meninggalkan ekonomi dengan pertumbuhan tinggi dan menguntungkan asing.