Kenaikan Upah Minimum Tidak Selamanya Merugikan
Kenaikan upah minimum bisa membuat pekerja betah dan tidak meninggalkan perusahaan dan juga tidak tidak selamanya menurunkan minat perusahaan untuk merekrut pekerja.
Kenaikan upah minimum tidak selamanya menurunkan minat perusahaan untuk merekrut pekerja. Kenaikan upah minimum malah bisa membuat pekerja betah dan tidak meninggalkan perusahaan. Di sisi lain kenaikan upah minimum bisa berjalan seiring dengan stabilnya kelangsungan bisnis.
Ini jadi peringatan kuat bagi mereka yang buru-buru menyimpulkan bahwa kenaikan upah minimum akan merugikan bisnis. Demikian salah satu kesimpulan penting dari pengumuman penerima hadiah Nobel Ekonomi 2021 oleh Akademi Sains Kerajaan Swedia, Stockholm, Senin (11/10/2021).
Ada tiga ekonom yang menerima hadiah Nobel Ekonomi 2021. Salah satunya adalah David Card, kelahiran Kanada, yang kini mengajar di University of California, Berkeley, AS. Card akan mendapatkan setengah dari 10 juta krona Swedia (1,1 juta dollar AS).
Dua ekonomilain yang juga juga berbagi setengah lagi dari hadiah uang itu adalah Joshua Angrist dari Massachusetts Institute of Technology dan Guido Imbens, kelahiran Belanda, yang kini dosen di Stanford University.
Sebenarnya ada satu lagi ekonom yang sangat membantu dan menjadi mitra peneliti bagi para ekonom tersebut, yakni Alan Krueger, yang wafat pada 2019 di usia 58 tahun.
Krueger mengajar di Princeton University selama tiga dekade dan pernah menjadi ekonom utama di Departemen Tenaga Kerja AS pada era Presiden Bill Clinton. Krueger juga menjadi penasihat ekonomi bagi Presiden Barack Obama. Hanya saja tokoh yang sudah wafat tidak dihadiahi Nobel.
Meski ada tiga ekonom penerima Nobel Ekonomi kali ini, mereka diganjar atas peran yang relatif berbeda. Card digajar Nobel ”atas kontribusi empirisnya terhadap ilmu ekonomi ketenagakerjaan”. Angrist dan Imbens diganjar atas ”kontribusi mereka tentang metodologi untuk menganalisa hubungan sebab akibat”.
Baca juga: Hadiah Nobel dan Visi Sains
Ketua Komite Sains Ekonomi Peter Fredriksson mengatakan, riset tiga ekonom itu memperbaiki secara mendasar kemampuan kita dalam menjawab pertanyaan inti terkait kehidupan. Temuan tiga ekonom itu memberi manfaat besar bagi manusia.
Temuan Card dan Krueger
Card dan Krueger pada 1994 meneliti efek kenaikan upah minimum untuk para pekerja di restoran siap saji, seperti Burger King, KFC, Wendy\'s, dan Roy Rogers, khususnya di Negara Bagian New Jersey, AS. Upah minimum amat penting bagi pekerja restoran kategori itu. Hanya saja ada kekhawatiran kenaikan upah minimum akan menurunkan minat perekrutan buruh.
Temuan Card justru menunjukkan hal berbeda. Kenaikan upah minimum di New Jersey tidak mengurangi minat perekrutan buruh dan tidak menurunkan omzet bisnis restoran siap saji. Bahkan, kenaikan upah minimum menaikkan minat buruh untuk bekerja alias membuat mereka lebih betah atau bertahan dengan pekerjaan mereka.
Saat dilihat soal efek kenaikan upah minimum itu terhadap wilayah terdekat, yakni wilayah timur Negara Bagian Pennsylvania, tetangga New Jersey, juga tidak terlihat efeknya terhadap migrasi signifikan antarwilayah.
Hal positif itu didalami lagi lebih lanjut. Card menemukan bahwa kenaikan upah itu bisa dikompensasikan ke dalam bentuk harga produk restoran yang lebih tinggi. Akan tetapi, kenaikan itu masih bisa ditanggung konsumen dan tidak berefek negatif alias tidak menurunkan omzet penjualan.
Baca juga: Nobel Fisika untuk Penguak Sistem Iklim
Card juga meneliti efek kedatangan imigran Kuba pada April 1980. Ini dilakukan ketika Fidel Castro secara mendadak memberikan kesempatan pada warganya untuk hijrah. Selama periode Mei-September 1980, ada sekitar 125.000 warga Kuba yang mendarat di Negara Bagian Miami.
Kedatangan imigran Kuba dikhawatirkan menaikkan tingkat pengangguran dan mengusik para pekerja kelas rendah di Miami. Penelitian Card menunjukkan kehadiran imigran dari Kuba tidak berefek negatif pada para pekerja lokal dan warga lokal. Keberadaan imigran hanya berefek pada penduduk imigran yang lebih dulu tiba, tetapi juga telah beralih ke pekerjaan yang lebih membutuhkan kemampuan bahasa Inggris yang lebih bagus.
Selebihnya lagi, kehadiran imigran Kuba malah menaikkan pendapatan semua kelompok pekerja di Miami.
Efek pendidikan terhadap gaji
Penelitian empiris lain yang juga berguna adalah efek pendidikan terhadap gaji seseorang di kemudian hari. Angrist dan Krueger menemukan efek positif pendidikan dengan durasi pengajaran lebih lama atau pendidikan dengan jenjang lebih tinggi terhadap tingkat gaji seseorang di kemudian hari.
Angrist dan Krueger menemukan ada kalanya efek positif itu tidak terlihat jika hanya meneliti satu negara bagian. Untuk itu, dilakukan perbandingan antara upah pekerja berpendidikan tinggi asal Alabama dan Iowa yang bekerja di California dan pekerja berpendidikan asal California itu sendiri.
Hasilnya menunjukkan adanya efek pendidikan tinggi terhadap tingginya upah. Memang terdapat juga perbedaan upah antara pekerja berpendidikan asal Alabama dan Iowa yang ada di California dan pekerja serupa asal California itu sendiri. Namun, hal itu berkorelasi dengan sumber daya sekolah di dua negara bagian itu, Alabama dan Iowa, yang tidak lebih baik dengan kualitas sekolah di California.
Hal ini juga menunjukkan, semakin baik sumber daya sekolah seperti jumlah guru, semakin baik tingkat pendidikan seseorang dan semakin baik masa depannya. Disebut baik, jika dilihat dari tingkat gaji mereka di kemudian hari.
Metodologi riset yang menentukan
Semua temuan empiris oleh Card, Angrist, dan almarhum Krueger adalah hasil dari penelitian atas kebijakan di masa lalu. Namun, temuan-temuan empiris itu dilakukan bukan lewat metode seperti uji klinis kedokteran dimana ada dua kelompok yang masuk dalam kelompok control dan kelompok treatment.
Untuk memudahkan, ambil contoh uji vaksin virus Covid-19. Untuk uji klinis vaksin itu, ada kelompok yang benar-benar disuntikkan vaksin dan satu kelompok lagi mendapatkan suntikan nonvaksin (plasebo). Dalam kasus ini, benar-benar ada orang yang nyata terlibat dalam uji klinis.
Untuk temuan-temuan tiga ekonom penerima hadiah Nobel Ekonomi 2021 itu, masalahnya tidak diketahui sampelnya. Contohnya, tidak diketahui persis siapa orang yang dulu mendapatkan pendidikan tinggi dan kini bergaji tinggi. Namun, sampelnya tetap bisa ditentukan lewat sebuah metodologi riset yang disebut quasi-experiment atau semacam eksperimen buatan.
Dalam eksperimen itu dikenal juga apa yang disebut sebagai kerangka LATE, singkatan dari local average treatment effect. Dalam penyusunan metodologi ini, ada peran besar Imbens, yakni penyusunan eksperimen buatan yang bisa menghasilkan sampel-sampel yang hendak diuji.
Metode ini—eksperimen kuasi—memang tidak murni milik ilmu ekonomi tetapi telah dipakai lebih intensif dalam tiga dekade terakhir dalam ilmu ekonomi. Hasilnya adalah pemanfaatan eksperimen kuasi yang ternyata juga sangat berguna bagi bidang sains sosial lainnya.
Trio yang akrab
Tiga ekonom penerima Nobel tersebut saling bersahabat. ”Angrist sesungguhnya adalah orang terbaik saat pernikahan saya dan dia sahabat baik, baik secara personal maupun professional,” kata Imbens. Imbens, kelahiran 1963 di Eindhoven, Belanda, dan meraih gelar PhD pada 1991 dari Brown University, Providence, AS, juga menyebutkan bahwa ketiganya adalah sahabat.
Imbens, profesor ekonometrika terapan itu, mengatakan, sangat senang menerima penghargaan itu bersama dua ekonom lainnya.
Card juga bahagia dengan pengumuman itu. ”Para ekonom model lama sangat teoretis, tetapi akhir-akhir ini sebagian besar ekonom sangat spesifik seperti mendalami khusus efek pendidikan atau kesehatan, atau melihat efek imigrasi,” kata Card lewat pernyataan yang disampaikan universitas tempatnya bekerja.
”Ini sungguh hal-hal yang sederhana. Kontribusi besar saya adalah menyederhanakan bidang-bidang (ekonomi),” kata Card, kelahiran 1956 di Guelph, Kanada, dan meraih gelar PhD pada 1983 dari Princeton University, AS.
Angrist merendah dan berkata, ”Saya beruntung karena dapat bekerja sama dan belajar dari mereka (Card dan Imbens).”
Angrist paling banyak bekerja sama secara erat dengan Imbens. Angrist, kelahiran 1960, di Columbus, Ohio, AS itu, meraih PhD pada 1989 dari Princeton University, AS.