Merugi dalam perdagangan saham adalah hal biasa. Hanya saja, kerugian ini perlu dibatasi agar tidak terjadi kerugian besar yang akan menggerus pokok investasi. Ada beberapa cara untuk mengurangi risiko kerugian.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Tujuan seorang investor ketika berinvestasi tentu untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga aset. Sayangnya keinginan untuk mendapatkan keuntungan ini kadang lupa dibarengi dengan mengukur risikonya.
Setiap investasi pasti mengandung risiko, baik yang terbilang kecil seperti obligasi pemerintah maupun yang besar sekali seperti investasi derivatif yang menggunakan margin.
Merugi dalam perdagangan saham adalah hal biasa. Hanya saja, kerugian ini perlu dibatasi agar tidak terjadi kerugian besar yang akan menggerus pokok investasi.
Sayangnya keinginan untuk mendapatkan keuntungan ini kadang lupa dibarengi dengan mengukur risikonya.
Berinvestasi pada saham memiliki beberapa risiko yang menyebabkan harga saham menurun. Risiko itu, antara lain, risiko likuiditas dan risiko industri. Risiko likuiditas adalah ketika saham yang dibeli tidak ramai diperdagangkan.
Saham tersebut bisa dibeli, tetapi sulit untuk dijual karena tidak ada yang berminat membeli. Sementara risiko industri berupa penurunan permintaan pada industri tertentu sehingga turut berdampak pada pergerakan harga saham terkait.
Mengurangi risiko dapat dilakukan dengan memperhatikan situasi secara umum, seperti kondisi perekonomian. Ketika pandemi, saham-saham yang terkait dengan penerbangan atau perhotelan cenderung menurun karena tidak menghasilkan pemasukan akibat pembatasan pergerakan orang.
Setelah analisis situasi perekonomian, dapat dilanjutkan dengan analisis sektoral. Ketika harga komoditas menurun, bisa jadi akan berpengaruh terhadap emiten penghasil atau pengelola komoditas tersebut.
Risiko juga dapat diminimalkan dengan membuat rencana perdagangan secara rinci. Dalam rencana tersebut, sebaiknya memuat persentase risiko yang dapat kita tanggung.
Contohnya, untuk pembelian satu emiten, seorang investor hanya mampu menanggung kerugian harga saham yang dibelinya maksimal 3 persen. Sementara investor lain mampu menanggung kerugian hingga 5 persen.
Jadi ketika saham turun sampai 3 persen, investor tersebut sudah harus melakukan penjualan demi menghindari kerugian lebih dalam lagi.
Sebaliknya, tentukan juga berapa keuntungan yang diharapkan. Ada investor yang sudah senang dengan keuntungan 5 persen. Ada pula yang mematok keuntungan 7 persen dan seterusnya.
Ketika harga saham sudah mencapai ambang batas keuntungan, segera realisasikan keuntungan tersebut. Jangan sampai keuntungan belum sempat terealisasi, harga saham keburu berbalik turun.
Dalam rencana perdagangan, cantumkan pula berapa banyak saham yang akan dibeli. Banyak sedikitnya saham yang dapat dibeli bergantung juga pada jumlah kerugian yang mampu ditanggung.
Investor yang mampu menanggung kerugian lebih besar berkesempatan untuk membeli saham lebih banyak. Contohnya, seorang investor dengan modal Rp 5 juta sanggup menanggung kerugian sebesar 10 persen atau Rp 500.000.
Dia kemudian ingin membeli saham ABCD yang harganya Rp 220 per lembar saham. Dari analisis teknikal yang memperhatikan batas support dan resisten saham, diperoleh batas maksimal kerugian pada harga Rp 201.
Dengan demikian, jika harga melorot menyentuh harga Rp 201, investor tersebut harus segera menjual sahamnya sesuai batasan risiko yang mampu ia tanggung.
Dengan nilai risiko sebesar Rp 220-Rp 201 = Rp 19, diperoleh jumlah maksimal saham yang dapat dibeli, yakni Rp 500.000 : Rp 19 = 26.315 lembar saham atau 263 lot (dilakukan pembulatan ke bawah untuk mendekati nilai modal karena 1 lot berisi 100 lembar saham). Jumlah 26.315 diperoleh dari nilai kerugian yang dapat ditanggung (Rp 500.000) dibagi risiko (Rp 19).
Oleh karena modal investor Rp 5 juta, jumlah saham yang dapat ia beli 22.000 lembar saham dengan total nilai pembelian Rp 4.840.000 (5.000.000 : 220 = 22.727). Toleransi kerugian Rp 500.000.
Jika target harga saham mencapai Rp 253, potensi keuntungan Rp 253-220 = Rp 33 kemudian dikalikan 22.000 lembar saham atau senilai Rp 726.000.
Rencana perdagangan yang telah disusun ini harus dilaksanakan dengan disiplin. Jika memang sudah saatnya jual rugi (cut loss) sesuai batas kemampuan menanggung risiko, harus segera dilaksanakan.
Jika tidak, harga saham bisa saja terus menurun yang membuat kerugian menjadi semakin besar. Nilai jual rugi sebaiknya diikhlaskan saja agar segera move on mencari saham lain yang berpotensi memberikan keuntungan.
Dengan membatasi risiko, potensi mengalami kerugian besar dapat dihindari.