Fasilitas ”paylater” memang memberikan kemudahan dalam bertransaksi. Hanya saja, kemudahan sering kali menyisakan masalah jika tidak digunakan secara bijak. Sebelum memutuskan mengambil ”paylater” ada baiknya berhitung.
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
Saat ini, hampir semua lokapasar dan layanan pembayaran digital menyediakan fitur pembayaran cicilan yang dikenal dengan paylater. Intinya, konsumen dapat memiliki barang yang diinginkan dengan membayar belakangan atau mencicil.
Paylater memang memberikan kemudahan dalam bertransaksi. Hanya saja, kemudahan sering kali menyisakan masalah jika tidak digunakan secara bijak.
Bisa jadi, bagi sebagian orang, kemudahan pembayaran cicilan ini malah akan mendorongnya untuk berbelanja secara impulsif. Batas antara keinginan dan kebutuhan menjadi semakin tipis.
Bisa jadi, bagi sebagian orang, kemudahan pembayaran cicilan ini malah akan mendorongnya untuk berbelanja secara impulsif.
Sebenarnya ada cara untuk menguji apakah rencana belanja kita memang kebutuhan atau hanya keinginan. Salah satunya dengan menyimpan barang yang akan dibeli di keranjang selama beberapa hari.
Jika dalam kurun waktu tersebut kita melupakannya dan merasa baik-baik saja tanpa membeli barang itu, mungkin itu tandanya kita sekadar ingin dan tidak benar-benar memerlukan barang tersebut.
Fasilitas paylater sangat berguna ketika kita membutuhkan barang, tetapi apa daya dompet masih ”tipis”. Misalnya, untuk membeli ponsel baru karena yang dipakai mendadak rusak. Padahal, ponsel tersebut sangat diperlukan untuk bekerja. Sayangnya, hari gajian masih lama. Kebutuhan mendesak ini dapat dipenuhi dengan menggunakan fasilitas cicilan.
Namun, sebelum memutuskan untuk mencicil, perlu untuk mempertimbangkan kembali strategi untuk keluar dari cicilan tersebut. Kapan akan melunasi dan bagaimana caranya? Bahasa kerennya exit policy.
Pertimbangkan juga bunga yang harus dibayar. Semakin panjang tenor, semakin besar bunga yang harus dibayarkan. Jika memang bulan depan ada bonus, ada baiknya bonus tersebut dialokasikan dulu untuk menutup utang ini.
Hitung juga cicilan yang lain. Kadang kala karena nilai cicilan dianggap kecil lalu diabaikan. Misalnya, mencicil sepatu Rp 200.000 sebulan, mencicil mesin cuci Rp 500.000 per bulan, dan lain-lain. Jika dijumlahkan, totalnya cukup besar.
Secara umum, jika ingin keuangan sehat, total seluruh cicilan yang kita bayarkan setiap bulan maksimal 30 persen dari penghasilan bulanan. Misal, jika penghasilan bulanan Rp 10 juta, maksimal cicilan bulanan yang dapat ditanggung sebesar Rp 3,3 juta.
Bagaimana jika cicilan bulanan lebih dari 30 persen? Konsekuensi terlalu banyak cicilan akan membuat pikiran tidak tenang. Selain itu, ada kebutuhan-kebutuhan lain yang kemungkinan harus dipangkas atau dikorbankan demi membayar cicilan tersebut.
Porsi cicilan yang lebih dari 30 persen harus segera diselesaikan karena jika terlalu banyak cicilan akan menggerus pos lain, seperti mengurangi konsumsi atau bahkan mengurangi jatah investasi.
Jika memang penggunaan paylater tidak dapat dihindari, penting untuk memilih penyedia layanan paylater yang sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Jika suatu hari terjadi sengketa dengan penyedia layanan, konsumen dapat mengadukan masalahnya kepada otoritas terkait.