Dua harimau sumatera (”Panthera tigris sondaica”) bernama Hari dan Tino di Kebun Binatang Margasatwa Ragunan, Jakarta, diberitakan tertular Covid-19. Namun, hal ini tidak perlu dicemaskan berlebihan.
Oleh
SOEHARSONO
·4 menit baca
Dua harimau sumatera (Panthera tigris sondaica) bernama Hari dan Tino di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta, diberitakan tertular Covid-19, Rabu (14/7/2021). Namun, kondisinya sudah membaik, Minggu (1/8/2021).
Diduga, kedua harimau tersebut tertular dari penjaga hewan yang OTG (orang tanpa gejala). Kecurigaan terhadap tertularnya harimau di Taman Margasatwa Ragunan menandakan bahwa dokter hewan yang mengawasi kesehatan harimau mampu mendeteksi secara dini adanya harimau tertular Covid-19, secara klinis.
Deteksi dini kemudian diikuti dengan peneguhan laboratorium menggunakan teknik qRT-PCR di Pusat Studi Satwa Primata-LPPM IPB, Kamis (15/7/ 2021), dengan hasil keduanya positif terinfeksi virus SARS-CoV-2. Penularan Covid-19 ke beberapa jenis hewan liar dan hewan kesayangan telah membuat banyak orang bertanya, seberapa besarkah bahaya penularan kembali Covid-19 dari hewan liar atau hewan kesayangan ke manusia?
Jenis hewan tertular
PubMed pada Desember 2020 memublikasikan survei serologis kucing di Wuhan, China, setelah timbul pandemi. Melalui uji ELISA, dari 102 sampel serum kucing, 15 ekor (14,7 persen) mempunyai antibodi terhadap Covid-19. Dari 15 sampel tersebut, 11 mempunyai antibodi netralisasi dengan titer 1/20-1/1080.
Diduga, kedua harimau tersebut tertular dari penjaga hewan yang OTG (orang tanpa gejala).
Kajian retrospektif ini membuktikan kucing pernah tertular Covid-19 meski tak terlihat gejala klinis jelas dan tak ada yang mati. Kini, uji serologis digantikan RT-PCR yang mampu mendeteksi virus SARS-CoV-2 dengan ketepatan tinggi (gold standard) dan real time.
Di Kebun Binatang Bronx, New York (5/4/2020), seekor harimau Malaysia umur empat tahun merupakan hewan liar pertama yang tertular Covid-19. Diduga, perawat harimau bertindak sebagai penular. Harimau hanya menunjukkan gejala klinis ringan berupa flu, kemudian sembuh.
Di Inggris, seekor kucing, merupakan hewan kesayangan pertama yang tertular Covid-19 (Juli 2020) dari pemiliknya yang penderita Covid-19 ringan. Harimau dan kucing termasuk dalam satu Famili Felidae. Tidak mengherankan jika keduanya bisa tertular Covid-19.
Mink, hewan liar semiakuatik yang diternakkan untuk membuat mantel bulu, merupakan hewan paling peka terhadap Covid-19. Di Denmark, sejumlah peternakan besar mink tertular Covid-19. Ada beberapa mink yang mati (tanpa konfirmasi laboratorium).
Untuk mengatasi penyakit ini, sekitar 17 juta mink dieliminasi (November 2020) sehingga industri mantel bulu mink tutup sampai 2022. Bahkan, diberitakan telah terjadi penularan kembali Covid-19 dari mink ke beberapa orang.
Delapan gorila di Kebun Binatang San Diego, California, merupakan satwa primata besar pertama yang terinfeksi Covid-19 (Januari 2021). Penjaga kebun binatang yang telah sembuh dari Covid-19 ringan, diduga sebagai penular. Tidak ada berita kematian gorila.
Delapan singa Asia (Panthera leo persica), Famili Felidae, tertular Covid-19 di Hyderabad Zoo, India (wionews, 5/5/2021). Ini merupakan laporan pertama infeksi Covid-19 pada singa Asia. Akibat temuan ini semua, taman nasional dan kebun binatang di India ditutup. Petugas kandang dinilai sebagai penular Covid-19. Disebutkan bahwa penularnya varian lama Covid-19.
Meski demikian, dari sisi kesejahteraan hewan (animal welfare), kita tidak boleh membiarkan hewan kesayangan, hewan liar, ataupun ternak tertular Covid-19.
Tingkat bahaya
Sampai saat ini, publikasi jumlah penularan Covid-19 dari manusia ke hewan kesayangan ataupun hewan liar di kebun binatang relatif sangat sedikit, dibandingkan dengan jumlah penularan antarorang.
Jadi, tingkat bahaya penularan dari manusia ke hewan sangat rendah. Penularan balik dari hewan ke manusia juga sangat sedikit, penyakitnya bersifat ringan, tanpa kematian. Oleh karena itu, tidak perlu dicemaskan berlebihan.
Meski demikian, dari sisi kesejahteraan hewan (animal welfare), kita tidak boleh membiarkan hewan kesayangan, hewan liar, ataupun ternak tertular Covid-19.
Butir ketiga dari kesejahteraan hewan menyatakan, ”hewan harus bebas dari rasa nyeri (sakit), kecelakaan, dan penyakit” (freedom from pain, injury and disease). Indonesia telah mengadopsi kesejahteraan hewan sehingga wajib menaati.
Ketika seseorang dinyatakan tertular Covid-19 (meski OTG), Pemerintah Kanada memberikan petunjuk atau larangan dalam bergaul dengan hewan kesayangan: jangan biarkan hewan menjilat Anda, jangan mencium hewan kesayangan, jangan berbagi makanan dengan hewan kesayangan, jangan biarkan hewan kesayangan duduk di pangkuan atau tidur di tempat tidur Anda.
Di Indonesia, cukup banyak pencinta kucing yang membawa kucingnya ke tempat tidur.
Penyayang hewan piara juga perlu melakukan protokol kesehatan ketat jika yang bersangkutan tertular Covid-19 ringan dan melakukan isolasi mandiri di rumah. Sebaiknya hewan kesayangan mereka dirawat orang lain yang sehat atau dititipkan di tempat penitipan hewan.
Terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli tentang perlu atau tidak dilakukan vaksinasi hewan kesayangan (BBC.News, 1/4/2021). Willian Karesh dari Ecohealth Alliance menyatakan, dari sisi kesehatan masyarakat belum diperlukan vaksinasi hewan kesayangan.
Sebaliknya, Rusia pada 31 Maret 2021 telah mendaftarkan vaksin Covid-19 pertama untuk hewan kesayangan. Pembuatan vaksin untuk hewan secara buru-buru perlu dipertanyakan efektivitasnya.
Sebagai mantan praktisi hewan kecil, penulis menilai belum saatnya melakukan vaksinasi hewan kesayangan anjing dan kucing. Perhatian terhadap penanganan Covid-19 di masyarakat harus merupakan prioritas nomor satu.