Talenta-talenta teknologi digital di negeri ini juga sebaiknya dipersuasi untuk mendukung kemajuan negeri ini. Lagi pula, banyak persoalan dapat dipecahkan berkat teknologi digital ataupun teknologi rantai blok.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Aset kripto senilai 600 juta dollar AS, sekitar Rp 8,58 triliun, diretas dari dompet Poly Network, Selasa (10/8/2021). Hingga kini, inilah perampokan terbesar.
Hari Kamis (12/8/2021) sore, para peretas mengembalikan aset kripto senilai 342 juta dollar AS. Belum jelas kapan platform keuangan terdesentralisasi Poly Network menerima sisa dana yang diretas. Namun, orang bertanya-tanya, apakah sang peretas adalah peretas baik, white hat hacker, atau peretas ilegal, black hat hacker.
Pada jaringan rantai blok, sang peretas pun meninggalkan pesan, ”Hanya untuk bersenang-senang”.
Motif peretas bermacam-macam. Tak harus bermotif politik atau ekonomi. Adakalanya motifnya hanya untuk kebanggaan diri. Sebuah capaian tatkala dapat meretas situs milik pemerintah atau bahkan membobol dompet dari platform keuangan terdesentralisasi yang sudah ”dijaga” ketat.
Indonesia tidak lepas dari peretasan. Minggu (1/8/2021), laman resmi Sekretariat Kabinet (Setkab) juga diretas. Setelah ditelusuri Kompas, laman itu diretas 23 kali sejak 2013. Situs komunitas peretas global, zone-h.org, menemukan ada 33.748 kali peretasan pada domain lembaga negara di Indonesia dalam rentang waktu 1 Desember 2020-4 Agustus 2021.
Terlepas dari motifnya, apabila diburu, para peretas hampir selalu dapat ditangkap. Bareskrim Polri, misalnya, menangkap BS atau ZYY (18) dan MLA atau Lutfifake (17), warga Sumatera Barat, yang meretas laman Setkab. Pemerintah mempunyai sumber daya untuk mengejar pelaku kejahatan siber.
Terlepas dari motifnya, apabila diburu, para peretas hampir selalu dapat ditangkap.
Tentu saja, kita sepakat penguatan infrastruktur dan sumber daya pengamanan siber harus dilakukan. Apalagi, peretas tidak selalu hanya dari dalam negeri, tetapi sudah lintas negara. Biro Investigasi Federal AS (FBI) telah pula memberikan contoh kelihaiannya, pada Mei 2021, dengan merebut kembali dana tebusan berwujud bitcoin yang dibayarkan oleh Colonial Pipeline, perusahaan infrastruktur perpipaan minyak AS.
Meski pelacakan peretasan dapat dilakukan, yang tidak kalah pentingnya ialah pencegahan peretasan. Selain penguatan teknis, pemerintah juga dapat mencoba menyosialisasikan kepada pegiat teknologi digital lokal untuk tidak meretas laman pemerintah. Logikanya, laman dari pemerintah umumnya untuk melayani publik. Jangan sampai peretasan itu merugikan bangsa kita sendiri.
Talenta-talenta teknologi digital di negeri ini juga sebaiknya dipersuasi untuk mendukung kemajuan negeri ini. Lagi pula, banyak persoalan dapat dipecahkan berkat teknologi digital ataupun teknologi rantai blok.
Daripada meretas laman pemerintah, misalnya, bukankah lebih baik jika anak-anak muda kita dirangkul untuk ikut membangun sistem yang menjembatani perbedaan data Covid-19 antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat? Atau, membangun sistem pemasaran dan distribusi produk pertanian. Membangun jelas lebih bermanfaat daripada merusak.