Upaya Kesehatan Masyarakat
Beberapa penyakit pernah merebak dan berhasil dikendalikan meski di antaranya ada yang masih menjadi pekerjaan rumah hingga kini. Upaya pencegahan melalui vaksinasi maupun gaya hidup sehat penting dijalankan.
Di tengah ramainya pemberitaan kesibukan rumah sakit merawat penderita yang terinfeksi Covid-19, saya teringat pada beberapa penyakit yang sewaktu saya kecil sering dijumpai namun sekarang sudah hampir tak terdengar lagi. Sewaktu saya kecil di sekolah kami banyak siswa yang menderita sakit cacing tambang. Kami pada umumnya sering merasa cepat lelah.
Menurut guru, kami pucat dan ketika disuruh berobat ke poliklinik ternyata dinyatakan terinfeksi penyakit cacing tambang. Sejak masa anak-anak saya, sudah jarang terdengar penyakit tersebut.
Kita bersyukur upaya kesehatan masyarakat dapat mencegah anak-anak kita dari penularan penyakit cacing tambang tersebut. Juga ada beberapa penyakit lain yang dulu kami pelajari di sekolah seperti penyakit frambusia sekarang sudah tak ada lagi.
Pemerintah tak mungkin menurunkan biaya berobat pada waktu jumlah orang yang memerlukan perawatan dan pengobatan masih tinggi.
Semasa kecil yang juga kami takuti adalah penyakit cacar (variola). Jika musim cacar, hampir seluruh murid terinfeksi dan banyak yang sakit berat dan mengalami bekas di kulitnya termasuk di muka. Sekarang penyakit cacar juga sudah tak ada lagi.
Saya pikir upaya pemerintah dalam melakukan pencegahan penyakit-penyakit tersebut berhasil sehingga penyakit tersebut sudah tak ada lagi. Namun, banyak penyakit seperti tuberkulosis, demam berdarah, dan lain-lain masih merupakan penyakit yang sering timbul di masyarakat.
Apa yang menyebabkan penyakit tersebut sukar diberantas? Apakah karena penyakit yang sulit dicegah, perilaku masyarakat yang kurang mendukung, atau kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya mengutamakan upaya kesehatan masyarakat?
Sebagai mantan wartawan saya mengikuti pembahasan anggaran belanja dan tampaknya anggaran belanja di bidang kesehatan ternyata lebih besar untuk kuratif, bukan pencegahan.
Baca juga Anggaran Belanja Kesehatan Masih Rendah
Bilakah kebijakan ini akan dapat diubah? Bukankah akan lebih hemat jika kita mengalokasikan anggaran untuk pencegahan sehingga semakin sedikit masyarakat yang sakit? Dengan demikian biaya berobat dapat dihemat.
Saya tak dapat membayangkan beban pemerintah dewasa ini yang membiayai ongkos pengobatan masyarakat yang terinfeksi Covid-19. Kasus baru mencapai 20 ribu per hari.
Berapa biaya yang harus ditanggung pemerintah untuk biaya rumah sakit bahkan biaya untuk isolasi di penampungan? Apakah masih mungkin penyuluhan dan pengawasan prokes ditingkatkan?
Saya merasa senang melihat masyarakat kita sekarang sudah menyadari pentingnya imunisasi Covid-19 karena semula banyak anggota masyarakat yang ragu tentang manfaat vaksin Covid-19. Ternyata masyarakat akan lebih yakin setelah melihat keamanan vaksin dan manfaat vaksin tersebut secara nyata.
Mungkinkah semangat untuk menjalani imunisasi Covid-19 ini juga diteruskan untuk vaksin lain seperti vaksin yang termasuk dalam program imunisasi nasional serta vaksin untuk mencegah pneumonia (vaksin pneumokok), kanker serviks (vaksin Human Papillomavirus), dll? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
M di J
Ya, Anda benar kita sudah sering mendengar pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Dengan melakukan upaya pencegahan penyakit, risiko untuk menjadi sakit menurun. Kita tak hanya menghemat biaya kesehatan, namun juga kita dapat memelihara kesehatan masyarakat.
Baca juga Biaya Penyembuhan Covid-19 Mahal, Prioritaskan Pencegahan
Masyarakat yang sehat dan produktif merupakan dambaan kita semua. Untuk itu, kita harus memperkuat upaya penyuluhan agar masyarakat memahami cara mencegah penyakit serta melakukan berbagai upaya kesehatan untuk mencegah penyakit termasuk imunisasi.
Pemerintah kita mempunyai program imunisasi nasional. Semua bayi dan anak di Indonesia berhak mendapat imunisasi. Jika imunisasi dilakukan di puskesmas dan posyandu, biaya imunisasi ditanggung pemerintah. Orang tua yang tak sempat ke layanan pemerintah dapat memilih layanan swasta, namun biaya imunisasi harus ditanggung sendiri.
Pemerintah berupaya untuk meningkatkan cakupan imunisasi sehingga anak-anak Indonesia terhindar dari risiko penyakit menular. Jumlah vaksin yang akan digunakan juga terus ditambah.
Sekarang ini pemerintah sedang mengupayakan vaksin pneumokok (mencegah pneumonia akibat bakteri Streptoccoccus pneumoniae), vaksin Human Papillomavirus (HPV) untuk mencegah kanker serviks, vaksin Japanese B encephalitis untuk mencegah penyakit ensefalitis, serta vaksin Rotavirus untuk mencegah diare. Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama vaksin-vaksin tersebut dapat masuk dalam program imunisasi nasional sehingga dapat dinikmati oleh seluruh bayi dan anak di Indonesia.
Dalam berbagai kesempatan pemerintah menekankan pentingnya upaya kesehatan masyarakat di samping upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat dapat berdampak luas seperti hilangnya beberapa penyakit yang Anda sebutkan tadi.
Baca juga Rakyat Mandiri Berdaya Mencegah Penyebaran Covid-19
Setiap penyakit mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga upaya pencegahannya ada yang dapat menghasilkan hasil yang amat baik seperti penyakit cacing, polio, tetanus pada bayi dan ibu. Bamun juga ada upaya pencegahan yang cukup rumit karena menyangkut banyak faktor. Upaya pencegahan tuberkulosis di negeri kita telah dijalankan cukup lama, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan.
Kita tak dapat mengubah dana kesehatan dari kuratif menjadi pencegahan begitu saja. Perubahan tersebut disadari semua pihak. Namun, seperti yang kita saksikan sekarang, kebutuhan saudara kita yang sakit amat nyata. Pemerintah tak mungkin menurunkan biaya berobat pada waktu jumlah orang yang memerlukan perawatan dan pengobatan masih tinggi.
Selain pemerintah, masyarakat juga perlu menyadari pentingnya menerapkan gaya hidup sehat. Kebiasaan merokok, minum alkohol, kurang olahraga, makan berlebihan, dapat memicu timbulnya berbagai penyakit kronik. Menurut laporan BPJS, pembiayaan kesehatan kita didominasi oleh penyakit-penyakit kronik yang membutuhkan perawatan lama dan mahal. Penyakit-penyakit tersebut dapat dikurangi jika masyarakat menerapkan gaya hidup yang sehat.
Selain itu, lingkungan hidup yang bersih dan sehat juga diperlukan untuk menjaga kesehatan. Kita saksikan di kota masih banyak pemukiman kumuh. Di desa masih banyak rumah tangga yang belum memperoleh air bersih dan punya jamban keluarga. Kita semua harus bertekad untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan tersebut.
Baca juga Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Kesehatan Jangan Sekadar Jargon
Kalangan profesi kesehatan sebenarnya optimistis dengan kebijakan Kementerian Kesehatan sekarang ini yang tampaknya amat memerhatikan imunisasi. Bukan hanya imunisasi Covid-19 yang diusahakan dapat dinikmati masyarakat luas, namun juga pemerintah bertekad meningkatkan cakupan program imunisasi nasional. Bahkan jumlah vaksin baru akan ditambah dalam waktu dekat.
Kita tentu merasa senang dan mendukung kebijakan ini. Namun, kita juga harus menyiapkan masyarakat agar dapat memanfaatkan kebijakan pemerintah yang amat pro pencegahan ini.
Selain itu, berbagai persiapan baik menyangkut sumber daya manusia, penyuluhan, fasilitas kesehatan tambahan, serta dukungan pemerintah daerah juga harus disiapkan. Pelaksanaan imunisasi memerlukan dukungan kuat pemerintah daerah agar pelaksanaan imunisasi di daerah berjalan dengan baik.
Semoga pandemi Covid-19 cepat berlalu, kita dapat menata kembali pembangunan kesehatan kita dan seperti harapan Anda semoga upaya kesehatan masyarakat akan mendapat perhatian yang lebih besar.Terima kasih Anda telah mengangkat masalah kesehatan masyarakat ini karena pentingnya upaya kesehatan masyarakat harus selalu kita dengungkan.