Mengendalikan pandemi perlu kebijakan konsisten dan ketegasan pemerintah. Kita perlu belajar dari keberhasilan negara lain dan menerapkan strateginya jika ingin kondisi kesehatan masyarakat dan ekonomi segera pulih.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Negara-negara di dunia berjuang melawan virus korona jenis baru. Sejumlah negara berhasil. Banyak negara masih berjuang mengatasi gelombang wabah Covid-19.
Berdasarkan analisis di The Lancet, 28 April 2021, negara Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang menjalankan strategi eliminasi Covid-19 mengalami lebih sedikit kematian, kinerja ekonomi lebih baik, dan lebih sedikit pembatasan.
Strategi eliminasi ialah upaya maksimal mengurangi penyebaran virus sesegera mungkin, dilakukan Selandia Baru, Australia, Eslandia, Korea Selatan, dan Jepang. Sebagian besar negara lain memilih strategi mitigasi, yaitu tindakan lebih longgar untuk mengurangi kasus agar tidak membebani sistem layanan kesehatan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Selandia Baru berhasil karena mengambil langkah sangat dini lewat tes diiringi pelacakan kontak serta isolasi secara ekstensif dan cepat. Hal serupa dilakukan Australia. Warga kedua negara patuh menjaga jarak sosial dan protokol kesehatan lain.
Korsel, meski tak melakukan pembatasan ketat, mengembangkan kapasitas produksi alat uji sehingga mampu melaksanakan pengujian massal, yakni 10,4 orang per 1.000 populasi. Selain itu, melacak dan memantau kasus secara ketat.
Negara lain di Asia yang dinilai mampu mengendalikan pandemi antara lain Taiwan, Vietnam, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand. Namun, Singapura dan Thailand sempat mengalami lonjakan tajam kasus pada pekerja migran.
India pernah enam bulan menekan jumlah kasus. Setelah vaksinasi, yang baru 3,8 persen jumlah penduduk, pemerintah keburu kendur dan mengira berhasil mengendalikan pandemi. Akibat ketidakdisiplinan menerapkan protokol kesehatan saat pemilu, pertandingan kriket, dan festival keagamaan Kumbh Mela di Sungai Gangga, kasus merangkak naik sejak Maret, meledak di bulan April. Kini belum sepenuhnya teratasi.
Indonesia yang mencatat jumlah kasus tertinggi di Asia Tenggara diikuti Filipina dan Malaysia mengalami situasi serupa pada Januari-Februari lalu akibat pilkada di beberapa daerah tahun lalu ditambah libur Natal dan Tahun Baru. Kasus sempat menurun mulai Maret, tetapi merangkak naik pada 17 Mei. Pada 23 Mei tercatat tambahan 5.280 kasus. Angka riil diperkirakan puluhan kali lebih tinggi mengingat tidak semua daerah melakukan tes dan pelacakan secara ekstensif serta rendahnya tes usap reaksi rantai polimerase (PCR).
Dikhawatirkan ada bom waktu sebagai akibat banyak penduduk yang pulang kampung, silaturahmi pada hari raya, dan berkerumun di tempat wisata dengan mengabaikan protokol kesehatan.
Kita perlu belajar dari pengalaman. Tak ada kata terlambat menerapkan strategi terbaik. Meningkatkan tes dan pelacakan kasus, karantina, serta kesiapan sistem pelayanan kesehatan. Meningkatkan kesadaran masyarakat melaksanakan protokol kesehatan. Menerapkan pembatasan ketat pergerakan manusia jika diperlukan. Pemulihan ekonomi akan sulit jika Covid-19 belum bisa dikendalikan.