Pemerintah India akan melonggarkan kebijakan karantina wilayah untuk New Delhi apabila kasus harian Covid-19 menurun terus selama pekan ini. Sementara Pemerintah Thailand mengetatkan pintu-pintu perbatasan.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
NEW DELHI, MINGGU — Ibu kota India, New Delhi, akan melonggarkan kebijakan karantina wilayah mulai pekan depan. Kebijakan ini akan diterapkan jika penurunan kasus Covid-19 harian berlanjut selama sepekan ini.
Penurunan jumlah kasus harian sudah mulai tampak pada Minggu kemarin. Selama 24 jam terakhir, jumlah kasus baru Covid-19 di India mencapai 240.842 kasus dengan 3.741 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Ini adalah jumlah kasus harian terendah dalam sebulan terakhir.
”Kalau kasus baru turun terus selama seminggu ini, kebijakan karantina wilayah akan dilonggarkan mulai 31 Mei,” kata Kepala Menteri India Arvind Kejriwal, Minggu (23/5/2021).
Selama beberapa pekan terakhir, India kewalahan menangani gelombang kedua Covid-19. Sistem layanan kesehatan lumpuh dan stok oksigen di sejumlah daerah kurang.
New Delhi, kota yang paling parah terdampak Covid-19, mulai memberlakukan kebijakan karantina wilayah per 20 April. Sejak saat itu, kasus baru menurun dan jumlah tes Covid-19 yang positif turun 2,5 persen. Dalam 24 jam terakhir, kasus baru Covid-19 di New Delhi sekitar 1.600 orang.
Sementara di banyak negara bagian lainnya di India masih akan tetap memberlakukan karantina wilayah. Sebagaimana pernah dinyatakan Dewan Penelitian Kesehatan India, distrik-distrik dengan tingkat penularan Covid-19 masih tinggi harus tetap dikarantina selama 6-8 pekan agar rantai penularan benar-benar terputus.
Para pengamat masih khawatir dan memperingatkan India masih bisa diterjang gelombang ketiga Covid-19 dalam beberapa bulan mendatang. Apalagi banyak negara bagian yang belum memvaksin penduduk berusia di bawah 45 tahun gara-gara stok vaksin kurang. Sampai sekarang, India yang selama ini menjadi negara produsen vaksin terbesar di dunia justru baru memvaksin 41,6 juta orang warganya atau 3,8 persen dari total jumlah penduduknya yang mencapai 1,35 miliar jiwa.
Di tengah situasi yang serba kewalahan, Kerala termasuk negara bagian di India yang mampu mengendalikan pandemi. Harian The New York Times, 23 Mei 2021, menyebutkan, kunci keberhasilan Kerala terletak pada pelacakan semua pasien, ketersediaan obat-obatan dan oksigen, jaringan pekerja kesehatan, dan pengaktifan ”ruang perang” Covid-19. Ini dapat terjadi berkat pemerintahan daerah dan masyarakat sipil yang sama-sama proaktif.
Pusat-pusat koordinasi, misalnya, segera dibentuk guna menghubungkan antara pasien dan sumber oksigen berikut obat-obatan secara langsung. Dokter juga bisa langsung berbicara dengan warga yang sedang sakit di rumah.
Pasien Covid-19 menerima oksigen di luar Gurdwara, rumah ibadah Sikh, di New Delhi, India, Sabtu, 1 Mei 2021. Kelompok-kelompok sukarelawan dan lembaga amal juga bergerak cepat membantu mencarikan oksigen dan dipan di rumah sakit. ”Kerala berhasil karena pro aktif. Pendekatan Kerala sangat manusiawi,” kata ahli epidemiologi di Yayasan Kesehatan Masyarakat India, Giridhar Babu.
Menurut data Pemerintah India dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kerala memiliki 250 dipan rumah sakit untuk setiap 100.000 orang atau kira-kira lima kali lipat dibandingkan dengan rata-rata di India. Kerala juga memiliki jumlah dokter lebih banyak ketimbang negara-negara bagian lainnya.
Mengetat
Sementara itu, Thailand akan memperketat pengawasan di semua perbatasan setelah menemukan tiga kasus lokal Covid-19 varian Afrika Selatan (Afsel). Varian yang dikenal dengan B.1.351 ini diduga berasal dari orang-orang yang menyeberang secara ilegal.
Kasus lokal Covid-19 varian Afsel pertama kali ditemukan di Thailand pada 4 Mei lalu pada warga setempat laki-laki berusia 32 tahun. Ia tertular virus setelah ada anggota keluarganya yang datang berkunjung. Mereka masuk ke Thailand dari Malaysia melalui penyeberangan perbatasan informal.
Warga berjalan di salah satu pasar di Kota Bangkok, Thailand, Senin (17/5/2021). Hari itu, Thailand mencatatkan kasus harian terbanyak sejak pandemi melanda negeri itu.
Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Penyakit Thailand Opas Karnkawinpong menjelaskan, pihaknya sudah membatasi pergerakan orang di distrik yang terdampak kasus lokal itu. Sampai sejauh ini, hanya ada tiga kasus virus varian Afsel yang ditemukan dari 81 total kasus yang terdeteksi di Thailand sejak awal Mei.
Pemerintah Thailand juga akan mengawasi mobilitas pekerja bangunan. Ini menyusul munculnya kluster baru di 11 tempat penampungan pekerja bangunan di Bangkok. Tercatat 30 kluster aktif Covid-19 di Bangkok saat ini.
Tim gugus tugas Covid-19 dari pemerintah meminta perusahaan-perusahaan bangunan untuk memberikan bantuan makanan dan uang saku kepada para pekerjanya selama masa karantina. Sedikitnya terdapat 409 lokasi penampungan pekerja di Bangkok yang dihuni 62.169 pekerja. Hampir separuhnya pekerja migran.
Pemerintah Thailand mencatat terdapat 3.382 kasus Covid-19 baru dan 17 orang di antaranya tewas, Minggu. Total kasusnya mencapai 129.500 orang dan 776 orang di antaranya tewas. (REUTERS/LUK)