GoTo harus bisa meyakinkan bahwa rencana bisnis mereka bukan abal-abal atau mengawang-awang. Mereka harus bisa menjawab pertanyaan detail tentang cara menjalankan bisnis ke depan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Akhirnya merger dua perusahaan teknologi Indonesia, Gojek dengan Tokopedia, resmi diumumkan. Sekitar empat bulan publik menunggu kepastian merger tersebut.
Untuk pertama kali, perusahaan teknologi dari Indonesia masuk dalam jajaran perusahaan dengan valuasi besar berskala global. Sebelumnya, beberapa kalangan yakin bahwa merger itu bakal terjadi, hampir tanpa halangan, dibandingkan isu sebelumnya, yaitu merger Gojek dengan Grab yang batal. Merger menghasilkan induk bernama GoTo.
Merger Gojek dengan Tokopedia berlangsung mulus karena sejumlah kemungkinan pelanggaran persaingan usaha kecil terjadi, perbedaan persepsi karyawan tak lebar, dan sikap para pendiri lebih mudah dipertemukan. Tak mengherankan proses merger berlangsung cepat dan tak memunculkan friksi lebar.
Hasil merger ini membuat valuasi GoTo sekitar 18 miliar dollar AS, yang menempatkan perusahaan ini dalam 20 besar perusahaan teknologi global. Dengan menggunakan data CBInsight, GoTo berada di urutan ke-11 perusahaan teknologi dunia berdasarkan valuasi. Angka ini akan makin besar ketika mereka bisa melakukan valuasi baru sebelum penawaran saham perdana. Valuasi baru itu diperkirakan 35-40 miliar dollar AS.
Oleh karena itu, tantangan pertama adalah kemampuan membuat valuasi baru agar nilainya membesar. Valuasi baru ini lebih ditentukan pada kemampuannya membuat rencana bisnis yang masuk akal, meyakinkan, dan cara meraih target sebelum bertemu dengan investor global. Rencana bisnis yang masuk akal makin ditekankan investor setelah kegagalan penawaran saham perdana perusahaan properti WeWork sekitar dua tahun lalu dan juga kegagalan Uber mencapai valuasi yang diinginkan di bursa.
GoTo harus bisa meyakinkan bahwa rencana bisnis mereka bukan abal-abal atau mengawang-awang. Mereka harus bisa menjawab pertanyaan detail tentang cara menjalankan bisnis ke depan. Mereka juga pasti akan ditanya tentang cara menghadapi kompetitor di bisnis transportasi dan perdagangan. Investor pasti ingin diyakinkan bahwa GoTo bisa mengatasi kompetitor dan sukses menjalankan bisnis.
Tantangan GoTo tidaklah ringan. Jika sukses meyakinkan investor sebelum penawaran saham perdana, kemudian mereka harus menawarkan saham kepada publik. Respons ini juga akan menentukan valuasi mereka di pasar. Saat menawarkan saham di bursa, GoTo tentu berharap harga sahamnya naik. Akan tetapi, masalah bisa saja muncul, seperti ketika Uber masuk ke bursa, tetapi harganya jauh dari harapan.
Berbagai hal akan dipertanyakan publik. Tidak hanya soal rencana bisnis, tetapi juga potensi konflik internal mereka, cara menghadapi masalah dengan pihak ketiga, dan tentu masalah pribadi para eksekutifnya. Persoalan pribadi dan perilaku eksekutif belakangan sering diungkap oleh investor dan publik karena dianggap menjadi faktor yang menentukan masa depan bisnis juga. Kita yakin GoTo akan mampu melaju dan hadir di panggung dunia.