Jika Melantai di Bursa, Gojek-Tokopedia Akan Tarik Minat Investor
Setelah melakukan merger, langkah Gojek-Tokopedia untuk melantai di Bursa Efek Indonesia dinilai akan berdampak positif, baik untuk perusahaan maupun pasar modal di Tanah Air.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Strategi merger yang ditempuh Gojek dan Tokopedia dinilai dapat melancarkan jalan kedua entitas untuk melantai di bursa saham Tanah Air. Kolaborasi keduanya dengan membentuk Grup GoTo dan melantai di bursa dinilai akan semakin menarik minat investor karena kini belum banyak emiten besar berbasis teknologi melantai di bursa dalam negeri.
Analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta Utama, menilai, kehadiran GoTo ke bursa saham akan menjadi tonggak baru ekonomi digital di Indonesia. Sejak marak perusahaan rintisan teknologi pada paruh awal 2010, belum ada perusahaan teknologi swasta berskala besar di Indonesia yang beralih menjadi perusahaan terbuka.
Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan bursa saham di Amerika Serikat (AS). Perusahaan teknologi, seperti Facebook, Snapchat, dan Amazon, menjadi perusahaan publik.
Menurut Nafan, petinggi GoTo yang telah mengonfirmasi bahwa mereka akan menjadikan Indonesia sebagai pasar utama sembari mempertimbangkan melantai di bursa saham negara lain atau dual listing, akan menarik minat investor asing untuk masuk ke pasar modal dalam negeri.
”Dual listing akan menjadi keputusan yang tepat bagi manajemen dalam hal mencari penggalangan dana dalam rangka ekspansi bisnis grup perusahaan ini,” ujarnya saat dihubungi pada Selasa (18/5/2021).
Masuknya Gojek dan Tokopedia ke bursa saham di Indonesia akan meningkatkan antusiasme investor karena belum banyak emiten besar berbasis teknologi yang hadir di bursa saham dalam negeri. Saat ini kapitalisasi pasar modal Indonesia didominasi oleh emiten sektor perbankan.
Menurut dia, investor akan mengharapkan peningkatan kinerja GoTo dalam jangka pendek ketika nanti terdaftar di bursa. Sementara untuk jangka panjang, GoTo diharapkan bisa ekspansi ke luar negeri, melanjutkan kesuksesan ekspansi Gojek di pasar Asia Tenggara.
Nafan menekankan, kehadiran unicorn, seperti Gojek dan Tokopedia, diharapkan mendorong ekonomi digital di Indonesia bisa lebih berkembang. ”Jika listing di Indonesia, yang jelas capital inflow dari investor asing berpotensi terjadi,” ujarnya.
Sementara itu, Equity Fund Manager Avrist Asset Management Billy Nugraha mengatakan, rencana GoTo untuk IPO di pasar saham Indonesia berpotensi menarik minat investor asing untuk masuk lagi ke pasar modal dalam negeri. Pasalnya, pasar domestik selama ini kekurangan perusahaan berbasis teknologi.
”Sebagai contoh, saat ini indeks LQ45 masih didominasi sektor perbankan dengan bobot di atas 30 persen. Sektor perbankan sangat sensitif terhadap dinamika pasar finansial global sehingga turut membuat pasar modal sensitif terhadap dinamika tersebut,” katanya.
Menurut dia, jika GoTo melantai di pasar modal dengan valuasi jumbo, hal itu bisa mengubah bobot sektor teknologi terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selain itu, kehadiran GoTo juga berpotensi mendorong perusahaan-perusahaan digital lainnya untuk turut melantai di bursa saham nasional.
Perhatian publik yang akan semakin bertambah seiring dengan perubahan status GoTo menjadi perusahaan terbuka, lanjut Billy, akan memancing grup ini meningkatkan profesionalisme dan kualitas tata kelola perusahaan untuk meningkatkan profil mereka sebagai perusahaan teknologi yang unggul.
”Ketertarikan investor tidak akan terpaku pada laba yang telah dibukukan oleh perusahaan ini, melainkan juga seperti apa prospek strategi dari perusahaan untuk menggapai profitabilitas di masa mendatang,” kata Billy.
Saat dikonfirmasi secara terpisah, Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan belum menerima dokumen permohonan pencatatan, baik dari Gojek maupun Tokopedia. Meski begitu, otoritas bursa akan terbuka untuk menerima dan memproses seluruh permohonan perusahaan yang berencana melakukan penawaran saham perdana (IPO).
”IPO merupakan sebuah keputusan perusahaan yang bersifat strategis, dengan demikian sebuah perusahaan tentu harus mempertimbangkan dengan masak dan mempersiapkan segala sesuatu dengan cermat,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan otoritas bursa dalam mendukung perusahaan di sektor teknologi melantai di bursa saham domestik, BEI telah melakukan pengembangan terhadap klasifikasi perusahaan melalui peluncuran IDX-Industrial Classification (IDX-IC) dan sudah berlaku mulai 25 Januari 2021.
Klasifikasi baru tersebut diharapkan dapat lebih menggambarkan sektoral dan industri dari para perusahaan tercatat. Selain itu, BEI juga sedang dalam tahapan penyelesaian pengembangan Peraturan Bursa no. I-A dan berdiskusi bersama OJK dalam rangka pengembangan regulasi terkait multiple voting shares (MVS).