Para patriot Hiu Kencana KRI Nanggala-402 sudah menunjukkan darma baktinya. Kecintaan, semangat, keberanian, pengorbanan, dan pesan mereka untuk menjaga Ibu Pertiwi harus selalu dikenang.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
”Prajurit Sapta Marga sejati, Hiu Kencana abadi. Demi kejayaan Nusa, rela mengorbankan jiwa. Bersemboyankan hiu kencana, tabah sampai akhir”.
Itulah cuplikan lagu mars berjudul ”Wiratama Hiu Kencana”, yang menjadi kebanggaan korps kapal selam TNI Angkatan Laut. Lagu itu menjadi penyemangat saat menjalankan tugas menjaga samudra Nusantara dalam dingin dan sepi. Semangat itu tak pernah padam bahkan terus membara.
Tragedi tenggelamanya KRI Nanggala-402 saat latihan peluncuran rudal di perairan Bali, Rabu (21/4/2021), membuka banyak mata bahwa korps baret hitam ini senantiasa menjalankan tugas penuh dedikasi sepenuh jiwa raga.
Prajurit-prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur saat melaksanakan tugas di perairan utara Bali.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Minggu (25/4/2021), secara resmi menyatakan bahwa KRI Nanggala-402 telah tenggelam. Dengan suara tertahan beberapa detik, Panglima TNI juga menyatakan, seluruh awaknya telah gugur, ”Prajurit-prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur saat melaksanakan tugas di perairan utara Bali.” Panglima TNI menyebutnya sebagai pengabdian paripurna prajurit-prajurit terbaik TNI AL.
Ratusan kata tidak akan cukup untuk menggambarkan perasaan sedih sekaligus bangga kepada patriotisme 53 awak KRI Nanggala-402. Kalaupun harus memilih satu kata, yang sangat pantas disematkan kepada mereka, yaitu hormat.
Mereka berbakti mengabdi untuk negeri dengan mengorbankan kepentingan diri, meninggalkan anak, istri, dan keluarga demi tugas negara. Serda Ede Pandu Yudha Kusuma, misalnya, harus meninggalkan istri yang baru dinikahinya dua bulan lalu. Sertu Elektro Komunikasi Rusdiyansyah Rahman, yang menjabat juru pompa di kapal selam, meninggalkan bayinya yang baru saja lahir pekan lalu. Mereka semua, kini, telah pergi untuk selamanya.
Mereka berbakti mengabdi untuk negeri dengan mengorbankan kepentingan diri.
KRI Nanggala setelah 40 tahun berpatroli menjaga Nusantara juga telah bersandar di dasar samudra. Kapal selam itu ditemukan telah terbelah menjadi tiga bagian di kedalaman 838 meter. KRI Nanggala dan para awaknya akan menjadi catatan sejarah bagaimana perjalanan negeri ini mengamankan lautnya. Selanjutnya, apa yang menjadi penyebab kecelakaan ini perlu dianalisis sebaik-baiknya dan menjadi pelajaran berharga untuk penguatan peralatan utama sistem pertahanan TNI pada umumnya dan TNI AL khususnya.
Pesan yang pernah disampaikan Komandan KRI Nanggala-402 Letkol Laut (P) Heri Oktavian kepada wartawan harian Kompas tentang pentingnya membeli kapal selam baru yang mumpuni perlu jadi perhatian para pengambil keputusan. Dalam artikel di harian Kompas, 9 September 2009, pemerhati militer telah menilai, KRI Nanggala-402 sudah uzur di tengah tuntutan tugas negara yang padat. Kapal selam yang tangguh menjadi kebutuhan mutlak sebuah negara maritim.
Para patriot Hiu Kencana KRI Nanggala-402 sudah menunjukkan darma baktinya. Kecintaan, semangat, keberanian, pengorbanan, dan pesan mereka untuk menjaga Ibu Pertiwi harus selalu dikenang. Kini, Nanggala bersama para patriotnya berada di dasar bumi. Abadi menjaga bahari.