Kesiapan sarana, keterbukaan warga, dan pendampingan pemerintah menjadi penting untuk mengendalikan pandemi. Vaksinasi hanya salah satu upaya di samping langkah lain untuk memutus penularan virus penyebab Covid-19.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Tekad dan langkah pemerintah memperkuat tes, pelacakan, isolasi (TLI), dan perawatan, serta mempercepat vaksinasi patut diapresiasi, didukung, serta dikawal agar tidak kendur di tengah jalan. Jika hal itu konsisten dilakukan, diharapkan kasus Covid-19 bisa dikendalikan.
Untuk meningkatkan tes dan pelacakan, Kementerian Kesehatan mendistribusikan 2 juta alat tes antigen ke 34 provinsi. Jumlah itu akan ditambah 1,7 juta alat untuk 78 kabupaten/kota di 7 provinsi Jawa dan Bali.
Seberapa penting TLI? Menurut ahli epidemiologi Dicky Budiman, ada tiga hal yang menentukan keberhasilan vaksin memutus penularan, yakni efikasinya tinggi, kurva penularan atau angka reproduksi virus rendah, serta cakupan vaksinasi luas.
Untuk menjadikan kurva penularan rendah, virus harus dihambat. Caranya melalui tes masif, pelacakan orang-orang yang berkontak erat dengan kasus positif Covid-19, dan mengisolasi mereka yang positif Covid-19, juga merawat mereka yang bergejala.
Pekan depan, vaksinasi untuk para petugas pelayan publik akan dimulai. Pemerintah daerah diminta menyiapkan manajemen percepatan vaksinasi agar tepat sasaran dan target kekebalan kelompok (herd immunity) tercapai.
Penting untuk segera mencapai cakupan target vaksinasi sebelum kekebalan orang-orang yang divaksinasi awal menurun bahkan habis.
Vaksinasi harus dilaksanakan secara cepat dan luas. Hal ini terkait durasi kekebalan, yakni berapa lama antibodi yang dipicu oleh vaksin bertahan dalam tubuh. Berbeda dengan vaksin lain yang sudah diuji selama beberapa tahun sebelum diluncurkan ke publik sehingga dipastikan durasi kekebalannya, kita tidak mengetahui durasi antibodi dari vaksin Covid-19. Karena itu, penting untuk segera mencapai cakupan target vaksinasi sebelum kekebalan orang-orang yang divaksinasi awal menurun bahkan habis. Jika hal itu terjadi, tujuan vaksinasi tidak akan tercapai.
Target cakupan 181,5 juta penduduk, menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, sudah memperhitungkan efikasi vaksin dan kebutuhan untuk mencapai kekebalan kelompok. Namun, perlu diperhatikan rekomendasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) terkait siapa yang layak dan tidak layak divaksinasi karena ada penyakit penyerta ataupun kondisi kesehatan tertentu. Jangan sampai upaya penyelamatan berbalik merugikan. Lebih lanjut, perlu diperhitungkan berapa banyak yang tidak bisa divaksinasi sehingga target cakupan terpenuhi.
Hal lain, para peneliti mengkhawatirkan varian baru SARS-CoV-2 hasil mutasi bisa mengelabui antibodi yang dipicu oleh vaksinasi. Karena itu, penting bagi orang yang telah divaksinasi maupun yang belum untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan hingga pandemi terkendali.
Vaksinasi hanya salah satu upaya. Kerja sama seluruh pemangku kepentingan termasuk masyarakat, keterbukaan jika terdeteksi positif, pendampingan pemerintah saat isolasi, sangat perlu untuk memenangi perang melawan virus korona yang diam-diam telah menguasai Indonesia hingga ke sudut terpencilnya.