Sektor pariwisata dipaksa beradaptasi dengan situasi normal baru, dengan segala tantangan dan peluangnya. Semakin lambat kita beradaptasi, semakin lama pulih.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pemerintah menargetkan tahun 2021 sebagai tahun kebangkitan industri pariwisata Indonesia. Pulihnya pariwisata diharapkan jadi pengungkit pemulihan ekonomi nasional.
Sebagai salah satu sektor yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19, sektor pariwisata dan MICE (pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran) diyakini pemerintah akan menjadi salah satu sektor dalam perekonomian yang akan pulih paling cepat, selain sektor transportasi dan perdagangan.
Presiden Joko Widodo dalam pernyataan beberapa waktu lalu meyakini tren pelemahan pariwisata hanya berlangsung sampai Desember 2020, kemudian pulih pada 2021. Sejumlah destinasi prioritas ditetapkan. Kolaborasi penyelenggaraan pameran secara fisik dan virtual untuk menggerakkan MICE juga digiatkan untuk menggerakkan sektor pariwisata.
Pemerintah optimistis, dengan protokol kesehatan ketat, sektor ini bisa pulih cepat. Pengalaman sukses menyelenggarakan sejumlah kegiatan internasional bergengsi, dan posisi sebagai penyelenggara pertemuan skala global, membuat harapan ini dalam situasi normal seperti sesuatu yang rasional.
Di sejumlah negara Asia, dimotori wisatawan domestik, pariwisata juga mulai menggeliat dan menjadi daya ungkit pemulihan ekonomi. Bedanya, di negara-negara itu, pandemi relatif sudah lebih terkendali. Sementara di Indonesia, penularan dan penyebaran belum menunjukkan tanda mereda.
Kendati protokol kesehatan ketat diterapkan, bukan tak mungkin wisatawan tetap ragu selama penyebaran Covid-19 sendiri belum bisa dikendalikan. Pemulihan kuat pariwisata mensyaratkan pula terkendalinya krisis kesehatan.
Pascapandemi, Indonesia harus bersaing dengan destinasi negara-negara tujuan wisata lain guna memperebutkan pelancong yang jumlahnya jauh menyusut. Akibat korona, jumlah kunjungan wisatawan dunia diprediksi Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) turun 44 persen dari 2019.
Untuk Indonesia, kunjungan yang semula ditargetkan 18 juta pada 2020 anjlok menjadi hanya berkisar 2,8 juta-4 juta. Kehilangan penerimaan di sektor pariwisata Indonesia diperkirakan mencapai 10 miliar dollar AS selama 2020.
Indonesia harus memanfaatkan momentum disrupsi Covid-19 untuk ngebut mempercepat perbaikan infrastruktur pariwisata yang selama ini menjadi penghambat sehingga target 73,6 juta wisatawan pada 2045 tercapai.
Dengan 2021 diperkirakan dunia belum sepenuhnya bebas Covid-19—meskipun sudah ada vaksin—sektor pariwisata dipaksa beradaptasi dengan situasi normal baru, dengan segala tantangan dan peluangnya. Semakin lambat kita beradaptasi, semakin lama pulih. Kuncinya inovasi dan kolaborasi pemerintah dan semua pemangku kepentingan.
Pulihnya pariwisata di Indonesia terutama akan didorong oleh permintaan masyarakat kelas menengah atas. Dengan pemulihan pariwisata global yang masih butuh waktu, wisatawan domestik jadi andalan sehingga pelaku industri pariwisata juga dituntut harus menyesuaikan. Indonesia juga harus mulai mengembangkan visi pariwisata berkelanjutan yang punya daya tahan terhadap berbagai krisis. Akhirnya, bukan hanya jumlah kunjungan, kualitas dan keberlanjutan pariwisata itu sendiri juga tak kalah penting.