Indonesia Bersiap Bangkit
Industri MICE memberikan dampak berganda bagi banyak sektor, termasuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Kebangkitan MICE pada 2021 diyakini akan menggerakkan pariwisata Indonesia.
JAKARTA, KOMPAS — Industri pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran atau MICE didorong untuk bangkit pada tahun depan. Pergerakan industri ini akan diungkit melalui inovasi dan kolaborasi.
Salah satu strategi yang memerlukan kolaborasi dan inovasi adalah penerapan kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan lingkungan (cleanliness, health, safety, environment sustainability/CHSE) di dunia pariwisata. Penerapannya, yang melibatkan peran pemerintah dan pelaku industri pariwisata, dinilai menjadi inti pemulihan MICE.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Rizki Handayani Mustafa menyampaikan, industri MICE paling terdampak pandemi Covid-19. Kondisi industri yang terpukul ini berdampak terhadap banyak sektor, di antaranya usaha gedung, hotel, transportasi, penyelenggara pameran, serta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang tidak bisa mengikuti pameran.
”Kita bisa kembali asalkan mau berinovasi dan berkolaborasi. Kami akan berkolaborasi dengan asosiasi dan seluruh pihak untuk percepatan pemulihan,” ujar Rizki dalam webinar ”The Comeback Plan of MICE for 2021,” yang diselenggarakan Kemenparekraf bekerja sama dengan Kompas.
Baca juga: Protokol Kesehatan di Industri Pariwisata Tak Bisa Ditawar
Pemerintah dan pemangku kepentingan telah menyusun pedoman kebersihan, kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan lingkungan (CHSE) untuk industri pariwisata. Tahun depan, seluruh pelaku usaha di sektor pariwisata ditargetkan sudah terdaftar untuk mengikuti sertifikasi CHSE.
”(CHSE) ini untuk meyakinkan dunia bahwa kita mempersiapkan diri menyambut kembalinya pelaku MICE ke Indonesia,” katanya.
Pemerintah tetap menjajaki berbagai kegiatan terkait MICE hingga lima tahun mendatang. Tren industri MICE diperkirakan berlangsung secara hibrida, yakni memadukan kegiatan secara fisik atau luar jaringan dan secara virtual atau dalam jaringan.
Upaya yang juga dilakukan adalah membuat platform mice.id untuk memperkuat basis data terkait industri MICE. Basis data di laman ini bisa dimanfaatkan industri untuk mendorong bisnis perjalanan dan pertemuan.
Baca juga: Babak Belur Terpukul Pandemi Covid-19
Berdasarkan survei Litbang Kompas terkait sikap masyarakat terhadap kegiatan bekerja, belajar, dan wisata selama pandemi Covid-19, sebanyak 38,5 persen responden masih tetap ingin pergi berwisata. Survei terhadap 1.200 responden di 34 provinsi pada Juli-Agustus 2020 itu menunjukkan, minat tertinggi untuk wisata adalah ke daerah terbuka, seperti wisata bahari (28 persen), wisata alam (19,5 persen), dan wisata belanja (12 persen).
Sementara itu, keinginan menggunakan masker dan menerapkan protokol kesehatan di mal, restoran, dan hotel cenderung lebih longgar jika dibandingkan dengan tempat umum lain, seperti pasar tradisional. Meskipun mayoritas responden bersedia terlibat dalam upaya pencegahan Covid-19.
”MICE berpeluang digiatkan kembali sejauh mengikuti protokol kesehatan,” kata Nila Kirana, peneliti Litbang Kompas.
Baca juga: Protokol Kesehatan Jadi Penentu untuk Memulihkan Industri Pariwisata
Citra positif
Direktur MICE Kemenparekraf Iyung Masruroh menuturkan, selama ini industri MICE memberikan nilai tambah, antara lain citra positif untuk destinasi wisata. Perhelatan pertemuan dan konvensi internasional yang diselenggarakan di Indonesia, seperti Asian Games serta Pertemuan Tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, membuat Indonesia percaya diri sebagai destinasi MICE dan wisata.
Industri MICE juga membuka serta meningkatkan kesempatan perdagangan pengusaha lokal dan UMKM ke pasar internasional. Di samping itu, meningkatkan jejaring pengusaha lokal dengan konsumen lokal dan internasional.
Industri MICE juga membuka serta meningkatkan kesempatan perdagangan pengusaha lokal dan UMKM ke pasar internasional.
Menurut data Organisasi Konferensi Internasional (ICCA) tahun 2019, Indonesia ada di peringkat ke-41 di dunia untuk penyelenggaraan pertemuan. Adapun di tingkat Asia Pasifik ada di peringkat ke-10 dan di kawasan ASEAN menempati peringkat ke-4.
Upaya untuk membangkitkan MICE, antara lain, penerapan CHSE dan aktivitas promosi MICE yang diawali dari pasar domestik. Di masa pandemi Covid-19, Indonesia masih diuntungkan karena pasar domestik yang besar. Perjalanan antarprovinsi dan kota juga masih bisa dilaksanakan dengan protokol kesehatan.
”Sebelum wisata dibuka untuk kunjungan asing, kita masih bisa berharap banyak pada wisata domestik. Pertemuan kementerian, lembaga, asosiasi, dan korporasi diharapkan bangkit lebih dulu,” katanya.
Direktur Utama Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Leonard Theosabrata memaparkan, kolaborasi pameran secara fisik dan virtual kini semakin banyak diselenggarakan untuk membangkitkan MICE. Namun, esensi pameran virtual bukanlah penggunaan teknologi 3D dan avatar, melainkan konektivitas penjual dan pembeli serta mempertemukan suplai dan permintaan.
Transformasi industri MICE dinilai bukan semata-mata menerapkan pameran virtual, melainkan interaksi antarseluruh komponen. Ini karena pameran harus bisa mendatangkan keuntungan, baik bagi penyelenggara, peserta, maupun pengunjung. ”Upaya membangkitkan industri MICE pada 2021 bukan soal penerapan teknologi 3D, melainkan bagaimana mendesain interaksi antarseluruh komponen. Interaksi seperti apa yang riil agar menciptakan hasil dan keuntungan yang riil,” katanya.
Esensi pameran virtual bukanlah penggunaan teknologi 3D dan avatar, melainkan konektivitas penjual dan pembeli serta mempertemukan suplai dan permintaan.
Aman dan nyaman
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Budi Tirtawisata menambahkan, pelaku usaha hotel dan restoran telah melewati masa-masa terburuk selama pandemi Covid-19. Pemulihan pariwisata dan MICE mensyaratkan penerapan protokol kesehatan yang ketat untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi konsumen.
Endang Mawardi dari Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (Asperapi) mengatakan, tantangan untuk membangkitkan industri MICE adalah interaksi, bukan sekadar pameran virtual. Di tengah pandemi Covid-19, belum ada yang berpengalaman menggelar pameran virtual sehingga percobaan yang mengambil pelajaran dari kesalahan terus dilakukan. Hal yang tak kalah penting untuk memulihkan MICE adalah menerapkan CHSE secara detail, dengan melibatkan pemerintah dan asosiasi pelaku usaha dalam industri MICE.
”Pariwisata berkualitas menjadi fokus baru pada peningkatan pariwisata. MICE adalah jawaban yang paling instan karena industri sudah siap dan memberikan nilai tambah luar biasa,” katanya.
Pariwisata berkualitas menjadi fokus baru pada peningkatan pariwisata.