Indonesia dipastikan tanpa kompetisi sepak bola pada 2020. Kerja mengatasi pandemi harus berakhir dengan kesuksesan demi perhelatan sepak bola pada 2021.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pembatalan kompetisi sepak bola nasional, Liga 1 dan Liga 2 dipastikan setelah Polri menegaskan lagi tidak akan menerbitkan izin keramaian. ”Polri tidak akan mengeluarkan izin keramaian (laga sepak bola),” kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono.
Keputusan itu didasari tingginya kasus Covid-19 dan akan digelarnya pilkada serentak pada 9 Desember 2020. Padahal, pernyataan 18 klub kontestan Liga 1 menegaskan klub-klub sepakat kompetisi berlanjut pada 1 November. ”Kompetisi dilanjutkan demi tim nasional agar bisa bersaing di Piala Dunia U-20 2021,” demikian pernyataan itu (Kompas, 11/10/2020).
Apa mau dikata? Insan sepak bola nasional, baik itu pemain, pelatih, pembina, juga pengurus PSSI sebagai federasi sepak bola nasional, maupun PT Liga Indonesia Baru, harus memahami bahwa ini realitas. Jelas itu pahit, bahkan sangat pahit.
Setidaknya ada dua faktor yang membuat kenyataan ini terasa sangat pahit. Pertama, federasi dan klub-klub sudah mengupayakan kompetisi bisa digelar, dengan tetap menjalankan kegiatan klub (latihan, uji tanding, dan lain-lain).
Kedua, negosiasi menuju liga sudah diusahakan. Salah satunya, mendapatkan persetujuan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo terkait dengan bergulirnya lagi liga sepak bola dan bola basket. Namun, jika mencermati sikap Polri, rasanya itu tak akan berubah. Tahun 2020 bakal dipastikan tanpa kompetisi setelah hanya beberapa bulan pada awal tahun.
Ada baiknya PSSI dan PT Liga Indonesia Baru segera mencari solusi agar klub bisa bertahan sehingga bisa tetap menghidupi pemain mereka. Maklum, karena liga batal berjalan, pertandingan juga nihil sehingga pemain tidak menerima gaji. Kalaupun digaji, persentasenya kecil.
Solusi sementara itu akan membuat klub-klub tetap siap berlaga pada awal 2021, atau setidaknya pertengahan 2021, tergantung dari tuntasnya pandemi. Jika kini tidak ada solusi agar klub bisa tetap hidup, bisa-bisa mereka bubar sebelum akhir tahun, dan menggerus jumlah kontestan liga tahun depan.
Perlu juga mulai mengerahkan energi dan konsentrasi ke perhelatan Piala Dunia U-20, tahun depan. Kejuaraan ini juga menjadi pertaruhan bangsa, selain balap motor MotoGP di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat.
Piala Dunia U-20 yang digelar di enam kota: Palembang, Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya. dan Gianyar, akan diikuti 24 tim, termasuk Indonesia. Penyelenggaraan event ini akan menjadi pembuktian apakah RI berhasil menjadi tuan rumah yang baik sekaligus kontestan dengan prestasi baik. Sukses prestasi sekaligus sukses penyelenggaraan, setidaknya seperti Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Daripada meratapi liga yang jelas tak bakal dimainkan pada 2020, energi dan konsentrasi sebaiknya mulai dialihkan untuk mencari solusi sekaligus mengoptimalkan persiapan menuju perhelatan 2021.